A.
PENDAHULUAN
Al-Ghazali ra dalam bukunya yang
berjudul Ihya’
Ulumuddin telah menyebutkan: “Perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih
anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang
lebih dari yang lainnya”. Anak merupakan amanat ditangan kedua orang tuanya dan
kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia
dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam lingkungan rumah tangga dan
lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang
bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan
(dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial) serta ditelantarkan,
niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan berdampak sangat buruk bagi
perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual sang anak.
Sumber daya manusia
yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui lembaga pendidikan, baik formal
maupun non formal. Keduanya secara simultan memproses row input untuk dapat
lebih cerdas sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Alinea ke empat, “..... mencerdaskan kehidupan bangsa......”.
Indikator sumber
daya manusia yang berkualitas, satu diantaranya adalah munculnya produk kreatif
seseorang. Produk kreatif akan muncul bilamana ada motivasi, baik motivasi
intrinsik maupun ekstrinsik disertai komitmen yang tinggi untuk mencapai
prestasi serta adanya wahana yang memungkinkan munculnya kreatifitas. Semakin
tinggi potensi kreatifitas seseorang dan didukung keterbukaan wahana untuk
mengekspresikan kreatifitasnya, maka semakin terbuak pulalah peluang munculnya
produk kreatif.
Manusia
dalam kedudukannya sebagai peserta didik haruslah ditempatkan sebagai pribadi
yang utuh, yakni manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan sosial,
sebagai kesatuan jasmani, dan rohani sebagai makhluk Tuhan yang harus
menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupan akhirat.
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi permasalahan dalam
makalah ini, maka saya akan membatasi
dengan beberapa permasalahan diantaranya :
1.
Pengertian Perkembangan Anak
2.
Dimensi Perkembangan Anak
3.
Tugas Perkembangan Anak
4.
Prinsip dan Hukum Perkembangan
5.
Daya Bahasa Anak
6.
Daya Pikir Anak
7.
Daya Cipta Anak
8.
Motorik halus dan motorik kasar anak
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Perkembangan
Anak
Perkembangan anak adalah segala
perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain
aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak
berinteraksi dengan lingkungan).[1]
Secara umum konsep perkembangan
anak dikemukakan Werner (1957) sebagai berikut: “Perkembangan sejalan dengan
prinsip orthogenetis, bahwa
perkembangan anak berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi
sampai ke keadaan dimana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat
secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas
pada diri anak, bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.[2]
Sejak bayi dilahirkan, ia telah
mempunyai “gambaran total atau gambaran lengkap” tentang dunia ini, hanya saja
gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya,
gambaran total yang samar-samar tadi berangsur-angsur menjadi terang dan
bagian-bagiannya bertambah nyata, jelas dan strukturnya semakin lengkap.
Timbulah kemudian komplek dan unsur-unsur, umpamanya unsur gerak, jarak,
bentuk, struktur, warna, dan lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian dari
satu totalitas atau keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas tersebut.
Dalam hubungannya dengan konsep
perkembangan anak secara orthogenetik
yang dikemukakan oleh Werner ini, maka perubahan-perubahan ke arah
terorganisasi dan trintegrasinya suatu aspek menunjukkan adanya kontinuitas.
Perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan
perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada pada
perkembangan sebelumnya diteruskan pada tahapan perkembangan berikutnya.
Sedangkan perubahan ke arah diferensiasi yaitu timbulnya karakteristik baru
yang berasal dari sesuatu yang sebelumnya masih global disebut diskontinuitas.
Perkembangan anak adalah proses
perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah,
dan bukan pada organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut,
sehingga penekanan arti prkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikhologis yang termanifestasi pada kemampuan fisiologis.[3]
Perkembangan memiliki
karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga dapat
diperhitungkan, seperti:
a. Perkembangan sudah terjadi
sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
perkembangan dapat dengan mudah diamati.
b. Dalam periode tertentu ada masa
percepatan atau masa perlambatan. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat adalah
pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.
c. Perkembangan memiliki pola yang
sama pada setiap anak, tetapi pada kecepatan yang berbeda.
d. Perkembangan dipengaruhi
maturasi sistem syaraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan
dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih
besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.
Ada dua faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak yakni faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal (alami) adalah
faktor yang diperoleh dari dalam individu itu sendiri, seperti:
Ø
Genetika (keturunan)
Ø
Pengaruh hormon
b. Faktor eksternal (lingkungan)
adalah faktor yang diperoleh dari luar individu, seperti:
Ø
Keluarga
Ø
Kelompok teman sebaya
Ø
Pengalaman hidup
Ø
Kesehatan lingkungan
Ø
Nutrisi
Ø
Istirahat, tidur, dan olahraga
Ø
Status kesehatan
Ø
Iklim atau cuaca
2.
Dimensi
Perkembangan Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap seseorang terhadap perubahan dalam perkembangan, meliputi:
a.
Penampilan diri
Perubahan yang dapat meningkatkan tampilan diri akan
cenderung untuk diterima dan diulangi lagi, sedangkan perubahan-perubahan yang
dapat mengurangi penampilan akan ditolak atau berusaha untuk ditutupi.[4]
b.
Perilaku
Perubahan perilaku memalukan seperti yang terjadi
pada anak usia dini akan berpengaruh
pada perkembangan perilaku selanjutnya.
c.
Stereotip Budaya
Dari berbagai media, orang mempelajari stereotip
budaya yang sering kali dikaitkan dengan ciri khas manusia pada tahap
perkembangan tertentu. Dan stereotip budaya tersebut dipakai untuk menilai
orang lain dalam usia dini atau pada tahap perkembangan dini.
d.
Nilai-nilai budaya
Setiap budaya memiliki nilai yang dikaitkan dengan
usia-usia yang berbeda, hal ini akan mempengaruhi penyikapan masyarakat
terhadap kelompok usia tertentu lebih menyenangkan atau meremehkan dibanding
sikap terhadap usia lainnya.
e.
Perubahan peranan
Sikap terhadap orang dari berbagai usia dipengaruhi
oleh peran yang mereka mainkan. Adakalanya berupa sikap yang lebih baik atau
sebaliknya.
f.
Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap sikap individu dalam menghadapi perubahan dalam perkembangan. Karena
kewenangan dan kewibawaan bisa dipertajam dari pengalaman yang pernah
diperoleh, sebaiknya orang akan cenderung meninggalkan penglaman yang
menyebabkan mereka menjadi diremehkan.[5]
3.
Tugas
Perkembangan Anak
Tugas perkembangan yang muncul pada setiap periode perkembangan merupakan
keharusan universal yang idealnya berlaku secara otomatis seperti kegiatan
belajar keterampilan dalam melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu
yang lazim terjadi pada manusia normal. Itulah yang disebut dengan tugas
perkembangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan adalah
kemampuan atau keterampilan yang harus dikuasai atau dimiliki anak pada periode
perkembangan tertentu.
Periode kanak-kanak, yaitu usia
pra sekolah sebagai periode peralihan dari masa bayi keusia anak sekolah
sebelum anak masuk sekolah, jiwanya telah matang untuk sekolah, yaitu matang
karena dipersiapkan di taman kanak-kanak atau TPA, dan jenis-jenis pendidikan
anak pra sekolah lainnya. Kohnstamm meyebut periode ini dengan periode estetis,
yang berarti keindahan.
Ciri dari periode masa kanak-kanak ialah:
1) Perkembangan emosi kegembiraan
hidup
2) Kebebasan
3) Fantasi.
Ketiga ciri tersebut, dapat
berkembang dengan berbagai bentuk ekspresi seperti; permainan, dongeng,
nyanyian dan menggambar itulah sebabnya, empat kegiatan tersebut sering
dijadikan isi materi kurikulum di TK.
Adapun tugas masa perkembangan anak, yakni sebagai berikut:
1. Menguasai kemampuan fisik dasar
untuk bermain
2. Bisa bermain dengan teman sebaya
3. Membentuk sikap positif terhadap
diri sendiri
4. Mempelajari peran gender yang
sesuai
5. Mengembangkan kemampuan dasar
dalam membaca, menghitung, dan menulis
6. Mengembangkan hati nurani,
moralitas, dan sistem nilai
7. Memiliki kemandirian dasar dalam
kegiatan sehari-hari
8. Mengembangkan sikap yang tepat
terhadap kelompok sosial tertentu
Salah satu dasar untuk menentukan
apakah seorang anak telah mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai apa
yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atau Development Task. Tugas perkembangan
masa anak menurut Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil
makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan
jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas
fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial
dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan
orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan
buruk.[6]
Sedangkan menurut Havighurst
(dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai
berikut:
a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan
untuk permainan-permainan yang umum.
b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri
sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh.
c) Belajar menyesuaikan diri dengan
teman-teman seusianya.
d) Mulai mengembangkan peran sosial
pria atau wanita yang tepat.
e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar
untuk membaca, menulis dan berhitung.
f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g) Mengembangkan hati nurani,
pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok
sosial dan lembaga-lembaga.
i) Mencapai kebebasan pribadi.
Secara sadar pada masa masa anak-anak seorang individu berupaya untuk dapat
bersikap dan berperilaku lebih dewasa. Hal ini merupakan “tugas” yang cukup
berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas perkembanganya,
sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus
dihadapi.
Tugas-tugas perkembangan oleh havighurst
dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan
manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya
masyarakat agar ia (mereka) mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik di
dalam kehidupan nyata.[7]
4.
Prinsip dan
Hukum Perkembangan
Prinsip perkembangan secara
tepat akan dapat dipakai sebagai dasar untuk memahami anak-anak, sekaligus
mempunyai nilai ilmiah yang bersifat praktis yaitu:
a) Pengetahuan tentang pola
perkembangan akan membantu mengetahui apa yang diharapkan dari anak pada tahap
usia tertentu dan pada usia berapa akan muncul pola perilaku tertentu, dan
kapan pola itu akan diganti oleh yang lain.
b) Pengetahuan tentang apa yang diharapkan
dari anak pada usia tertentu memungkinkan disusunnya pedoman dalam bentuk skala
tinggi dan berat badan, skala usia mental dan skala perkembangan sosial atau
emosional.
c) Pengetahuan bahwa perkembangan
yang berhasil membutuhkan bimbingan dan pembinaan, maka pengetahuan tentang
pola perkembangan memungkinkan orang untuk dapat membimbing proses belajar anak
pada waktu yang tepat pada masa peka yang merupakan masa paling tepat untuk
berkembangnya kemampuan tertentu.
d) Pengetahuan tentang pola normal
dalam tahapan perkembangan tertentu akan dapat dipakai sebagai kriteria untuk
mengenali secara dini perkembangan anak yang mungkin menyimpang dari pola umum.
Hukum perkembangan antara lain:
a. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada
pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala
kearah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu dari pada
bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu
pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan
alat-alat pada kepala yang lebih “matang” dari pada bagian-bagian tubuh
lainnya.
b. Hukum Proximodistal
Alat-alat tubuh yang terdapat
di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu
berfungsi. Hal ini karena lebih vital dari pada misalnya anggota gerak seperti
tangan dan kaki.[8]
c.
Hukum Tempo dan Ritme
Cepat lambatnya sesuatu masa
perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan dicapai, selain berbeda antara
perkembangan filogenetik dan ontogenetik, juga menunjukkan perbedaan secara
perorangan, meskipun tingkat perbadaannya tidak terlalu besar. Cepat atau
lambatnya suatu masa perkembangan dilalui, menjadi ciri yang menetap sepanjang
hidupnya, bilamana tidak ada hal-hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan
secara hebat, misalnya pengalaman kecelakaan dan terjadinya trauma-trauma fisik
sehingga proses perkembangan menjadi lambat dan terhambat.
Ritme perkembangan akan semakin
jelas pada saar kematangan fungsi-fungsi. Terlihat adanya selingan diantara
cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap atau konstan
sifatnya.
5.
Daya Bahasa Anak
Perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.[9]
Sejalan dengan perkembangan
hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang anak dimulai dengan meraba
(suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua
suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan
menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait
perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan berbahasa. Semakin anak itu tumbuh dan berkembang serta
mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang
sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Anak belajar bahasa seperti
halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang merupakan hasil yang
didapatkan cara belajar bahasa awal. Lalu anak menambah kata-kata dengan meniru
bunyi-bunyi yang didengarnya.
Tahapan-tahapan
umum perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak, yaitu:
Ø
Reflexsive
Vocaization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan tangisan yang
masih berupa refleks. Jadi bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis
tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
Ø
Babling
Pada usia lebih dari minggu, ketika bayi merasa lapar
atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan
sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan
keinginan atau perasaan si bayi.
Ø
Lalling
Dalam usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar
suara-suara namun belum jelas.
Ø
Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan
mulai bisa menirukan suara-suara yang didengar dari lingkungannya, serta juga
akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta
sesuatu.
Ø
True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar, disaat usianya
menginjak 18 bulan atau biasa disebutu batita. Namun, pengucapannya belum
sempurna seperti orang dewasa.
6.
Daya Pikir Anak
Daya pikir disebut juga sebagai
kemampuan kognitif yang sering diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang
anak untuk berpikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang
mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung
oleh kemampuannya bertanya. Kemampuan kognitif menunjukkan pada proses dan
produk dari dalam akal, pikiran manusia yang membawanya untuk tahu.
Dalam hal ini termasuk semua
kegiatan mental manusia yang meliputi: mengingat, menghubungkan, menggolongkan,
memberi simbol, mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta, membayangkan kejadian
dan mimpi.
Daya pikir perlu dikembangkan
sedini mungkin karena apa yang diperoleh pada suatu periode akan sangat
membantu pengembangan daya pikir pada periode selanjutnya. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1997) telah menetapkan tujuan dan fungsi
pengembangan daya pikir.[10]
Tujuan pengembangan daya pikir adalah
agar anak mampu menghubungkan pengetahuan baru yang diperolehnya. Tujuan
tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:
a)
Mengembangkan
kemampuan berpikir logis dan pengetahuan akan ruang dan waktu.
b)
Anak
mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
c)
Mengembangkan
kemampuan memahami sesuatu dengan cara melihat bermacam-macam hubungan antara
satu objek dengan objek lain berdasarkan perbedaan dan persamaan.
d)
Mengembangkan
imajinasi melalui bermacam-macam kegiatan.
e)
Memberi
kesempatan untuk mengolah lingkungan dan membangun dunianya secara aktif.
f)
Agar
anak dapat menghargai dan mencintai isi alam sebagai ciptaan Tuhan.
Setelah anak dilahirkan,
tahun-tahun awal kehidupan merupakan saat yang paling kritis bagi pertumbuhan
dan perkembangan otak. Semakin banyak pengalaman indera yang di alami anak,
semakin banyak sambungan yang diperoleh yang berarti semakin banyak pula
potensi bawaan itu berkembang.
Diyakini bahwa setiap anak
dengan lebih dari satu bakat, namun bakat tersebut bersifat potensial. Untuk
itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya.
Anak yang berpikir operasional
formal, lebih dahulu secara teoritik membuat matriksnya mengenai segala macam
kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks
tersebut secara empiris. Jadi dengan berpikir operasional formal memungkinkan
anak untuk mempunyai tingkah laku problem
solving yang betul-betul ilmiah.[11]
Seorang anak yang memiliki
kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang
tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah
pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan,
maka anak itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
7.
Daya Cipta Anak
Daya cipta disebut juga kreativitas. Tujuan pengembangan
daya cipta adalah mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak, memberi
kesempatan pada anak untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan kreatifitasnya,
dan anak dapat menghargai hasil karyanya. Adapun fungsi daya cipta anak adalah
untuk mengenal berbagai hasil karya seni dan kreatifitas pada anak, memberi
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya,
dan melatih anak berpikir kreatif.
Kreatifitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui
kegiatan bermain sambil belajar, sebab bermain merupakan sifat alami anak.
Kiat-kiat dalam membangun daya cipta anak yakni sebagai berikut[12]:
Ø Ajak dan dukung anak untuk mencoba cara
baru dan berbeda dalam melakukan sesuatu. Jangan terlalu berharap agar hasil
karya anak mirip dengan contoh atau dengan hasil karya orang dewasa.
Ø Sediakan aktifitas kreatif yang dapat
dilakukan oleh anak, tanpa bantuan terlebih dahulu. Persiapkan tempat kreasi
bermain anak dimana anak dapat menggunakannya sampai terinspirasi.
Ø Bangun rasa percaya diri anak terhadap
kemampuannya sendiri. Jika anak meminta anda untuk melakukan sesuatu untuknya,
katakan bahwa anda ingin melihat bagaimana kalau si anak yang melakukannya.
Ajak dan dukung mereka untuk berkreasi dengan gaya mereka sendiri.
Ø Buat penekanan lebih pada proses, bukan
pada hasil. Ajukan pertanyaan seperti, “bagaimana cara kamu membuatnya tadi?”.
Ø Pajang hasil karya mereka, tunjukkan bahwa
anda menghargai dan bangga terhadap karya mereka.
8.
Motorik halus
dan motorik kasar anak
Perkembangan motorik adalah
proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuhnya. Untuk
itu anak dapat belajar dari orang tua atau guru tentang beberapa pola gerakan
yang dapat mereka lakukan untuk dapat melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan,
kelenturan, serta ketepatan koordinasi tangan dan mata.
Motorik halus yakni
gerakan-gerakan yang merupakan hasil koordinasi otot-otot yang menuntut adanya
kemampuan mengontrol gerakan-gerakan halus, sedangkan motorik kasar hanya
mengandalkan kekuatan untuk mengkoordinasi gerakan.
A.
Motorik halus
Gerakan motorik halus pada anak berkaitan dengan kegiatan
meletakkan, atau memegang suatu obyek dengan menggunakan jari tangan.[13]
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang
bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami
kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus
berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan
visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan,
dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis
atau menggambar.
B.
Motorik kasar
Melatih gerakan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh
pada anak, seperti merangkak, berlari, berjinjit, melompat bergantung, melempar
dan menangkap, serta menjaga keseimbangan.
Motorik kasar anak akan
berkembang sesuai dengan usianya (age appropriateness). Orang dewasa tidak
perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah
matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah waktunya
untuk dilakukan. Misalnya : seorang anak usia 6 bulan belum siap duduk sendiri,
maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah kursi.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !