I.
PENDAHULUAN
Pendekatan pengembangan keterampilan didasarkan atas pandangan
tentang perilaku perkembangan anak. Anak-anak usia dini butuh untuk
mengembangkan keterampilan khusus yang akan memungkinkan dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu secara efektif di sekolah.
Perkembangan kemampuan keterampilan dalam membaca, berbahasa,
menulis dan berhitung, dan perilaku yang dibutuhkannya di kelas seperti bekerja
secara mandiri, memberikan perhatian, dan menyelesaikan sesuatu tugas
didasarkan dan bertumpu pada pendekatan ini (pendekatan pengembangan
Psikomotor menurut Taxonomy B.S. Bloom;Penyadur).
Agar
anak-anak tuntas pada keterampilan-keterampilan dan perilaku-perilaku tersebut,
maka strategi mengajar dirancang atau di desain untuk mengubah kinerja yang
mudah diamati dan terukur. [1]
Untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan Anak Usia ( PAUD ) dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak,
tentunya setiap orang tua atau pendidik PAUD harusmengetahui cara atau metode yang dipakai. Meskipun secara umum
metode yang digunakan adalah bermain
sambil belajar. Sehingga tidak salah jika dalam hal ini bermain adalah
bertujuan untuk mengarahkan fungsi motorik anak agar mampu dioptimalkan
secara baik.[2]
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
B.
Tujuan
Pengembangan Keterampilan
C.
Perencanaan
Pembelajaran
D.
Ruang
Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
E.
Peran
Pembelajaran Guru dan Siswa
F.
Metode-metode
Penilaian (Evaluasi)
G.
Fungsi
Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga
III.
PEMBAHASAN
A.
Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan
orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang
sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan
psikososial anak.
Tumbuh kembang ini berjalan sedemikian cepatnya sehingga
keberhasilan tahun-tahun pertama menentukan hari depan anak. Kelainan atau
penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik dan tidak
terdeteksi secara nyata akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya.
Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah
berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community
based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di
Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan
pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia
seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masayarakat Indonesia
seluruhnya.
Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas
dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok
bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat
kebutuhannya akan perlakukan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan
dari keluarga msikin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinya rangsangan
intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.
Beberapa tokoh yang mengemukakan teori tentang pentingnya landasan
pendidikan bagi anak usia dini:
1.
Wittrock
(Clark, 1983) mengemukakan bahwa ada tiga wilayah perkembangan otak yang
semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan
sinapsis, dan pembagian sel saraf.
2.
John
Dewey
Teori
Dewey yang terkenal adalah progresivisme, yang lebih menenkankan pada anak
didik dan minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan
datang.
B.
Tujuan Pengembangan Keterampilan
Tujuan pengembangan keterampilan merupakan tujuan harapan-harapan
jangka panjang untuk perkembangan keterampilan dan perilaku anak. Agar
perencanaan pembelajaran terwujud, maka tujuan-tujuan ini harus dibatasi pada
lingkup tujuan-tujuan yang tidak berlangsung dan hasil-hasil pembelajaran
khusus.
Tujuan-tujuan program perkembangan keterampilan (Psikomotorik;
Penyadur) secara langsung berhubungan dengan keterampilan-keterampilan dan
perilaku-perilaku yang memungkinkan anak-anak bersaing melakukan secara efektif
di sekolah. Kesemuanya ini meliputi kegiatan membaca; berbahasa; menulis dan
berhitung, dan perilaku-perilaku yang diharapkan sekolah. [3]
Tekanan utama diletakkan pada perkembangan
keterampilan-keterampilan akademik ini. Oleh karenanya, walau tujuan-tujuan
telah dinyatakan bagi lingkup psikomotor dan sikap, tetap berkaitan dengan
fokus ini. Berikut ini adalah prototipe tujuan-tujuan bagi program
keterampilan-keterampilan siswa atau anak. Lebih kurangnya tujuan ini adalah
sebagai berikut ;
v Perkembangan Kognititf
1.
Anak-anak
akan merekam atau mengungkap bahasa-bahasa tertulis;
2.
Anak
akan mengembangkan konsep-konsep angka
3.
Anak
akan mengambangkan kemampuan untuk memecahkan soalsoal berhitung
v Perkembangan berbahasa
1.
Anak
akan berbicara dengan benar dalam bahasa Inggris ( di sini bahasa Indonesia;
penyadur ) yang standar.
2.
Anak
akan menggunakan konsep-konsep “lawan kata-kata” dan yang berkaitan
3.
Anak
akan mengikuti petunjuk-petunjuk yang kompleks
v Perkembangan sikap (Affective)
1.
Anak-anak
akan menunjukkan sikap positif terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya
2.
Anak-anak
akan mengembangkan konsep diri yang positif dengan mengalami sendiri
keberhasilan-keberhasilan akademiknya
3.
Anak-anak
akan berinteraksi dengan efektif terhadap orang-orang dewasa dan anak-anak
lainnya
4.
Tujuan-tujuan
di atas adalah pernyataan-pernyataan yang berorientasikan pada produk, sebagai
kebalikan dari pernyataan-pernyataan yang berorientasi pada proses.
Tujuan-tujuan yang berorientasi pada produk, lebih terfokuskan pada hasil-hasil
spesifik yang dapat diamati, yakni produk-produk akhir dan sama sekali bukan
proses, bagaimana dan mengapa sesuatu itu diperoleh atau di capai[4]
C.
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran adalah program pengembangan keterampilan sebagai bagian dari
proses mendiagnosis resep proses. Proses ini mencakup :
1.
Pernyataan
hasrat pencapaian hasil belajar dari sesuatu aktivitas belajar
2.
Penilaian
tingkat masukan (input) perilaku
3.
Susunan
situasi belajar yang diinginkan
4.
Langsung
mengajarkan keterampilan-keterampilan baru
5.
Menyampaikan
umpan balik dan penguatan ulang
6.
Menilai
hasil perilaku
7.
Mengajarkan
ulang jika memang diperlukan
Ketiga langkah
pertama itu dalam proses ini adalah bagian dari peran guru dalam perencanaan
program pengembangan sesuatu keterampilan
Hasil – hasil
yang didinginkan dari sesuatu aktivitas belajar dinyatakan dalam tujuan
terminal. Tujuan-tujuan ini termasuk hal-hal sebagi berikut[5] :
a)
Uraian
hasil sesuatu kegiatan belajar yang diharapkan dicapai oleh pembelajaran
(anak-anak)
b)
Situasi
dimana anak-anak diharapkan melakukan perilaku yang diharapkan
c)
Pernyataan
tentang kinerja atau kriteria yang akan menentukan tuntasnya tingkat pencapaian
tujuan belajar
Hal-hal ini
akan memungkinkan guru-guru untuk menentukan, bila terjadi perilaku dan sampai
mana tingkat keterampilan. Konsep-konsep yang harus dipelajari, ditetapkan
sebelumnya dan disusun berkelanjutan dari yang paling sederhana sampai pada
tingkat yang kompleks, dengan alasan bahwa pembelajaran itu bersifat
berjenjang.
Melalui
penggunaan keanekaragaman teknik penilaian formal dan informal, maka guru
menentukan sampai batas mana anak-anak akan ikut dalam program berkelanjutan,
yakni guru yang menentukan sampai di mana pencapaian hasil belajar anak. Di
sinilah letak perbedaan utama antara program tradisional dan program yang
berorientasi pada keterampilan.
D.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain
yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content) dan
proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok
usia, yaitu sebagai berikut[6] :
1.
Materi
Usia Lahir Sampai 3 Tahun
Pengembangan
materi pembelajaran untuk usia lahir sampai 3 tahun meliputi
a)
Pengenalan
diri sendiri
b)
Pengenalan
perasaan (perkembangan emosi)
c)
Pengenalan
tentang orang lain (perkembangan sosial)
d)
Pengenalan
berbagai gerak (perkembangan fisik)
e)
Mengembangan
komunikasi (perkembangan bahasa)
f)
Keterampilan
berfikir (perkembangan kognitif)
2.
Materi
Anak Usia 3 Tahun ke Atas
a)
Keterampilan
gerak diantaranya melompat, melempar, menangkap, menghindar.
b)
Melakukan
beberapa tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang berhubungan dengan
orang lain.
c)
Menawarkan
kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi bebas.
E.
Peran Pembelajaran Guru dan Siswa
Guru dalam
program pengembangan keterampilan melaksanakan “ teknik-teknik pembelajaran langsung” hal ini
dipandang sebagai model pembelajaran yang paling efisien dan efektif.
Berdasarkan perencanaan belajar yang telah dikembangkan, maka guru secara
kelompok-kelompok anak yang homogen (sama), dalam format pembelajaran langsung.
Guru-guru juga melakukan langkah-langkah berikut dalam melaksanakan aktivitas
mengajar :
1)
Memotivasi
minat anak dalam aktivitas isi atau program pembelajaran
2)
Nyatakan
hasil belajar yang diinginkan kepada kelompok-kelompok anak dengan menggunakan
istilah-istilah yang dimengerti oleh anak-anak
3)
Lakukan
model perilaku yang sesuai
4)
Langsung
laksanakan mengajar sebagaimana yang telah dinyatakan dalam tujuan belajar
5)
Ajukan
pertanyaan-pertanyaan yang langsung mengungkapkan ingatan
6)
Perkuat
dengan pengulangan keterlibatan anak dalam perilaku yang diharapkan
7)
Berikan
umpan balik hasil belajar kepada anak-anak atau siswa
8)
Laksanakan
“acara penutupan” kegiatan
Pengelolaan
kelas dalam program yang berorientasi pada pengembangan keterampilan meliputi
juga penggunaan teknik-teknik “perubahan perilaku”. efektivitas pengelolaan
ruang kelas tergantung pada perencanaan lingkungan belajar yang kondusif untuk
belajar, penguatan perilaku yang diharapkan secara positif, jangan peduli pada
perilaku-perilaku siswa yang tidak sesuai, perkuat dan batasi perilaku-perilaku
siswa yang tidak menyimpang tujuan belajar, dan secara menyeluruh selalu
konsisten dalam interaksi dengan anak-anak.
F.
Metode-metode Penilaian (Evaluasi)
Michel Scriven
(1967) telah menggunakan garis besar Model Umum bagi penilaian program
pengembangan keterampilan. Dalam model ini ia menyarankan bahwa tujuan-tujuan
program harus berefleksi dalam kurikulum program tersebut, dan sebaliknya
penilaian program juga harus cocok dengan tujuan-tujuan program dan kurikulum
itu sendiri. Langkah pertama dalam penilaian program karenanya adalah
menguraikan sasaran dan tujuan belajar.
Proses untuk
pengembangan sasaran dan tujuan dibicarakan kemudian. Namun di lain pihak,
kurikulum akan dikembangkan berdasarkan penilaian dalam cara yang
berkelanjutan.
Scriven juga
mendefinisikan dua bentuk evaluasi, pertama adalah Penilaian Sumatif dan
kedua Penilaian Formatif. Penilaian Formatif adalah upaya penilaian
perkembangan keterampilan sesuai perubahan kurikulum. Dan penilaian
formatif dilaksanakan secara berkelanjutan sepanjang tahun.
Penilaian Sumatif sesuai dengan tujuan
penilaian terhadap dampak menyeluruh kurikulum yang sudah dikembangkan dengan
cara menggunakan hasil penilaian formatif. Penilaian sumatif terjadi dan
dilaksanakan pada awal dan akhir tahun pelajaran. Asumsikan bahwa sasaran dan
tujuan program pembelajaran telah dilaksanakan pada awal tahun, maka tugas
utama staf pelaksana atau guru adalah menilai siswa terhadap pencapaian sasaran
dan tujuan pembelajaran.
Inilah langkah
pertama penilaian dalam proses penilaian formatif. Agar proses penilaian
formatif ini tercapai, strategi yang lazim ditempuh adalah memilih sekelompok
atau sekumpulan sasaran dan tujuan. Guru-guru memilih seperangkat tujuan utama
yang mewakili perkembangan psikomotor, kognitif, afektif dan perkembangan berbahasa.
Penilaian
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan Program Pengembangan Keterampilan
dilaksanakan dengan menggunakan satuan tes yang secara periodik dan juga
dilakukan observasi sistemik perilaku siswa. Perkembangan akademik siswa
dinilai dengan menggunakan satuan pra dan pos-tes.
Kurikulum
dibagi-bagi ke dalam didefinisikan dengan jelas tujuan-tujuannya. Tujuan-tujuan
dikemukakan dalam tes yang merujuk pada kriteria, untuk mengukur pencapaian
tingkat kinerja siswa.
Dalam mengukur
perilaku siswa yang sesuai di sekolah, misalnya perhatian dan minat siswa
terhadap tugas, kebiasaan-kebiasaan kerja, dan interaksi sosial, penggunaan
daftar cek perilaku oleh guru, dan teknik-teknik observasi. Contoh penggunaan
waktu, kekocakan, peristiwa-peristiwa, dan teknik-teknik rekaman interval,
lazimnya digunakan dalam observasi dan rekaman perilaku siswa dalam kelas. Baik
data-data hasil observasi dan tes, dialihkan dalam bentuk grafik yang
menyajikan rekaman visual berkelanjutan bagi tiap kemajuan perkembangan anak-anak
siswa.
H.
Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga
Dalam rangka
melaksanakan fungsi sosialisasi itu keluarga menduduki kedudukan sebagai
penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial.
Faktor yang
menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah
sebagai berikut :
a)
Keluarga
merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara
tertutup.
b)
Orang
tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah dari
kasih sayang hubungan suami istri.
c)
Karena
hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi
sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap,
tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiannya.
Adapun tujuan
dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada
anaknya tentang :
a).
Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar anak untuk menguasai dirinya
timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan
dirinya.
b).
Nilai
Nilai
dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat usia berusia enam tahun.
Bersamaan dengan latihan penguasaan diri.
c).
Peranan Sosial
Setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan
dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai
dengan gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang
digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua
berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaanya. Dengan dilandasi oleh
kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak
akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku
seseorang yang tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang merasa hormat
kepadanya.
Pola asuh yang
dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak.
Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga
merupakan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam
keluarga diantaranya :
a.
Pola
Asuh Yang Memanjakan
Dalam
hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan memanjakan
yang berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si anak diluar
batas kewajaran. Akibat ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya karena
terlalu dikhawatirkan oleh orang tuanya.
b.
Pola
Asuh Membiarkan
Pola
ini dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri tanpa mengarahkan,
anak dapat berbuat apa saja sesuai keinginannya. Akibat hal ini kemungkinan
yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk bekerja
sama.
c.
Pola
Asuh Otoriter
Dalam
pola ini orang tua berindak bahwa sesuatu yang menjadi aturannya harus dijalani
dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu
mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan
dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.
d.
Pola
Asuh Otoriatif
Pola
asuh yang wajar dan tempat untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak
yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi.
[1]Ardiwinata, jajat dan achmad hufad. (2007). Sosiologi
antropologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS, hlm 22
[2] http://www.scribd.com/doc/49105474/metode-pembelajaran-paud .13:04
[3] Chourmain, Imam. Pendidikan-pendidikan Alternatif Pendidikan
Anak Usia Dini , Jakarta : Rineka Cipta , 2011, hlm 15
[4] Ibid,
hlm 17
[5] Sagala, H. Syaiful. Manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2007, hlm
76
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !