I.
PENDAHULUAN
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang
masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan
tidak sama dengan orang dewasa, mereka
selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar.
Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek,
dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.[1]
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal,
non formal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh
pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD, SMA, dan
sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan non formal
(pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh mulai dari PAUD, TPA,
KB, atau sejenisnya dan sampai pada selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal
diperoleh sejak dari masih berada dalam kandungan seorang ibu (Pendidikan
Prenata) dan dari lingkungan anak.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan
seorang anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi
pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan akhlak, sosial, dan IQ
anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya
adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak
usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya
dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (Sujiono dan
Sujiono, 2007:26).
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan yang ada diatas, maka dapat ditarik
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimanakah pendekatan pembelajaran pada anak
usia dini?
B. Apa dan bagaimanakah jenis-jenis metode
belajar mengajar untuk anak usia dini pada berbagai jenis pengembangan?
C. Bagaimanakah contoh dan praktik pengelolaan
pembelajaran pada anak usia dini?
III.
PEMBAHASAN
A. Pendekatan
pembelajaran pada anak usia dini.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa
proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Adapun istilah pendekatan (Approach) dalam
pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi.
Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.[2]
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model
yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran pada anak usia dini :
1. Pendekatan Discovery
Discovery ialah
proses mental dimana siswa/anak didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau
prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri.[3]
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran
yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Pembelajaran ini
memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak. Dalam proses pembelajaran dengan
metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam
pembelajaran discovery (penemuan)
kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
2. Pendekatan Proses
Pada pendekatan
proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan,
dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan
proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang
berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan
harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan
proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri
peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk
diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian,
pendidikan mengejawantah dalam
diri peserta didik dalam setiap
proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
3. Pendekatan Kongkrit
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
nyata, dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap pembelajaran
yang sedang dilakukan anak.
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan
benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah
anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan
benda nyata sebagai contoh materi-materi pembelajaran. Terciptanya pengalaman
melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi
yang diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah
melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu, sebaiknya
menggunakan media yang nyata untuk memberikan pembelajaran terhadap anak.
4. Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu kesatuan program utuh dan
proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung
arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada
di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab
dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara
pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga sekolah
dan masyarakat atau Tripusat Pendidikan.
B. Jenis-jenis
metode belajar mengajar untuk anak usia dini pada berbagai jenis pengembangan.
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model
yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya,
mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah kebutuhan individu yang unik dan bernilai.
Sedangkan metode pembelajaran yang berpusat pada guru
atau dikenal dengan istilah pengajaran langsung, ini merupakan sifat dimana
guru atau fasilitator atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan
langsung pada anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru
mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang muncul dari
dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini
haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, berikut
ini:[4]
1. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini
harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
2. Proses kegiatan belajar anak usia dini
dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif baik di dalam ruangan
maupun di luar ruangan.
3. Proses kegiatan belajar anak usia dini
dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu.
4. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus
diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
Mengacu
pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak usia dini, metode
yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini diantaranya adalah :[5]
a. Metode Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak, bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty,
1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar, dan
bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus
melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan.[6] Bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti
kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan, kasih
sayang, pakaian, kemanan, kenyamanan dan lain-lain, sehingga ada sinyalemen
yang menyatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, anak belajar melalui
bermain dan bermain seraya belajar.
"Bermain"
(play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas, sehingga arti utamanya
mungkin hilang. Menurut Harlock (1991), arti bermain yang tepat adalah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Bermain
dilakukan sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.[7]
Sementara
Dworetzky (1990) dalam Moeslichatoen (1999) memberikan batasan, bahwa setidaknya
ada lima kriteria dalam bermain, yaitu : (1) motivasi intrinsik, artinya
kegiatan bermain dimotivasi dari dalam diri anak, bukan karena adanya tuntutan
atau paksaan, (2) pengaruh positif, artinya kegiatan bermain merupakan tingkah
laku yang menyenangkan atau menggembirakan, (3) bukan dikerjakan sambil lalu,
bermain bagi anak merupakan kegiatan yang utama dan lebih bersifat pura-pura,
(4) cara/tujuan, cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, (5)
kelenturan, kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan
serta berlaku dalam setiap situasi.[8]
Dari
dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak merupakan
kegiatan yang menyenangkan, tidak ada paksaan, timbul dari dalam dirinya,
merupakan kegiatan yang utama, bersifat pura-pura, mengutamakan cara dari pada
tujuan, tidak mengutamakan hasil, dan bersifat lentur.
b. Metode Bernyanyi
Bernyanyi
merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir
setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan,
lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan
diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Melalui
nyanyian atau lagu banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak,
terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. Melalui kegiatan bernyanyi
suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak
bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur,
dan lebih bersemangat, sehingga pesan-pesan yang kita berikan
akan lebih mudah dan lebih cepat diterima serta diserap oleh anak-anak.
Dengan
bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesan-pesan
yang kita berikan akan lebih lama mengendap di
memori anak (ingatan jangka panjang), dengan demikian anak akan
selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
c. Metode
Bercerita (Mendongeng)
Bercerita
atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan
dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan
anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan
kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga
pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak
melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
Manfaat
yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng antara lain adalah :
(1) mengembangkan imajinasi anak, (2) menambah pengalaman, (3) melatih daya
konsentrasi, (4) menambah perbendaharaan kata, (5) menciptakan suasana yang
akrab, (6) melatih daya tangkap, (7) mengembangkan perasaan sosial, (8)
mengembangkan emosi anak, (9) berlatih mendengarkan, (10) mengenal nilai-nilai
yang positif dan negatif, (11) menambah pengetahuan, dll.
d. Metode Karya
Wisata
Karya
wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
anak-anak untuk mengamati atau mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji
dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada
disekitar anak. Melalui kegiatan karya wisata, anak-anak akan memperoleh
pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh panca indera,
sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan pada
gilirannya akan lebih lama mengendap di memori anak.
Melalui
kegiatan karya wisata diharapkan dapat (1) merangsang minat anak terhadap
sesuatu, (2) memperluas informasi yang diperoleh di kelas, (3) memberi
pengalaman belajar secara langsung, (4) menumbuhkan minat anak terhadap
sesuatu, (5) menambah wawasan anak, (6) menjadi sarana rekreasi, (7) memberi
perasaan yang menyenangkan, (8) sarana mempererat hubungan antara orang tua
dengan pamong PAUD, orang tua
dengan orang tua, dan anak
dengan anak.
e. Metode
Demonstrasi
Metode
ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk dan
peragaan secara langsung dari guru. Melalui
metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan mencermati
langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada
gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang
didemonstrasikan oleh guru dengan baik dan benar.
Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami), menggambar sesuai pola,
menggulung, menggunting dan sebagainya.
f. Metode
Bercakap-cakap (Berdialog)
Bercakap-cakap
atau berdialog dapat diartikan saling mengkomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan
bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan
orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat,
gagasan, perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap
dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau anak dengan anak. Melalui
kegiatan bercakap-cakap (dialog) diharapkan dapat : (1) meningkatkan keberanian
anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa
secara ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan, keinginan, bertanya,
dan sebagainya, (2) meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan
apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, (3) meningkatkan
keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, baik sesama teman
atau pamong, (4) memberi kesempatan kepada anak untuk membangun jati dirinya,
melalui kesempatan untuk berdialog, (5) memperluas pengetahuan, wawasan dan
berbendaharaan kata , (6) meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, seperti
mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain.
g. Metode
Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas ini diberikan kepada anak, semata-mata hanya untuk melatih
persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan
perhatian dan membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh
karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte,
membatasi kreativitas anak, terus menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau
tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat
anak bosan bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan
tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak, meningkatkan imajinasi
anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih bersemangat, merasa
senang, nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar
dan tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman ketika belajar di
lembaga PAUD.
C. Contoh dan
praktik pengelolaan pembelajaran pada anak usia dini.
Sebagai salah satu contoh pada kegiatan praktik
pengelolaan pembelajaran dengan cara kegiatan “belajar” membaca adalah
menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya dibawah
jendela digantungkan kertas bertuliskan jendela. Anak secara langsung dilatih
membaca tulisan pada pias kertas itu. Jika eksplosif membaca sudah muncul maka
anak akan dapat melihat hubungan antara benda dan katanya. Anak terus dilatih
membaca dengan berbagai permainan umpamanya dengan kertas gulungan berisi nama
barang sebagai kata lepas.
Setelah membaca, anak disuruh melaksanakan perintah itu.
sebagai permainan anak diberi sejumlah gulungan kertas yang berisi perbuatan
atau suruhan yang harus dikerjakan anak, misalnya “bersihkan lantai”. Setelah
terlihat anak semakin mampu membaca
kalimat sederhana, maka selanjutnya pendidik dapat memperpanjang struktur kalimat
yang diberikan pada anak.
Untuk
mencapai manfaat yang optimal, maka alat permaianan yang digunakan sebaiknya memperhatikan
hal-hal berikut :[9]
1. Aman atau tidak
berbahaya bagi anak, misalnya bentuk, warna dan bahan.
2. Berdasarkan
minat anak , jadi bukan pilihan orang lain
3. Sebaiknya
beraneka ragam, sehingga anak bisa bereksplorasi dengan berbagai jenis mainan
tersebut.
4. Tingkat
kesulitannya hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jadi tidak
terlalu sulit dan tidak telalu mudah
5. Kuat, dalam
arti tidak mudah rusak, karena anak cenderung ingin tahu sehingga mungkin akan
dibongkar, dibanting, dll.
6. Menarik, baik
warna maupun bentuknya.
7. Murah, mainan
tidak harus membeli, namun dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di
sekitar kita.
Untuk metode pembelajaran yang menggunakan metode
bernyanyi dapat dilakukan beberapa langkah-langkah macam cara untuk diterapkan dalam
pembelajaran, diantaranya:[10]
1. Pilihlah lagu
yang cocok, dalam arti sesuai dengan tema, situasi dan kondisi,
2. Jika itu lagu
baru (belum dikenal anak), sebaiknya nyanyikan terlebih dahulu minimal tiga
kali,
3. Bersama
anak-anak nyanyikan lagi secara berulang-ulang,
4. Bila perlu
bagilah menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok bernyanyi bersama
kelompoknya,
5. Pilihlah
beberapa anak yang mungkin sudah hafal lagu itu untuk menyanyi secara individu,
6. Nyanyikan
sekali lagi secara bersama-sama dan
7. Ulangi lagi
lagu tersebut pada hari yang lain.
Berikut
ini beberapa contoh lagu yang sudah diganti syairnya, sesuai dengan pesan-pesan
yang diinginkan.
1. Lagu "
balonku ada lima" diubah menjadi lagu "rukun Islam yang lima".
Syairnya berubah sebagai berikut :
Rukun
Islam yang lima
Syahadat,
sholat, puasa
Zakat
bagi si kaya
Haji
bagi yang kuasa
Siapa
sudah sholat hai....
Siapa
sudah zakat
Allah
memberi rahmat
Kan
selamat di akherat
2.
Lagu " kring-kring ada sepeda" diubah menjadi lagu
"tok-tok ucap salam", syairnya menjadi :
Tok-tok-tok
ucap salam
Assalamualaiakum
Bila
kau masuk rumah
Tuntunan
Rosulullah
Hai-hai-hai
anak sholeh
Rajin-rajin
belajar
Karena
belajar itu
Pasti
disayang Allah.
Dalam metode bercerita hal-hal yang perlu diperhatikan agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap
anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan
erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak.
Sebagai
seorang guru
PAUD, sebaiknya melakukan persiapan-persiapan sebelum bercerita atau mendongeng
kepada anak-anak. Beberapa persiapan yang dapat dilakukan antara lain : (1)
menetapkan tujuan dan tema cerita, (2) menetapkan bentuk cerita, (3) menyiapkan
alat dan media yang digunakan, (4) menetapkan langkah-langkah bercerita, (5)
membaca dan memahami isi cerita. Dengan persiapan yang matang, maka kegiatan
bercerita akan lebih terarah, fokus dan tidak melebar kemana-mana, sehingga
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode Pembelajaran Karya Wisata. Sebelum pelaksanaan kegiatan karya wisata, sebaiknya guru
PAUD membuat rancangan kegiatan, sehingga kegiatan dapat dilakasanakan dengan
baik sesuai dengan tujuan. Secara umum rancangan kegiatan yang dapat disiapkan
oleh pamong PAUD meliputi : (1) menetapkan sasaran dan lokasi, sesuai dengan
tema, (2) melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pihak pengelola
lokasi, (3) merumuskan program kegiatan, yang meliputi : menentukan tujuan,
adanya jaminan untuk mencapai tujuan, waktu, dana dan antisipasi adanya
hambatan, (4) membentuk panitia pelaksanaan (bila perlu), (5) menyiapkan bahan
dan alat serta perlengkapan yang diperlukan, (6) merumuskan tata ntertib
kegiatan, (7) meminta ijin dan partisipasi orangtua.
Kegiatan
karya wisata dapat dilakukan diluar lembaga sesuai dengan tema yang sedang
dibicarakan dalam bentuk "puncak tema". Misalnya : (1) tema binatang,
anak-anak dapat diajak ke kebon binatang, (2) tema tanaman, anak-anak diajak ke
kebun raya, pasar bunga, taman kota, dan lain-lain, (3)
tema profesi, anak-anak diajak berkunjung ke kantor polisi, rumah sakit, dan lain-lain.
Metode Demonstrasi dalam pembelajaran. Metode ini
mempunyai tujuan yaitu memberi pengalaman belajar melalui melihat dan
mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan, maka
kegiatan yang sesuai dengan metode ini adalah : (1) kegiatan demontrasi yang
dimulai dengan penjelasan. kegiatan ini berkaitan dengan cara membuat bentuk
(bangunan dan cara menggunakan alat, misalnya : menarik garis lurus dan
lengkung, menggunting pola, membentuk model, mengatur meja makan, mengatur
tempat tidur dan cara menggunakan alat, dan sebagainya, (2) kegiatan
demonstrasi dalam bentuk dramatisasi. Kegiatan ini pada umumnya untuk
menanamkan nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan nilai-nilai keagamaan.
Sebelum
guru
PAUD menerapkan metode demontrasi, sebaiknya membuat rancangan terlebih dahulu,
sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
tujuan. Secara umum rancangan yang dapat dibuat meliputi : (1) menetapkan
tujuan dan tema kegiatan, (2) menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih, (3)
menyiapkan alat dan bahan, (4) menetapkan langkah-langkah kegiatan dan (5)
menetapkan penilaian kegiatan.
Metode Pembelajaran bercakap-cakap. Metode ini diterapkan
sebagai seorang guru
PAUD, hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam
berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan
penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata
"terima kasih", "al-hamdulillah", "luar biasa",
"ma'af", "permisi", "pintar", "jempol
dua", "subhanallah" dan lain-lain. Jika anak-anak sering
mendengar kata-kata tersebut, mereka akan meniru dan membiasakan diri
berkata-kata yang baik, merasa dihargai pekerjaannya, merasa dihormati
hak-haknya, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan termotivasi untuk
lebih giat lagi. Sebaliknya, pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menghindari
kata-kata yang negatif, kurang sopan, kasar, tidak santun, besifat melarang,
misalnya kata "jangan" , "tidak", "bodoh",
"nakal", "malas", dan sebagainya. Jika anak-anak sering
mendengar dan akrab dengan kata-kata tersebut, maka dampaknya akan fatal
terhadap perkembangan anak nanti. Mereka akan meniru, merasa tidak dihargai,
tidak dihormati, dikecilkan, dibatasi ruang geraknya, dihalangi kemauannya,
bahkan sampai pada merasa disakiti
hati dan perasaannya, yang nantinya akan membuat anak menjadi rendah diri,
tidak percaya diri dan tidak termotivasi dalam pembelajaran.[11]
Izin Copy...terimakasih.
ReplyDeleteterimakasih , Artikel yang bagus
ReplyDelete