Headlines News :
Home » » MAKALAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL PAUD

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL PAUD

Written By Figur Pasha on Thursday, December 20, 2012 | 10:10 PM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم



I.                   PENDAHULUAN
Pendekatan pengembangan keterampilan didasarkan atas pandangan tentang perilaku perkembangan anak. Anak-anak usia dini butuh untuk mengembangkan keterampilan khusus yang akan memungkinkan dirinya mampu untuk melakukan sesuatu secara efektif di sekolah.
Perkembangan kemampuan keterampilan dalam membaca, berbahasa, menulis dan berhitung, dan perilaku yang dibutuhkannya di kelas seperti bekerja secara mandiri, memberikan perhatian, dan menyelesaikan sesuatu tugas didasarkan dan bertumpu pada pendekatan ini (pendekatan pengembangan Psikomotor menurut Taxonomy B.S. Bloom;Penyadur).
Agar anak-anak tuntas pada keterampilan-keterampilan dan perilaku-perilaku tersebut, maka strategi mengajar dirancang atau di desain untuk mengubah kinerja yang mudah diamati dan terukur.  [1]
Untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan Anak Usia   ( PAUD ) dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya setiap orang tua atau pendidik PAUD harusmengetahui cara atau metode yang dipakai. Meskipun secara umum metode yang digunakan adalah bermain sambil belajar. Sehingga tidak salah jika dalam hal ini bermain adalah bertujuan untuk mengarahkan fungsi motorik anak agar mampu dioptimalkan secara baik.[2]
II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
B.     Tujuan Pengembangan Keterampilan 
C.    Perencanaan Pembelajaran
D.    Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
E.     Peran Pembelajaran Guru dan Siswa
F.     Metode-metode Penilaian (Evaluasi)
G.    Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga

III.             PEMBAHASAN

A.      Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial anak.
Tumbuh kembang ini berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik dan tidak terdeteksi secara nyata akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masayarakat Indonesia seluruhnya.
Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakukan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga msikin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.
Beberapa tokoh yang mengemukakan teori tentang pentingnya landasan pendidikan bagi anak usia dini:
1.      Wittrock (Clark, 1983) mengemukakan bahwa ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf.
2.      John Dewey
Teori Dewey yang terkenal adalah progresivisme, yang lebih menenkankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.  

B.       Tujuan Pengembangan Keterampilan

Tujuan pengembangan keterampilan merupakan tujuan harapan-harapan jangka panjang untuk perkembangan keterampilan dan perilaku anak. Agar perencanaan pembelajaran terwujud, maka tujuan-tujuan ini harus dibatasi pada lingkup tujuan-tujuan yang tidak berlangsung dan hasil-hasil pembelajaran khusus.
Tujuan-tujuan program perkembangan keterampilan (Psikomotorik; Penyadur) secara langsung berhubungan dengan keterampilan-keterampilan dan perilaku-perilaku yang memungkinkan anak-anak bersaing melakukan secara efektif di sekolah. Kesemuanya ini meliputi kegiatan membaca; berbahasa; menulis dan berhitung, dan perilaku-perilaku yang diharapkan sekolah. [3]
Tekanan utama diletakkan pada perkembangan keterampilan-keterampilan akademik ini. Oleh karenanya, walau tujuan-tujuan telah dinyatakan bagi lingkup psikomotor dan sikap, tetap berkaitan dengan fokus ini. Berikut ini adalah prototipe tujuan-tujuan bagi program keterampilan-keterampilan siswa atau anak. Lebih kurangnya tujuan ini adalah sebagai berikut ;
v  Perkembangan Kognititf
1.    Anak-anak akan merekam atau mengungkap bahasa-bahasa tertulis;   
2.    Anak akan mengembangkan konsep-konsep angka
3.    Anak akan mengambangkan kemampuan untuk memecahkan soalsoal berhitung
v  Perkembangan berbahasa
1.      Anak akan berbicara dengan benar dalam bahasa Inggris ( di sini bahasa Indonesia; penyadur ) yang standar.
2.      Anak akan menggunakan konsep-konsep “lawan kata-kata” dan yang berkaitan
3.      Anak akan mengikuti petunjuk-petunjuk yang kompleks
v  Perkembangan sikap (Affective)
1.      Anak-anak akan menunjukkan sikap positif terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya
2.      Anak-anak akan mengembangkan konsep diri yang positif dengan mengalami sendiri keberhasilan-keberhasilan akademiknya
3.      Anak-anak akan berinteraksi dengan efektif terhadap orang-orang dewasa dan anak-anak lainnya
4.      Tujuan-tujuan di atas adalah pernyataan-pernyataan yang berorientasikan pada produk, sebagai kebalikan dari pernyataan-pernyataan yang berorientasi pada proses. Tujuan-tujuan yang berorientasi pada produk, lebih terfokuskan pada hasil-hasil spesifik yang dapat diamati, yakni produk-produk akhir dan sama sekali bukan proses, bagaimana dan mengapa sesuatu itu diperoleh atau di capai[4]

C.      Perencanaan Pembelajaran
            Perencanaan pembelajaran adalah program pengembangan keterampilan sebagai bagian dari proses mendiagnosis resep proses. Proses ini mencakup :
1.      Pernyataan hasrat pencapaian hasil belajar dari sesuatu aktivitas belajar
2.      Penilaian tingkat masukan (input) perilaku
3.      Susunan situasi belajar yang diinginkan
4.      Langsung mengajarkan keterampilan-keterampilan baru
5.      Menyampaikan umpan balik dan penguatan ulang
6.      Menilai hasil perilaku
7.      Mengajarkan ulang jika memang diperlukan
Ketiga langkah pertama itu dalam proses ini adalah bagian dari peran guru dalam perencanaan program pengembangan sesuatu keterampilan
Hasil – hasil yang didinginkan dari sesuatu aktivitas belajar dinyatakan dalam tujuan terminal. Tujuan-tujuan ini termasuk hal-hal sebagi berikut[5] :
a)      Uraian hasil sesuatu kegiatan belajar yang diharapkan dicapai oleh pembelajaran (anak-anak)
b)      Situasi dimana anak-anak diharapkan melakukan perilaku yang diharapkan
c)      Pernyataan tentang kinerja atau kriteria yang akan menentukan tuntasnya tingkat pencapaian tujuan belajar
Hal-hal ini akan memungkinkan guru-guru untuk menentukan, bila terjadi perilaku dan sampai mana tingkat keterampilan. Konsep-konsep yang harus dipelajari, ditetapkan sebelumnya dan disusun berkelanjutan dari yang paling sederhana sampai pada tingkat yang kompleks, dengan alasan bahwa pembelajaran itu bersifat berjenjang.
Melalui penggunaan keanekaragaman teknik penilaian formal dan informal, maka guru menentukan sampai batas mana anak-anak akan ikut dalam program berkelanjutan, yakni guru yang menentukan sampai di mana pencapaian hasil belajar anak. Di sinilah letak perbedaan utama antara program tradisional dan program yang berorientasi pada keterampilan.
D.      Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content) dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu sebagai berikut[6] :
1.      Materi Usia Lahir Sampai 3 Tahun
Pengembangan materi pembelajaran untuk usia lahir sampai 3 tahun meliputi
a)      Pengenalan diri sendiri
b)      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
c)      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
d)     Pengenalan berbagai gerak (perkembangan fisik)
e)      Mengembangan komunikasi (perkembangan bahasa)
f)       Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)
2.      Materi Anak Usia 3 Tahun ke Atas
a)      Keterampilan gerak diantaranya melompat, melempar, menangkap, menghindar.
b)      Melakukan beberapa tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang berhubungan dengan orang lain.
c)      Menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi bebas.

E.       Peran Pembelajaran Guru dan Siswa
Guru dalam program pengembangan keterampilan melaksanakan “  teknik-teknik pembelajaran langsung” hal ini dipandang sebagai model pembelajaran yang paling efisien dan efektif. Berdasarkan perencanaan belajar yang telah dikembangkan, maka guru secara kelompok-kelompok anak yang homogen (sama), dalam format pembelajaran langsung. Guru-guru juga melakukan langkah-langkah berikut dalam melaksanakan aktivitas mengajar :
1)      Memotivasi minat anak dalam aktivitas isi atau program pembelajaran
2)      Nyatakan hasil belajar yang diinginkan kepada kelompok-kelompok anak dengan menggunakan istilah-istilah yang dimengerti oleh anak-anak
3)      Lakukan model perilaku yang sesuai
4)      Langsung laksanakan mengajar sebagaimana yang telah dinyatakan dalam tujuan belajar
5)      Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang langsung mengungkapkan ingatan
6)      Perkuat dengan pengulangan keterlibatan anak dalam perilaku yang diharapkan
7)      Berikan umpan balik hasil belajar kepada anak-anak atau siswa
8)      Laksanakan “acara penutupan” kegiatan
Pengelolaan kelas dalam program yang berorientasi pada pengembangan keterampilan meliputi juga penggunaan teknik-teknik “perubahan perilaku”. efektivitas pengelolaan ruang kelas tergantung pada perencanaan lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar, penguatan perilaku yang diharapkan secara positif, jangan peduli pada perilaku-perilaku siswa yang tidak sesuai, perkuat dan batasi perilaku-perilaku siswa yang tidak menyimpang tujuan belajar, dan secara menyeluruh selalu konsisten dalam interaksi dengan anak-anak.

F.       Metode-metode Penilaian (Evaluasi)
Michel Scriven (1967) telah menggunakan garis besar Model Umum bagi penilaian program pengembangan keterampilan. Dalam model ini ia menyarankan bahwa tujuan-tujuan program harus berefleksi dalam kurikulum program tersebut, dan sebaliknya penilaian program juga harus cocok dengan tujuan-tujuan program dan kurikulum itu sendiri. Langkah pertama dalam penilaian program karenanya adalah menguraikan sasaran dan tujuan belajar.
Proses untuk pengembangan sasaran dan tujuan dibicarakan kemudian. Namun di lain pihak, kurikulum akan dikembangkan berdasarkan penilaian dalam cara yang berkelanjutan.
Scriven juga mendefinisikan dua bentuk evaluasi, pertama adalah Penilaian Sumatif dan kedua Penilaian Formatif. Penilaian Formatif adalah upaya penilaian perkembangan keterampilan sesuai perubahan kurikulum. Dan penilaian formatif dilaksanakan secara berkelanjutan sepanjang tahun.
 Penilaian Sumatif sesuai dengan tujuan penilaian terhadap dampak menyeluruh kurikulum yang sudah dikembangkan dengan cara menggunakan hasil penilaian formatif. Penilaian sumatif terjadi dan dilaksanakan pada awal dan akhir tahun pelajaran. Asumsikan bahwa sasaran dan tujuan program pembelajaran telah dilaksanakan pada awal tahun, maka tugas utama staf pelaksana atau guru adalah menilai siswa terhadap pencapaian sasaran dan tujuan pembelajaran.
Inilah langkah pertama penilaian dalam proses penilaian formatif. Agar proses penilaian formatif ini tercapai, strategi yang lazim ditempuh adalah memilih sekelompok atau sekumpulan sasaran dan tujuan. Guru-guru memilih seperangkat tujuan utama yang mewakili perkembangan psikomotor, kognitif, afektif dan perkembangan berbahasa.
Penilaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan Program Pengembangan Keterampilan dilaksanakan dengan menggunakan satuan tes yang secara periodik dan juga dilakukan observasi sistemik perilaku siswa. Perkembangan akademik siswa dinilai dengan menggunakan satuan pra dan pos-tes.
Kurikulum dibagi-bagi ke dalam didefinisikan dengan jelas tujuan-tujuannya. Tujuan-tujuan dikemukakan dalam tes yang merujuk pada kriteria, untuk mengukur pencapaian tingkat kinerja siswa.
Dalam mengukur perilaku siswa yang sesuai di sekolah, misalnya perhatian dan minat siswa terhadap tugas, kebiasaan-kebiasaan kerja, dan interaksi sosial, penggunaan daftar cek perilaku oleh guru, dan teknik-teknik observasi. Contoh penggunaan waktu, kekocakan, peristiwa-peristiwa, dan teknik-teknik rekaman interval, lazimnya digunakan dalam observasi dan rekaman perilaku siswa dalam kelas. Baik data-data hasil observasi dan tes, dialihkan dalam bentuk grafik yang menyajikan rekaman visual berkelanjutan bagi tiap kemajuan perkembangan anak-anak siswa. 
H.    Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga
Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialisasi itu keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial.
Faktor yang menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :
a)      Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara tertutup.
b)      Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah dari kasih sayang hubungan suami istri.
c)      Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang :
                        a). Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses      mengajar anak untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. 
                        b). Nilai
                               Nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat usia berusia enam tahun. Bersamaan dengan latihan penguasaan diri. 
                        c). Peranan Sosial
Setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya.
        Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaanya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku seseorang yang tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang merasa hormat kepadanya.
        Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga merupakan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam keluarga diantaranya :
a.       Pola Asuh Yang Memanjakan
Dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan memanjakan yang berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si anak diluar batas kewajaran. Akibat ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya karena terlalu dikhawatirkan oleh orang tuanya.
b.      Pola Asuh Membiarkan
Pola ini dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri tanpa mengarahkan, anak dapat berbuat apa saja sesuai keinginannya. Akibat hal ini kemungkinan yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk bekerja sama. 
c.       Pola Asuh Otoriter
Dalam pola ini orang tua berindak bahwa sesuatu yang menjadi aturannya harus dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.
d.      Pola Asuh Otoriatif
Pola asuh yang wajar dan tempat untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi.



[1]Ardiwinata, jajat dan achmad hufad. (2007). Sosiologi antropologi Pendidikan. Bandung: UPI PRESS, hlm 22
[2] http://www.scribd.com/doc/49105474/metode-pembelajaran-paud .13:04
[3]  Chourmain, Imam. Pendidikan-pendidikan Alternatif Pendidikan Anak Usia Dini , Jakarta : Rineka Cipta , 2011, hlm 15
[4] Ibid, hlm 17
[5] Sagala, H. Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2007, hlm 76
[6] Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai, hlm 154

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template