I.
PENDAHULUAN
Dalam
kajian akademis, pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia
sebagai media efektif yang telah teruji mampu mengantarkan dan menyiapkan
generasi insani yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor. 20
tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan peruses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Hakikatnya
pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu,
pendidikan harus dilakukan sejak usia dini melalui program pendidikan anak usia
dini (paud) sampai lanjut usia (lansia). Secara spesifik paud yaitu rentang
usia 0-6 tahun menjadi phenomena sangat penting, sejak dipublikasikannya
hasil-hasil riset mutakhir di bidang dan psikologi, mendeskripsikan
bahwa potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada
rentang usia dini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering
disebut usia emas.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana konsep dasar
pengembangan pembelajaran sains?
B. Apa tujuan pengembangan pembelajaran sains?
C. Apa prinsip pengembangan pembelajaran sains?
D. Apa prinsip-prinsip dasar pengembangan sains pada anak pra sekolah?
E. Bagaimana pengembagan daya pikir dan kreatifitas
melalui sains?
F. Bagaimana strategi dan
metodologi pengembagan sains?
G. Bagaimana mengembangkan tema/
materi sains?
H. Bagaimana menyusun alat dan
media pembelajaran dengan bermain dan bernyanyi?
I.
Bagaimana memanfaatkan
lingkungan, serta implikasinya dalam merancang persiapan?
J.
Bagaimana melaksanakan
pembelajaran sains?
K. Bagaimana evaluasi proses dan hasil belajar sains?
III. PEMBAHASAN
A. Konsep
dasar pengembangan pembelajaran sains
Dari sudut bahasa, sains atau science
(bahasa inggris), berasal dari bahasa latin, yaitu ari kata scientia artinya
pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan
sehari-hari, itu perlu dimunculkan kajian etimologi kajian lainnya. Para ahli
memandang batasan etimologis yang tepat tentang sains yaitu dari bahasa jerman,
hal itu dengan merujuk pada kata wisseschaft, yang memiliki pengertian
pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Secara konseptual terdapat sejumlah
pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh para ahli. Amien (2002),
mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan
energy, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banya
mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi.
Sedangkan James Conant dalam Holton dan Roler(2000), mendefinisikan sains
sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama
lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian perubahan dan pengamatan serta
dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut.
Senada dengan Conant, Fisher (2003)
mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh
ketelitian.[2]
Kaitannya dengan program program
pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan menjadi tiga sustansi
mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan
proses sains, penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi
pengembangan sikap-sikap sains.[3]
Pertama, sains sebagai suatu proses
adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan
dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan
atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk
terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan
Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal
dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah
rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, juju, dan
terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).
Dari uraian diatas akhirnya dapat
kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya berisi rumus-rumus atau
teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang
bersifat universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu
di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan,
menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih
dini.[4]
B. Tujuan pengembangan pembelajaran sains
Beberapa tahun terahir ini hasil
belajar sains menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Menurut hasil penelitian trend in internasional mathematicsand
science study ( TIMS ), kemampuan dan daya tangkap anak Indonesia pada
tahun 2004 berada pada tingkat ke-34 dari 38 negara. Sedangkan pada kompetensi internasional junior science Olympiade (
IJSO )tahun 2006 indonesia berada pada tingkat ke 4 di bawah Korea
selatan,Taiwan, dan Rusia. Hal ini menunjujkan bahwa penyadaran sains pada
generasi penerus di lakukan melalui usia dini hinga dewasa. Karena pada 4 tahun
pertama separuh kapasitas kecerdasan pada manusia sudah terbentuk. Artinya
kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal,maka
potensi otak anak tidak akan berkembang secara obtimal.secara keseluruhan
sampai usia 8 tahun.
Pemerintah telah berupaya melakukan
pembenahan dalam rangka meningkatkan hasil belajar dalam usia dini. Guna
meninjau karakteristik sains yang merupakan proses,di fokuskan pada bermain
sambil belajar di taman anak-anak unutk menumbuhkan kemampuan berpikir,di
harapkan siswa memperoleh pengalaman belajrar yang menyenangkan, sehinga
kemampuan kognisinya berkebang khususnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif
sehinga dapat memperoleh belajarnya, dapat menemukan alternative pemecahan
masalah,membantu pengembagkan kemampuan logika,dan mengelompokan serta
mempersiapkan kemampuan berfikir logis bembeljaran sains belajar sambil belajar
Dari ( Mc Dermott,et al 1996 ).hasil
penelitian wiyanto ( 2003 ) menunjukan bahwa penerapan pendekatan berhasil
meningkatkan hasil minat. Di samping itu dapat mengembagkan kemampuan ilmiah,
seperti penjelasan memprediksi merancang dan mempercoba mengumpulkan
data,menganalisis data,[5]
C. Prinsip
pengembangan pembelajaran sains
Anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu
difasilitasi oleh orang dewasa termasuk orang tua dan tenaga pendidik di
dalamnya yang berfungsi sebagai guru anak. Anak dapat belajar apa saja asal
tidak dipaksakan termasuk belajar sains sejak dini. Belajar sains sejak dini
dimulai dengan memperkenalkan alam dengan melibatkan lingkungan untuk
memperkaya pengalaman anak. Anak akan belajar bereksperimen, bereksplorasi dan
menginvestigasi lingkungan sekitarnya sehingga anak mampu membangun suatu
pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.
Teori
konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh anak
melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Anak yang banyak
bersentuhan dengan alam akan lebih baik memaknai dunia mereka sehingga anak
perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan mereka yang akan
membuat mereka secara aktif terus menerus mendapatkan pengetahuan. Pada
pendidikan sains untuk anak usia dini, anak akan bermain berdasarkan kebebasan
dan rasa ingin tahunya yang dianggap sebagai kesempatan bagi anak untuk
membangun pengetahuannya tentang dunia mereka.
Sains untuk
anak usia dini berdasarkan keingintahuan dari dalam dirinya dan kegiatan sains
bukan hanya mengajak anak untuk melakukan pengamatan saja, tetapi juga dapat
mengajak anak untuk mempelajari keaksaraan, hitungan, seni, musik, dan gerakan.
Dari pandangan konstruktivis, sains untuk anak usia dini harus mengajak anak
bermain dan mengeksplorasi lingkungannya. Di dalam bermain, ketika anak
mengeksplorasi dan bereksperimen maka anak akan mendapatkan pemahaman baik dari
keterampilan proses dan juga konsep sains, bukan hanya sekedar berfokus pada
hasil akhir dari suatu jawaban yang benar. Kesempatan untuk melakukan
eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang, banyaknya bahan-bahan yang dapat
dimanipulasi anak dan tersedianya waktu untuk bertanya dan melakukan refleksi
sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan menciptakan kemampuan memecahkan
masalah bagi anak.
Di Kelompok
Bermain, kemampuan tenaga pendidik untuk mendesain kegiatan pengenalan sains
sesuai dengan kebutuhan dan minat anak sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran sains termasuk menerapkan metode pembelajaran yang beragam untuk
pembelajaran sains dengan memanfaatkan sumber-sumber sains di lingkungan
masing-masing.
Tenaga
pendidik harus mendukung dan memfasilitasi anak berlaku seperti ilmuan ”scientist” cilik tanpa mengintervensi
atau membawa eksplorasi dan eksperimen mereka pada hasil yang belum matang.
Mereka perlu menyediakan lingkungan pembelajaran dengan bahan-bahan yang sesuai
sehingga anak terdorong untuk menyalurkan rasa ingin tahunya dalam bentuk
eksperimen-eksperimen karena tenaga pendidik merupakan katalisator yang dapat
menolong anak agar memiliki keterampilan berpikir dan memecahkan masalah.
Disini peranan tenaga pendidik merupakan sumber bagi anak dan diharapkan
menjadi model yang memiliki rasa ingin tahu yang sama dan kesenangan dalam
mengeksplorasi lingkungan.[6]
Sebagai
seorang ilmuan cilik anak usia dini akan melakukan pengamatan terhadap segala
hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu, memiliki ide-ide baru, menyelidiki,
menganalisa dan mengevaluasi obyek yang ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk
mengetahui tentang alam semesta perlu dilakukan berdasarkan data yang
dikumpulkan melalui pengumpulan data. Apakah yang perlu dilakukan tenaga
pendidik ketika mengajarkan sains pada anak? Apakah menghafalkan fakta-fakta,
prinsip-prinsip dan konsep-konsep? Kita mengajarkan tentang sains atau
bagaimana melakukan sains? Tentunya kita akan mengajak anak untuk
mengeksplorasi lebih dahulu, melatih mereka untuk bertanya dan mengemukakan
alasan sampai akhirnya mereka dapat menemukan jawaban-jawaban melalui kegiatan
langsung setelah melakukan percobaan dan juga melalui kegiatan mental.
Tenaga
pendidik perlu mengajak anak untuk melakukan proses mengamati dan menduga.
Kedua-duanya sangat berkaitan, namun memiliki perbedaan yang prinsip. Mengamati
merupakan proses penggunaan semua indera anak untuk mengumpulkan data tentang
sesuatu obyek atau fenomena. Mengamati merupakan suatu proses yang aktif, bukan
sekedar pasif melihat sesuatu yang sedang terjadi. Mengamati merupakan keterampilan
dasar yang di dalamnya mengandung unsur-unsur menduga (inferring), mengukur (measuring),
dan mengkomunikasikan (communicating).
Menduga merupakan mengumpulkan pendapat atau perkiraan berdasarkan bukti-bukti.
Dugaan akan mengembangkan hipotesa, mengintepretasikan data dan
mengidentifikasi pola-pola, hal-hal umum yang mungkin terjadi, dan
kecenderungan tertentu. Dari
pola, generalisasi dan kecenderungan tersebut anak usia dini akan memaknai
dunia.[7]
D. Prinsip-prinsip dasar pengembagan
sainspada anak prasekolah
Sains pada dasarnya mencari hubungan
kausal antara gejala-gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses
pembelajaran sains seharusnya mengem-bangkan kemampuan bernalar dan berpikir
sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu
inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran sains
yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan sains.
Hal ini berarti, belajar sains tidak
hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip,
hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara
memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja
ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada
penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur,
mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya.
Pembelajaran
sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa
perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut
kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan
kajian kerja ilmiah adalah :
·
Mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian,
·
Mampu mengkomunikasikan pengetahuannya,
·
Mampu mengembangkan keterampilan berpikir,
·
Mampu mengembangkan
sikap dan nilai ilmiah.
Selanjutnya, bahan kajian sains yang
berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya adalah:
·
Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang
makhluk hidup dan proses kehidupan;
·
Memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya;
·
Memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan perubahannya;
·
Memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam semesta; serta
·
Memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.[8]
Keterampilan
proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah
keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan
alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja,
mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan, mengkomunikasikan, hasil
temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual untuk menguji
gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Prinsipnya
pembelajaran sains, yaitu cara memberi tahu dan cara berbuat,
akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam
sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalam interaksi
aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.
E. Pengembangan daya pikir dan kreatifitas melalui sains
Dunia anak adalah dunia bermain.
Dengan bermain, anak akan belajar berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Bagi
anak-anak bermain sangat menyenangkan karena dengan kegiatan hal ini, anak
dapat mengekpesikan berbagai perasaan maupun ide-ide yang yang sedang di
pikirkanya. Mereka juga dapat menjelajah ke dunia imajinasiatau khayalan
sehinga tanpa di sadari mereka telah mengebangkan daya kreatifitas,day cipta,
dan juga daya kemampuan berpikir. Selain itu,anak juga memuaskan rasa pengen
tahunya pada berbagi benda di hadapanya.
Sains merupakan cabang ilmu
pengetahuan bertujuan mempelajari dan memahami kejadian atau fenomena alam yang
terjadi di lingkungan sekitar. Memperkenalkan konsep sains pada anak di lakukan
dengan konsep bermain. Di dalam konsep bermain anak di ajak untuk
bereksperimen. Ketiak anak menguji sesuatu yang memancing rasa peengen tahunya,
sebenarnya dia telah berlatih berpikir kritis. Demgan demikian melatih
kemampuan berfikir baik kemampuan berpikir kritis mampu kreatif dan mampu
mempelajari berbagai konsep sederhana.[9]
Anda orang tua yang peduli dengan
kecerdasan anak?. Agar anak cerdas dan pandai, stimulasi (rangsangan) dan peran
aktif orang tua akan sangat berpengaruh dalam melatih daya ingat anak.
Bagaimana meningkatkan dan
melatihnya?
1.
Lakukan
kontak mata dalam setiap memberi informasi pada anak. Kontak pandangan mata
memberi arti sebuah keseriusan. Saat anda bicara dengan memandang mata lawan
bicara anda, maka makna pembicaraan anda lebih meyakinkan. Hal itu juga
menunjukkan bahwa anda benar-benar peduli pada anak.
2.
Libatkan
anak secara aktif dengan ikut serta menyanyi, mengucapkan, memperagaan,
melakukan langsung, dll. Karena, pada dasarnya sebuah informasi/ ilmu akan
lebih terkesan dan tidak mudah hilang dengan mengucapkan, memahami dan
melakukan atau mempraktekkan.
3.
Sisipkan
nama anak agar anak lebih konsentrasi dalam mengingat informasi baru. Hal ini
dapat dilakukan dengan metode cerita atau mengobrol dan tidak terkesan
menggurui.
4.
Beri
rangsangan agar anak dapat mengingat dengan cepat. Rangsangan ini dengan
mengingatkan anak pada sesuatu yang berkesan ketika anak di ajari. Hal inilah
yang sebenarnya menjadi alasan agar anak tidak terlalu di-proteksi dan tidak
terlalu di batasi untuk berkreasi dan berekspresi. Karena anak masih dalam
pencarian kebenaran. Anak akan lebih terkesan dan tidak mudah lupa jika ia
merasakan panasnya api obat nyamuk baker dengan memegangnya langsung, daripada
hanya sekedar di larang memegang.
5.
Ciptakan
suasana santai dan rileks saat mengajarkan sesuatu. Jika anda santai, maka anak
akan merasa nyaman. Anak tidak merasa di paksa dan di gurui. Karena pada
dasarnya dunia anak masih dunia bermain.[10]
F. Stategi dan metodologi pengembangan sains
Banyak
Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara: pertama
dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan terbuka
bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang
pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis,
mengukir, merancang dan instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di
Taman Kanak Kanak.
Pendekatan
yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan sains di Taman
kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus
memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara umum anak juga
mengalami periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa
pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para
ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor Lowenfeld menunjukkan bahwa
setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Lowenfeld
periodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:
Masa goresan (sekitar usia 2-4
tahun)
Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)
Masa bagan (sekitar usia 7-9
tahun)
Masa permulaan realisme (sekitar
usia 9-11 tahun)
Masa realisme semu (sekitar
umur 11-13 tahun)
Anak usia TK adalah termasuk
masa prabagan.
Masa ini
goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih bersifat mendatar, tegak dan
melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang
dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu, misalnya bentuk bagan manusia yang
masih sederhana. Kehadiran gambar manusia yang sering diwujudkan anak-anak
memang sangat wajar di mana anak selalu dalam lingkungan yang secara visual
manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat mewujudkan
objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini
ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya. Goresan-gorasan yang dibuat sudah
mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk memberi bentuk kepada imajinasinya.
Masa ini merupakan masa peralihan dari masa menoreng/menggores ke masa bentuk
bagan/skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan menggambar prabagan.[11]
Masa
seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak mulai
dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.
Dengan
demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B, harus
memperhatikan periodisasi perkembangan kognitif dan periode perkembangan seni
rupa bagi anak. Di mana anak dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa
prabagan dari sisi perkembangan
seni. Berangkat dari
sinilah pengembangan pembelajaran sains melalui seni mulai disusun dengan
memadukan pada semua aspek pengembangan dan mengacu pada tema-tema yang telah
dirangcang oleh dewan guru bersama kepala sekolah dalam rangka memberikan
pendidikan yang terbaik untuk anak.
G. Mengembangkan tema/ materi sains
Kaitannya dengan program program
pembelajaran sains usia dini, sains dapat dikembangkan menjadi tiga sustansi
mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan
proses sains, penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi
pengembangan sikap-sikap sains.
Pertama, sains sebagai suatu proses
adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan
dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan
atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk
terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan
Sund,2002; Sinaradi,1998). Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal
dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah
rasa tanggung jawap yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, juju, dan
terbuka terhadap pendapat orang lain. (Dawson,2004).[12]
Dari uraian diatas akhirnya dapat
kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya berisi rumus-rumus atau
teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang
bersifat universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu
di dunia ini; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan,
menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih
dini.[13]
H. Menyusun
alat dan media pembelajaran dengan bermain
dan bernyanyi
Sumber belajar adalah bahan termasuk
juga alat memberikan informasi maupun
ketrampilankepada siswa maupun guru untuk mendapat pengetahuan dan memperkaya
pengetahuan yang dapat berbentuk buku refrensi, buku cerita alat media,alat
masak,alat pertukangan.
Sumber belajar dapat di artikan pula
sebagai sejumlah mediayang dapat berupa benda-benda budaya,alat peraga. Sumber
belajar di tata sedemikian rupa dalam ruang kelas dan di kelompokan dengan
sistem area yang merupakan sumber belajar di taman kanak-kanak. Ada area agama,area
masak,area IPA penggunaan sumber beljar di sesuakan tingkat kebutuhan ana.
Karena anak usia taman kanak-kanakmasih dalam pengembagan maka sumber
belajaryang di butuhkan adalah yang dapatmengembagakan perkembagan kognitif.
Alat peraga yaitu alat bantu untuk
pelengkapdalam mengajaragar mengajar lebih efektif ( Naution,2004:98). Alat peraga dapat berupa
benda atau prilakuyang dapat di gunakan sebagai penghubung atau untuk
menjelaskan pengertian abstrak,antara teori dan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaan ala peraga bukan di maksudkan untuk mengganti guru
dalam mengajar atau membantu para siswa ddalam memahami konsep dan mempelajari
esuatu sehingga siswa mengalami keberhasialan dalam belajar.[14]
I.
Memanfaatkan lingkungan, serta implikasinya dalam merancang persiapan
Belajar,bermain,danbernyanyi Pembelajaran
untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi
(Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan
sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih.
Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan
serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan.
Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan
teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
J.
Melaksanakan pembelajaran sains
Kurikulum berbasis kopetensi
kanak-kanak pendekatan pembelajaran pada pembelajaran pada anak-anaktemasuk
pelajaran sains di lakukan pada pedoman yang ada program kegiatan yang telah
disusun,sehingga pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat di
kembangkan dengan sebaik-baikya dan obtimal.
Ilmu pengetahuan alam (sains) pada
hakikatnya dapat di tanamkan pada usia dini, selain itu pemahaman anak mengenai
sains akan akan lebih berfungsi,jika di kembagkan dengan seksama melaluai
kegiatan pembejaran di taman kanak-kanak.
Pendekatan pembelajaran sains pada
anak taman kanak- kanak hendaknya memperhatikan prinsip-prinsipyang beroritas
pada kebutuhan anak dengan memperhatikan kebutuhan sebagai berikut:
1. Beriroentasi
pada kebutuhan dan pengembagan anak
Salah satu kebutuhan pengembagan
anak adalah rasa aman.oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan
merasa aman secar psikologis, maka anak akan belajar dengan baik.di samping itu
jaga di perhatikan bahwa siklus belajar anak di taman kanak-kanak adalah
berulang dengan memerhatikan perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan
menimbulkan memotivasi belarnya, sedangkan anak akan belajar melalui interaksi
social dengan orang dewasa dan anak-anak yang lainya. Dengan demikian berbagai
jenis.[15]
2. Bermain
sambil belajar
Bermain merupakan pendekatan dalam
melaksanakan pembelajaran pada anak-anak di taman kanak-kanak. Untuk itu
dalam memberka pendidikan pada anak di
taman kanak-kanak di lakukan dengan situasi yang menyenangkan sehingga anak
tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran.selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus
menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk
belajar, melalui kegiatan bermain anak diajak untuk berekplorasi, menemukan dan
menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga
melalui bermain anak anak menemukan konsep dengan suasana yg menyenangkan dan
tidak terasa anak telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yg menyenangkan.
K. Evaluasi proses dan hasil belajar sains
Pengembagan formatif dalam program
dalam pengembagan kognitif menggunakan proses penyelesaian suptansi. Kegiatan
evaluasi merupakan suatu esempatan untuk merefleksikan pengalaman anak
serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil
belajar anak yang dicapai oleh anak. Jika tujuan evaluasi itu dilihat
dari sisi impliksi dan konsekuensi yang lebih jauh, maka tujuan penelitian
tersebut dimaksutkan untuk merencanakan kurikulum pengembangan anak,
Dengan demikian kedudukan
perkembangan dan kemajuan anak serta langkah-langkah tindak
lanjutnya dapat diketahui secara baik dan sistemik mulia serangkaian
kegiatan evaluasi yang dilaksanakanTerdapat beberapa jenis dan cara
melakukan evaluasi pebelajaran sains pada anak usia dini,diantaranya dimulai:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah cara mengumpulkan
data penilaian yang pengisianya berdasarkan pengamatan langsung terhadap
sikap dan perilaku anak. Agar data perkembangan anak selama mengikuti
program sains dapat diperoleh secara rinci atau akurat, serta tidak
ada ada bagian yang terlewatkan maka sebaliknya guru menggunakan
pedoman observisi yang tepat[16].
2. Catatan Anekdot
Catatan Anekdot atau “anecdotal
record“ adalah kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak yang
khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Kedua perilaku tersebut
apabila muncul pada anak saat mengikuti program sains, harus dicatatat oleh
guru. Hal itu akan sangat berguna bagi pembinaan anak, dan
penentuan keputusan serta layanan khusus lainnya.
3.
Percakapan
Atau “interview”
Percakapan adalah metode penilaian
yang dilkukan melalui bercakap-cakap atau wawancar antara anak dengan guru baik
di dalam kelas maupun diluar kelas. Percakapan sangat berguna untuk menggali
secara langsung tentang apa yang sedang dirasakan, dipikirkn dan diinginkan
anak. Dari percakapan kita akan dapat memperoleh gambaran tentang minat, motivasi, dan
kebutuhan-kebutuhan anak dalam program sains. Pada saat melakukan percakapan
sebaiknya guru selalu memegang daftar cek perkembngan anak, sehingga segala
hasilnya terdokumentasikan.
4.
Pemberian
Tugas
Pemberian tugas dalah suatu metode
penilaian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil
kerja anak. Pemberian tugas dalam kegitan sains berpasangan maupun
individul sehingg hasil pemberian tugas dapat berupa satu karya kelompok,
sepasang atau seorang anak. Yang terpenting dalam pemberian tugas pada
aktifitas sains yang harus dinilai bukan hanya hasilnya, guru juga harus
menilai bagaimana proses sains dilaksanakan oleh setip anak.
Dari sejumlah cara evaluasi sains
yang dapat dilakukan guru diatas, akan menjadi semakin bermakna dan
fungsional bagi guru/tutor apabila dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa
fungsi berikut ini :
a.
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada prinsip
perkembangan anak
bukan pada prestasi.
Jadi evaluasi kemajuan sains setiap anak tidak dibandingkan secara formal
dengan anak lainnya, karena memang setiap anak adalah berbeda (every
child is defferent ),
b.
Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada
saat anak sedang dalam kegiatan. Disanalah saat yang tepat anda
mengetahui apa yang dilakukan, apa yang diselesaikan, apa yang dipikirkan
bahkan termasuk apa yang dihayalkan anak terkait dengan kegiatan sains yang
dilaksanakannya.
c.
Lakukan evaluasi dengan cara alamiah atau naturlistik,
sehingga meskipun Guru/Tutor melakukan evaluasi pada saat anak tidak
merasa terganggu. Tidak perlu Guru/Tutor mengumumkan pada anak bahwa
guru/tutor akan sedang melakukan kegiatan, kesadaran itu hanya ada pada guru/tutor
yang sedang menilai saja.
d.
Lakukanlah penandaan, pencatatan dan reportase secara segera
terhadap segala perilaku yang muncul pada anak pada saat mengikuti kegiatan
sains. Guru yang memahami arti penting evaluasi pada anak usia dini, akan
selalu menyelipkan beberapa lembar kertas disakunya serta sebuh alat tulis yang
dapat digunakan setiap saat diperlukan.
Dengan demikian perilaku penting yang
terjadi pada anak dapat segera dicatat dan tidak terlewatkan untuk
didokumentasikan. Ingatlah karaktristik anak usia dini yang
spontan, mudah beralih, dan dinamis; sehingga kesempatan berperilaku
kadang-kadang sekali saja
IV.
KESIMPULAN
Jadi mengukur dan menilai dalam
pembelajaran di Taman Kanak – Kanak sangat berhubungan guru bertanggung jawab
dalam menilai dan mengukur anak didiknya.apa bila ada kekurangan dalam anak
didiknya guru mengevaluasi agar anak tersebut dapat maju pesat seperti anak
yang lain.pembelajaran yang di suguhkan harus sesuai dengan kurikulum yang
berlaku .karakteristik anak juga harus di mengerti oleh pendidik .karakteristik
dalam pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan dengan belajar, bermain dan
bernyanyi.pembelajarannya berorientasi pada perkembangan anak didiknya.
Secara substansial pembelajaran sains
dapat dipandang sebagai suatu hasil /produk, proses dan sikap. Adapun tujuan
mendasar dari pendidikan sains yaitu untuk mengembangkan individu anak usia
dini agar melek teradap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu
menggunakan aspek-aspek fundamentalnya dalam kehidupan sehari-hari. Jida
fokus program pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini terhadap dunia
dimana mereka hidup atau bertempat tinggal.
Ruang lingkup pembelajaran sains pada
anak usia dini dapat dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau
disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu
hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia; pengembangan atau
kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang semestinya
dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan
penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap
sains (jiwa ilmuwan).
Langkah-langkah pembelajaran sains
diawali dengan: 1) perumusan tujuan, 2 ) penentuan material, 3) setting
lingkungan, 4) pengembangan kegiatan, 5) pemberian penghargaan, dan 6) tindakan
pengayaan .
Langkah tersebut dapat dilakukan
dengan memperhatikan beberapa pendekatan pengembangan program pembelajaran
sains pada anak usia dini, 1) pendekatan yang bersifat situasional , 2)
pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri, dan 3) pendekatan yang
bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain.
Ketercapaian pembelajaran sains pada
anak usia dini akan dapat berjalan dengan baik, manakala pembelajaran sains
tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Evaluasi hasil
pembelajaran sains diarahkan untuk penelusuran dan penentuan tingkat tingkat
keberhasilan pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya selanjutnya. Baik tindakan
perbaikan, pengayaan maupun pengembanganselanjutnya.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang saya susun, mungkin bayak sekali
kekurangan, maka dengn kritikdan saranyang dapat membagun maotivasi untuk
memperbaiki makalah menjadi lebih baik. Amin
[1]Imam chourmain,Pendekatan Alternatif Pendekatan anak usia
dini,
( Jakarta: Rineka cipta,2011) hlm.30
[2]Dwi yulianti,bermain sambil belajar sains di taman
kanak-kanak,
( Jakarta: PT indeks,2010 ) hlm.3
[3] ibid hlm.5
[6] Ibid hlm 80
[7] Opcit hlm 45
[8] Carol
seefelddt & Barbara A. wasik, pendidikan
usia dinimenyiapkan anak pada usia tiga,empat,dan lima tahun masuk sekolah,(
DKI, PT indeks, 2008 ).hlm 65
[9] Opcit hlm.72
[11] Opcit.hlm 23
[13] . ibid hlm 98
[14] Opcit hlm.34
[15] Ibid hlm.169
[16] Opcit hlm.31
https://www.facebook.com/profile.php?id=100008922733607 Makasih infonya
ReplyDeletehendrawansyah.
ReplyDeleteterima kasih infonya !! ini sangat membantu
thank u
ReplyDelete