I.
PENDAHULUAN
Manusia
diciptakan oleh Tuhan dan diturunkan di Bumi dengan segudang amanah yang harus
diselesaikan, diantaranya sebagai khalifatullah dan abdullah.
Manusia hidup di Bumi bergerak dan berkelompok sesuai dengan kepentingannya
masing-masing. Manusia bergerak meniti kehidupan dengan visi dan tujuan
masing-masing. Manusia mempunyai tujuan-tujuan hidup, dan tujuan-tujuan hidup
tersebut membantu memfokuskan perhatian dan tindakan. Tujuan-tujuan tersebut
mengindikasikan apa yang ingin dicapai. Dalam bidang pendidikan, tujuan-tujuan
yang dirumuskan mengindikasikan apa yang guru inginkan agar para siswa mempelajarinya.
Tujuan-tujuan pendidikan adalah “rumusan eksplisit tentang tata cara untuk
mengubah siswa melalui proses pendidikan”. Tujuan sangat penting dalam
pengajaran(teaching), sebab
pengajaran merupakan tindakan yang sengaja dan beralasan. Pengajaran disenggaja
karena pengajaran selalu dimaksudkan untuk mncapai suatu tujuan, yakni utamanya
untuk memfasilitasi siswa dalam belajar. Pengajaran itu beralasan karena apa
yang diajarkan guru kepada siswa dianggap penting oleh si guru.
Aspek
beralasan dari pengajaran ini bertalian dengan akal tujun-tujuan yang ditetapkan
guru untuk siswanya. Sementara itu aspek kesenggajaannya berkaitan dengan
bagaimana guru berkaitan dengan bagaimana guru membantu siswa meraih
tuuan-tujuan tersebut, yakni lingkungan belajar yang guru ciptakan dan
aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman yang guru berikan. Lingkungan,
aktivitas, dan pengalaman belajar seharusnya sejalan dan sesuai dengan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkn.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian
Perencanaan Tujuan Pembelajaran
B. Klasifikasi
Tujuan Pembelajaran
C. Manfaat
Tujuan Pembelajaran
D. Teknik
Merumuskan Indikator Hasil Belajar
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Guninham mengatakan bahwa perencanaan itu ialah menyeleksi
dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan
asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasikan dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian.[2]
Kaufman mengatakan, perencanaan adalah suatu proyeksi tentang
apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di
dalamnya mencakup elemen-elemen:
a.
Mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan
b.
Menentukan kebutuan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c.
Speseifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap
kebutuhan yang diprioritaskan
d.
Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap
pilihan
e.
Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
yang dirasakan.[3]
Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses
kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa
keadaan suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi,
eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya).[4]
Sedangkan pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya). Dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya
terjadi omunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target
yang telah ditetapkan sebelumnya.[5]
Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari
oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tubuhan, manusia
atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.[6] Dalam
berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran sebagai suatu
system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung
dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.[7]
Adapun Pengertian tujuan pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, diantaranya, Ely dan Gerlach
mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah
laku atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar
telah berlangsung. Briggs mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan tentang apa yang harus dilakukan siswa atau tingkah laku yang
bagaimana yang diharapkan dari siswa setalah ia menyelesaikan suatu program
pembelajaran tertentu.[8]
Sehingga dapat dipahami bahwasanya perencanaan
tujuan pembelajaran adalah suatu rangkaian yang disusun sebelum pembelajaran
tentang apa yang harus dilakukan siswa atau tingkah laku yang bagaimana yang
diharapkan dari siswa setalah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran
tertentu.
B.
Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum yang akan kita capai di
lingkungan sekolah biasanya kita jabarkan dalam tujuan-tujuan yang lebih kecil.
Tujuan yang berfungsi sebagai perantara untuk mencapai tujuan umum dinamakan
tujuan intermidier atau tujuan antara.
Dalam penjabaran lebih lanjut, sesuai dengan
tingkatan, jenis sekolah dan program pendidikan yang diberikan kita mengenal
empat tingkatan tujuan pendidikan yaitu :[9]
a.
tujuan umum pendidikan, yakni pembentukan manusia
pancasila
b.
tujuan isntitusional (tujuan lembaga pendidikan)
c.
tujuan kurikuler (tujuan bidang studi atau mata
pelajaran)
d.
tujuan instruksional (tujuan proses belajar dan
mengajar)
Tujuan umum pendidikan nasional adalah
rumusan kualifikasi umum yang diharapkan telah dimiliki oleh setiap warga
Negara Indonesia setelah menyelasaikan suatu program pendidikan. Tujuan umum
ini lazimnya dikemukakan di dalam dokumen-dokumen resmi Negara seperti keputusan
MPR, Undang-undang atau Keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan.
Tujuan institusional adalah rumusan
kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh setiap orang yang telah menyelesaikan
pendidikan pada tingkat dan jenis lembaga-lembaga pendidikan (sekolah-sekolah)
tertentu.
Untuk melaksanakan tugas pendidikan seperti
yang digariskan oleh tujuan umum pendidikan diatas, adalah dibebankan kepada
lembaga-lembaga pendidikan. Setiap lembaga tersebut memiliki tugas yang harus
diselesaikan dalam bentuk rumusan tujuan pendidikan institusional yang harus
dicapai pada akhir program pendidikannya.
Tujuan kurikuler adalah rumusan-rumusan
kualifikasi yang khusus yang harus dimiliki oleh setiap murid atau pelajar atau
mahasiswa, setelah mereka mengikuti program kegiatan kurikuler. Misalnya kita
mengenal bidang-bidang kurikulum seperti matematika, ips, ipa, bahasa,
pendidikan agama, dsb, maka mesing-masing bidang kerikulkum atau bidang studi
tersebut mengemban tugas-tugas yang dirumuska dalam tujuan kurikuler.
Tujuan intruksional adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki oleh murid tau pelajar atau mahasiswa, setelah mengikuti penagajaran
tertentu, pada suatu saat, atau pada jangkawaktu tertentu, maka dengan tujuan
intruksional inilah kita benar-benar dapat menyusun suatu program pengajaran
yang riil atau nyata, karena tujuan-tujuan kurikuler penyeleseainnya dibebankan
pada sauatu bidang kurikulum hanyalah bisa dilaksanakan pada kegiatan
intruksional dalam bidang kuriklum tersebut.[10]
C.
Manfaat Tujuan Pembelajaran
Para
ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya
menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu
dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran
harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi
bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written
plan).Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam
memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.[11]
Sedangkan
Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan
belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun
bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.[12]
Adapun
manfaat-manfaat lainnya, diantaranya:
a. Membantu siswa, guru, dan evaluator memahami dengan jelas apa-apa
yang diharapkan sebagai hasil suatu kegiatan pembelajaran.
b. Membantu siswa, sebab dengan adanya indikator ini siswa dapat mengatur
waktu, energi, dan pemusatan perhatiannya pada tujuan yang akan dicapai
c. Membantu guru, sebab dengan adanya tujuan ini akan dapat mengatur
kegiatan pembelajarannya, metodenya, strateginya untuk mencapai tujuan tersebut
d. Evaluator, sebab dengan adanya tujuan ini evaluator dapat menyusun tes
sesuai dengan apa yang harus dicapai siswa
e. Indikator atau Tujuan
Pembelajaran merupakan kerangka dari pembelajaran yang
guru laksanakan
f. indikator atau Tujuan
Pembelajaran merupakan penanda tingkah laku yang harus
diperlihatkan siswa seusai kegiatan pembelajaran[13]
D.
Teknik Merumuskan Indikator Hasil Belajar
Untuk mengetahui kadar atau kualitas
aspek-aspek dalam perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari indicator
esensial dan diskriptornya. Apabila semua indicator esensial dan atau
deskriptornya muncul dalam aspek yang diamati maka aspek tersebut akan mendapatkan
skor maksimal. Sebaliknya, apabila semua indicator esensial dan atau descriptor
tidak muncul dalam aspek yang diamati , maka aspek tersebut akan mendapatkan
nilai minimal, bahkan mendapatkan nilai nol.
Berikut ini ditampilkan indicator esensial
dan descriptor pada tujuan pembelajaran atau indicator hasil belajar. Aspek
perumusan tujuan pembelajaran akan berniali tinggi apabila terdapat indicator
esenasial dan descriptor sebagai berikut.
No
|
Indikator Esensial
|
Deskriptor
|
1
|
Kejelasan
Tujuan
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran tidak menumbulkan npenafsiran ganda.
|
2
|
Kelengkapan
cakupan rumusan
|
Rumusan
tujuan pembelajaran minimal mengandung komponen peserta didik (boleh
implisit) dan perilaku yang merupakan hasil belajar. Perilaku tersebut
dirumuskan dalam bentuk kata kerja operasional dan mengandung substansi
materi.
|
3
|
Kesesuaian
dengan Kompetensi Dasar (KD)
|
Tujuan
pembelajaran dijabarkan dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum.[14]
|
Indikator merupakan perubahan perilaku yang
muncul dari siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk membantu
kita menyusun indikator, bisa digunakan metode SMART Key. Maksudnya
indikator yang dibuat harus memenuhi syarat berikut :
Ø Specific: Indikator yang dibuat
haruslah berfokus pada satu kemampuan. Misalkan “mengidentifikasi berbagai peralatan TIK”, disini jelas
bahwa perubahan perilaku yang muncul dari siswa setelah pembelajaran, siswa
mampu mengidentifikasi sesuatu. Tidak boleh, “mengidentfikasi dan menjelaskan…”
Ø
Measurable:
Artinya indikator harus dapat diukur dan dievaluasi. Kesalahan yang sering
muncul dalam penulisan Indikator adalah penggunaan kata “memahami” misalkan,
“Memahami keuntungan penggunaan TIK”, saat siswa ditanya apakah kamu paham,
bias ssaja menjawab ya, tapi guru tentu akan sulit untuk melakukan pengukuran
dan evaluasi sampai sejauh mana sebetulnya siswa tersebut paham.
Ø
Achievable:
Artinya harus bisa diraih atau dicapai oleh siswa.
Ø
Reality:
Nyata dalam prosesnya. Maksudnya, indikator tersebut benar-benar dapat tampil
secara nyata muncul setelah proses pembelajaran.Dan;
Ø
Time:
Perhitungan waktu mencukupi. Maksudnya indikator yang dituliskan sesuai dengan
alokasi waktu pada RPP bersangkutan.[15]
Berbicara
tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya
sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom sebagai tujuan pembelajaran. Bloom
mengklasifikasikan ke dalam tiga ranah atau kawasan, yaitu: (1) kawasan
kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application),
penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
(2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding),
penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan
karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi
sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan (imitation,
membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan
menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.[16]
[1] Addison
wesley Logman, Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, pengajaran, dan Asesment, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), hlm. 3
[2] Made
Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 5
[3]
Haryanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 2
[4]Udin
Syaefudin, dkk, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2007), jlm. 3-4
[5]Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 17
[6]Dimyati,
dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 7
[7]Aunurrahman,
Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 34
[8]http://blog.uin-malang.ac.id/mwidiarno/2011/05/29/teknik-merumuskan-indikator/
[9] Nana Sudjana,
Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Al Gensindo,
2009), hlm. 57
[10] Team
Dedaktik Metodik Kurikulum, Penganatar Dedaktik Metodik Kurikulum, PBM, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), hlm. 138-141
[11]http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/
[12]Nana
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 78
[13] http://blog.uin-malang.ac.id/mwidiarno/2011/05/29/teknik-merumuskan-indikator/
[14]Masmur
Muslich, Sertifikaasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 68
[15]http://notjustegablog.wordpress.com/2009/12/13/indikator-dan-tujuan-pembelajaran-pada-rpp/
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !