Headlines News :
Home » » MAKALAH PAUD BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK

MAKALAH PAUD BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK

Written By Figur Pasha on Thursday, December 20, 2012 | 9:09 PM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


         I.               PENDAHULUAN
Dalam dua dekade terakir ini pertambahan dramatis jumplah anak yang di identifikasi menderita gangguan kesehatan mental masa anak mrupakan salah satu petunjk dari ada nya tekanan yang meningkat yang membebani anak anak di masa sekarang. Beban ini tampak lebih besar kepada anak usia dini di bandingkan anak yang usia lebih tua dikarenakn anak usia dini belum mampu untuk mendemontrasikan atau belum mampu mengemukakan masalah mereka dengan memuaskan secara Verbal.
Berbagai bentuk pesikoterapi dan bimbingan konseling baik tersendiri maupun bersama obat tampaknya jauh lebih memberikan harapan untuk membantu menuntaskan permasalah terutama waktu masih usia dini. Untuk mengembangkan mental yang baik perlu adanya terapi bermain bagi anak yang sekarang semakin terpinggirkan .
Apa bila suatu hari kita mengunjungi taman penitipan anak ,maka kita dapat mengamati adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak terhadap kemampuan fisik.
Pendidikan pada dasarnya tidak melulu menghabiskan waktu di dalam bangku sekolah formal.akan tetapi pendidikan juga bisa diperoleh disaat bermain dan belajar. Rata –rata anak kecil cenderung menyukai sebuah permainan. Dalam hal ini lah permainan mempunyai titik sentral untuk perkembangan seorang anak. Kaerena ini lah fungsi permainan bagi anak adalah merangsang pertumbuhan, perkembangan maupun kecerdasan dasar seorang anak.  


      II.               RUMUSAN MASALAH
1.             Hakekat bermain bagi anak
2.             Perkembangan fase bermain
3.             Karakteristik bermain edukatif

   III.               PEMBAHASAN
1.    Hakekat bermain bagi anak     
A.  Pengertian bermain
Bermain adalah kegiatan yanga anak-anak  lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidupdan hidup adalah bermain (Mayesty,1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain belajar dan bekerja. Anak – anak umum nya menikmati permainan dan akan terus melakukan dimanapun mereka berada dan memiliki kesempatan untuk bermaian.
Piaget dalam Mayesti (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara  berulang-ulang dan akan menimbulkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang bahwa bermain adalah sebagai sarana sosialisasi diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasai dan belajar secara me nyenangkan.[1]
Emmy Budiati (2008) Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akn merasa senang, dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sufah ada (inhem) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampialan dengan senang hati, tanpa merasa di paksa atau pun ter paksa  ketika kegiatan bermain. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan ketrampilan dan kecerdasan anak agar lebih siap menuju pendidikan selanjutnya. Kecerdasan anak tidak hanya di tentukan oleh skor tunggal yang di ungkap melalui tes intelegensi saja akan tetapi anak juaga memiliki sejumplah kecerdasan jamak yang berwujud keterampilan dan kemampuan.
Contohnya ketika menolong teman tidak saling berebut dan bertengkar kesediaan berbagi dan kedisiplinan, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.
Sebagai mana plato dan Aristoteles, frobel menganggap jika bermain sebagai legiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan tertentu pada anak.  Bermain juga berfungsi sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang setelah lelah bekerja dan dihinggapi rasa jenuh. [2]
Jadi jika sejak awal perkembangan nya anak di kondisikan pada bidang yang di minatinya maka anak akan semakin meningkat pengetahuan nya akan bidang yang ditekuni telak. Sedangkan Frobel berdasarkan pengalaman nya sebagai pengajar, lebih menekan kan pentingnya bermain dalam belajar, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian kepada anak dan mampu untuk mengembangkan pengetahuan mereka.

B.  Tujuan bermain
Pada dasrnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui bermain yang kreatif, interaktif dan terintregrasi  dengan lingkungan bermain anak.
Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:163) salah seorang murid dari Vygodsky menggambarkan empat prinsip bermain yaitu.
a)      Dalm bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mengetahui tujuan yang kompleks
b)      Kemampuan untuk menempatkan  perspektif orang lain melalui aturan – aturan dan menegosiasikan aturan bermain.
c)       Anak menggunakan  suatu replika untuk menggantikan prodak nyata lalu mereka menggantikan suatu prodak yang berbeda, kemampuan menggunakan simbul termasuk kedalam perkembangan berfikir abstrak dan imajinatif.
d)     Kehati –hatian dalam bermain mungkin terjadi karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah di tentukan bersama teman lain nya.
Untuk mendukung hal tersebut seorang anak mampu melakukan pembelajaran yang situasinya merupakan khayalan anak tersebut atau yang bisa di sebut dengan bermain sosiodrama bermain pura – pura atau bermain drama.
Beberapa tujuan dari bermain dan permainan anak sebagai berikut
a.    Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari.
b.    Melatih sikap ramah dan suka bekerja sama dengan teman, menujukkan kepedulian.
c.    Menanamkan budipekerti yang baik.
d.   Melatih anak untuk berani dan menantang ingin mempunya rasa ingin tahu yang besar.
e.    Melatih anak untuk menyayangi dan mencintai lingkungan dan ciptaan tuhan.
f.     Melatih anak untuk mencari berbagai konsb moral yang mendasar seperti salah, benar, jujur, adil dan fair.

C.  Fungsi bermain
Pada awal abad yang lalu, Sigmund Freud sudah mengemukakan bahwa kegiatan bermain memungkinkan tersalurnya dorongan – dorongan instingtual anak dalm meringankan snak pada beban mental. Kegiatan bermain merupakan sarana yang aman yang dapat digunakan untuk mengulan ulang pelaksanan dorongan – dorongan itu dan juga reaksi – reaksi mental yang mendasarinya .

Wolfgang dan wolfgang (1999:32-37) berpendapat bahwa terdapat sejumplah nilai- nilai dalam bermain (the value of play) yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional, koknitif .dalam pembelajaran terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak dalam perkembangan anak, sehingga dapat di identifikasikan bahwa fungsi bermain antara lain:
a.    Berfungsi untuk mencerdaskan otot pikiran.
b.   Berfungsi untuk mengasah panca indra.
c.    Berfungsi sebagai media terapi.
d.   Berfungsi untuk memacu kreatifitas.
e.    Berfungsi untuk melatih intelektual.
f.    Berfungsi utuk menemukan sesuatu yang baru.
g.   Berfungsi untuk melatih empati.[3]

2.    Perkembangan fase bermain
Beberapa hal untuk mengetahui tentang proses perkembangan anak adalah proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara teratur, saling terkait dan berkesinambungan. Secara umum karakteristik perkembangan anak adalah:
 Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersamaan dan berkorelasi. Sebagai contoh: pertumbuhan anak serat syaraf otak dan akan disertai oleh perubahan fungsi dari suatu perkembangan intelegensianya.Pembangunan ini memiliki pola yang teratur dan urutan. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan tahap berikutnya dari pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh: sebelum anak bisa berjalan, ia harus mampu bangun pertama.[4]
Dalam bermaian, anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya maka kemampuan untuk ber sosialisasi anak pun akan semakin bertambah dan berkembang.pada usia 2 hingaga 5 tahun, anak memiliki perkembangan bermain dengan teman bermainnya.
Berikut ini ada enam tahapan perkembangan bermaian pada anak menurut Parten dan Rogersdalam Dockettdan Fleer (1992:62) yang menjelaskan:
a.    Unoccupied atau tidak menetap.
Anak hanya melihat anak yang lain lagi bermain akan tetapi anak tidak ikut bermain. Anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lagi bermain.
b.    Unlooker atau penonton
Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain akan tetapi anak sudah memolai untuk mendekaat dan bertanya pada teman yang sedanh bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain setelah mengamati anak mampu mengubah caranya untuk bermaian..
c.    Solitary independent play atau bermain sendiri.
Tahap ni anak sudah mulai untuk bermain ,akan tetapi seorang anak bermain sendiri dengan mainan nya, terkadang anak berbicara dengan teman nya yang sedang bermain, tetapi tidah terlibat dengan permainan anak lain.
d.   Parallel activiti atau kegiatan pararel.
Anak sudah molai bermain dengan anak yang lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak yang lain nya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada di sekelilingnya. Pada tahap ini ,anak juga tidak mempengaruhi dalam bermain dengan permainannya anak masih senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain. Dalam tahap ini biasanya anak anak memain kan alat permainan yang sama dengan anak yang lain naya. Apa yang dilakukan anak yang stau tidak mempengaruhi anak yang lain nya.
e.    Associative play atau bermain dengan teman.
Pada tahap terjadi interaksi yang lebih komplek pada anak. Terjadi tukar menukar mainan antara anak yang satu dengan yang lain nya dan cara bermain anak sudah saling mengingatkan. Meskipun anak dalam satu kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum terjadi dikusi untuk mencapai satu tujuan yang sama seperti menyusun bangunan bangunan yang bernacam-macam akan tetapi masing masing anak dapat sewaktu-waktu meninggalkan bangunan tersebuat dengan semaunya tidak terikat untuk merusak nya kembali.

f.     Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain.
Saat anak bermain bersama dan lebih terorganisir dan masing masing menjalannkan sesuai dengan job yang sudah mereka dapat yang saling mempengaruhi satu sama yang lain. Anak bekerja sama dengan anak yang lain nya untuk membangun sesuatu terjadi persaingan memmbentuk permainan drama dan biasanya terpengaruh oleh anak yang memimpin permainan.
Dari keenam tahap diatas tampak bahwa dalam suatu permaian akan timbul rasa ingin tahu rasa ingin berinteraksi dan rasa untuk ber sosialisasi dengan anak yang lain nya.
bermain juga mengalami perkembangan kemampuan yang berbeda bagi masing masing anak yatu sesui dengan usia antara lain dari umur 0-2, 1-2, 2-3, 3-4, 4-5, 5-7, dan 7+.[5]

3.    Karakteristik bermain edukatif
Pertumbuhan  dan perkembangan anak di tentukan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan adalah sifat yang di turunkan oleh kedua orang tuanya. Adapun faktor lingkungan yaitu pengaruh luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak, misalnya kesehatan, gizi, pola asuh pendidikan dan yang lain nya.
Beberapa ahli pesikoanalisis berkeyakinan bahwa lingkungan sangan berperan penting untuk seorang anak pada pola pikirnya dan pembentukan karakter atau sikap, kepribadian dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Ank yang mendapat lingjungan yang baik untuk merangsang pertumbuhan otak, misalnya jarang di sentuh jarang diajak main atau jarang berkomunikasi perkembangan otak nya akan lebih kecil 20 % - 30% dari ukuran normal seusianya.
Hasil penelitian mengemukakan bahwa perumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% hingga 8 tahun mencapai 80% maka banyak para ahli yang mengemukakan dan menyebut periode perkembangan kanak- kanak sebagai periode emas, karena hanya ada satu akli pada kehidupan manusia.  
Karakteristik bermain edukatif yaitu segala sesuatu yang dipergunakan atau yangdijalankan sebagai sarana untuk bermain yang mengandung pendidikan (edukatif) dan mampu mengembangkan kemampuan anak.
     Adapun alat yang bisa digunakan untuk memainkan permainan edukatif yaittu harus mengandung nilai pendidikan, aman dantidak berbahaya dan berfungsi mengembangkan kemampuan anak.


[1] Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, 2009, (Jakarta: PT. Indeks), hlm. 144-145
[2] Iva Noorlaila, S.Pd, Panduan Lengkap Mengajar Paud, 2010, (Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER), hlm. 35-37
[3] Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, hlm. 45-47
[4] Iva Noorlaila, S.Pd, Panduan Lengkap Mengajar Paud,  hlm. 42
[5] Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, hlm. 146
Zaenal Aqib. PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, hal 61
Share this article :

1 comment:

  1. Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!

    ReplyDelete

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template