I.
I. PENDAHULUAN
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar,
sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan
untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal.
Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa
itu perkembangan anak harus dioptimalkan.
Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya,
cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang
fisiknya, baik motorik kasar maupun halus,
berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.
Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok
bermain/KB dan taman kanakkanak/ TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik kasar akan berkembang dengan secara otomatis dengan
bertambahnya usia anak, merupakan anggapan yang keliru. Perkembangan motorik kasar pada anak perlu
adanya bantuan dari para pendidik di lembaga
pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/appropriate, bagaimana
jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan
tahapan usia dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak.[1]
Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya
diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu
perkembangan motorik kasar sama pentingnya
dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini. Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-kanak
meliputi enam aspek perkembangan
yakni moral dan nilai-nilai agama, sosial - emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa,
kognitif, fisik/motorik dan seni. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan anak
usia dini. TK bukanlah jenjang pendidikan wajib diikuti,
namun memberikan manfaat bagi penyiapan
anak untuk masuk SD.
Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak difokuskan
ke perkembangan motorik halus, sedangkan
motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan
bimbingan dari pendidik. Perkembangan motorik kasar untuk anak usia TK antara lain melempar dan
menangkap bola, berjalan di atas papan titian
(keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur di atas satu garis), memanjat dan
bergelantungan (berayun), melompati
parit atau guling, dan sebagainya. Seyogyanya gerakan-gerakan motorik kasar ini dipraktekkan oleh
anak-anak TK di bawah bimbingan dan pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek
perkembangan dapat berkembang secara optimal.
Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya,
karena ketidakmampuan anak melakukan
kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam
kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan
tersebut dan menjadi lebih percaya diri.
II.
II. RUMUSAN MASALAH
A.
Konsep Dasar,Nilai-Nilai, dan Falsafah Olahraga Bagi
Anak Usia Dini
B.
Aspek
Pertumbuhan dan Perkembangan
C.
Keterampilan Dasar Atletik, Senam, Permainan, dan
Renang
D.
Aplikasi Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
E.
Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif
F.
Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Minat dan Bakat
Anak Usia Dini
III. PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar, Nilai-Nilai dan Dasar Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
Dalam
olahraga usia dini, target yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik
mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan.
Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan
menjadi target bagi setiap anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam
pertandingan. Tujuan melibatkan anak dalam aktivitas olahraga adalah sebagai
pengenalan pengalaman berolahraga, meningkatkan ketrampilan fisik, membangun
kepercayaan
diri.[2]
Dalam
masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan
olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan
teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha
yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan
perasaan “mencapai sukses” bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai
partisipan. Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan
dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan. Persiapan mental dalam
menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya
anak perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan
nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya.
Idealnya, sesuai dengan pandangan
hidup (filsafat) dan
konsep pendidikan jasmani yang kita anut, pembinaan olahraga usia dini itu
diarahkan pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang
olahraga yang dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik
yang bersifat umum. Sementara
itu, dalam konteks pendidikan jasmani, seperti pada kelas-kelas awal,
penekanannya pada pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.
Dari naluri mendidiknya Ki
Hajar Dewantara, mengatakan beliau sangat menyakini bahwa suasana pendidikan
yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi),
asah(memahirkan), dan asuh(membimbing). Tiga aspek tersebut akan memberi corak
bagi seorang anak terhadap prilaku (behavior), sikap (attitude) dan nilai
(velue). Seperti halnya teori Karl Groos,
Yang teorinya bernama teori biologis mengatakan “ Anak-anak bermain oleh karena
anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa
depanya. Seperti halnya dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan
mencari nafkah, maka anak manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani
dan rohaninya untuk menghadapi masa depanya
Dilihat dari aspek biologis, olahraga anak usia dini masih dalam taraf
mengembangkan aspek-aspek kebugaran jasmani ( menguatkan jantung, tulang dan
otot ) serta merangsang tumbuh kembang anak secara optimal. Olahraga anak usia
dini selayaknya dikemas menjadi suatu permainan olahraga yang selain
mengembangkan aspek-aspek tersebut juga mengembangkan aspek psikososial, yaitu
mengembangkan nilai-nilai diri anak secara positif, menuju pembangunan karakter
yang sportif, dinamis, kreatif, penuh toleransi, jujur, dan bertanggung
jawab.[3]
Konsep
“Nation and Character Building” melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan sebagai konsep dasar pembentukan karakter anak bertumpu pada pemberdayaan anak melalui jalur pendidikan
atau kegiatan olahraga disekolah.
Pembentukan karakter
dalam pembelajaran penjasorkes ini antara lain :
· Pembentukan fisik yang
sehat, bugar, tangguh, unggul dan berdaya saing
· Pembentukan mental berupa
sportifitas, demokratis, toleran dan disiplin
· Pembentukan moral menjadi lebih tanggap, peka, jujur dan tulus
· Pembentukan kemampuan social, yaitu mampu bersaing, bekerjasama,
berdisiplin, bersahabat, dan berkebangsaan[4]
Ahli kesehatan sepakat bahwa olahraga dapat meningkatkan kebugaran jasmani yang ditandai dengan
meningkatnya fungsi jantung, pembuluh darah, sirkulasi darah, sistem pernafasan dan proses metabolisme, serta kemampuan tubuh untuk menangkal bermacam- macam penyakit baik yang disebabkan oleh infeksi maupun bukan karena infeksi. Olahraga juga dapat mengurangi gejala gangguan psikis, misalnya tekanan jiwa (stress) dan ketegangan jiwa (anxiety).
Dengan melakukan aktivitas olahraga yang
menantang, apabila seseorang mampu mengatasi tantangan tersebut, akan muncul suatu kepuasan, dan rasa puas ini akan mengurangi ketegangan jiwa.
Anak usia dini sebagai warga negara dan calon generasi penerus bangsa juga berhak mendapatkan pelayanan olahraga yang memadai sebagai sarana tumbuh kembang demi kesempurnaan perkembangan dan pertumbuhannya. Pemenuhan kebutuhan akan kegiatan olahraga bagi anak prasekolah maupun saat sekolah melalui pemberian Pelajaran Penjasorkes. Hal ini berguna demi pertumbuhan dan perkembangan organ- organ tubuh tersebut secara baik dan optimal. Kondisi jasmani yang baik merupakan modal utama untuk me ngembangkan potensi diri yang lain. Dapat dibayangkan apa jadinya apabila seorang anak mengalami gangguan fungsi organ tubuh misalnya jantung, paru-paru, atau organ tubuh yang lain, tentu saja anak-anak tersebut akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak. Penjasorkes (physical education) memberikan kebutuhan gerak bagi anak prasekolah dan saat sekolah. Aktivitas olahraga sangat penting bagi anak-anak karena mempunyai banyak manfaat di antaranya adalah untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan organorgan tubuh termasuk juga otak, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (imun),
mempunyai fungsi rehabilitasi atau
menormalkan kecacatan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak, maka organ tubuh ini tidak akan dapat berfungsi secara baik. Otak berfungsi sebagai pusat segala
koordinasi organ tubuh, dan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh manusia lainnya, sehingga apabila terjadi gangguan pada otak, maka kecerdasan menjadi lemah, bahkan dapat mengalami keterlambatan mental.
Berikut
ini kajian tentang kepelatihan anak usia dini yang diperlukan oleh para
pelatih untuk menangani atlet usia dini, yaitu mengenai:
1. Mempersiapkan untuk melatih anak usia dini secara efektif;
2. Pemahaman pelatih bahwa pelatihan untuk anak usia dini bertujuan untuk:
(a) memperoleh kesenangan;
(b) persahabatan atau memperoleh teman baru;
(c) perasaan nyaman; dan
(d) belajar keterampilan baru.
Tujuan tersebut dapat dicapai, jika aktivitas olahraga sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan anak.
3. Memberi gambaran tentang macam olahraga untuk anak-anak
4. Memodifikasi olahraga.[5]
1. Mempersiapkan untuk melatih anak usia dini secara efektif;
2. Pemahaman pelatih bahwa pelatihan untuk anak usia dini bertujuan untuk:
(a) memperoleh kesenangan;
(b) persahabatan atau memperoleh teman baru;
(c) perasaan nyaman; dan
(d) belajar keterampilan baru.
Tujuan tersebut dapat dicapai, jika aktivitas olahraga sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan anak.
3. Memberi gambaran tentang macam olahraga untuk anak-anak
4. Memodifikasi olahraga.[5]
B.
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang berbeda. Pertumbuhan mempunyai pengertian bertambahnya volume/ukuran organ tubuh, sedang perkembangan adalah semakin meningkatnya fungsi organ-organ tubuh. Pengalaman yang diperoleh masa kanak-kanak tidak akan hilang dan akan berpengaruh
terhadap tingkah laku saat usia telah dewasa. Sebagai contoh, anak yang dilatih belajar keras sejak kecil, gigih meraih
cita-cita,
nanti setelah dewasa akan menjadi
orang yang gigih, ulet, dan menjadi
pekerja keras. Demikian juga sebaliknya,
masa anak-anak dididik dengan kemanjaan,
segalanya serba mudah dan
enak, maka setelah dewasa sulit menjadi
orang yang mandiri dan selalu bergantung
pada orang lain. Menurut
Eliyawati (2005:18), karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan aktifitas belajar di antaranya adalah bersifat unik, egosentris, aktif dan energik,
eksploratif dan berjiwa bertualang, ekspresi
perilakunya relatif spontan, kaya dan senang dengan fantasi/daya kayal, mudah frustasi, kurang pertimbangan, daya perhatiannya pendek, gairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman dan semakin menunjukkan minat terhadap teman.[6]
Usia terbaik untuk melakukan stimulasi pada anak
adalah sedini mungkin. Hasil yang optimal akan didapat bila anak sudah
diberikan rangsangan tumbuh kembang saat ia masih di dalam kandungan usia 4
bulan dan setelah lahir hingga ia berusia 6 tahun. Namun pemberian rangsangan
tumbuh kembang perlu dilanjutkan setelah anak berusia 6 tahun hingga usia 8
tahun. Tumbuh kembang menekankan pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu
mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi)
dan kemandirian.
Perkembangan kemampuan fisik pada
anak kecil bisa diidentifikasikan dalam
beberapa hal. Sifat-sifat perkembangan fisik yang dapat
diamati adalah sebagai berikut:
1. Terjadi perkembangan otot-otot besar cukup
cepat pada 2 tahun terakhir masa anak
kecil. Hal ini memungkinkan anak melakukan berbagai gerakan yang lebih leluasa yang kemudian bisa
dilakukannya bermacam-macam ketrampilan
gerak dasar. Beberapa macam gerak dasar misalnya: berlari, meloncat, berjengket, melempar, menangkap,
dan memukul berkembang secara
bersamaan tetapi dengan irama perkembangan yang berlainan. Ada yang lebih cepat dikuasai dan ada yang baru
dikuasai kemudian.
2. Dengan berkembangnya otot-otot besar,
terjadi pulalah perkembangan kekuatan
yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Antara usia 3 sampai 6 tahun terjadi
peningkatan kekuatan sampai mencapai
lebih kurang 65%.
3. Pertumbuhan kaki dan tangan secara
proporsional lebih cepat dibanding pertumbuhan
bagian tubuh yang lain, menghasilkan peningkatan daya ungkit yang lebih besar di dalam melakukan
gerakan yang melibatkan tangan
dan kaki. Daya ungkit yang makin besar akan meningkatkan kecepatan dalam bergerak. Hal ini sangat
menunjang terbentuknya bermacam-macam
ketrampilan gerak dasar.
4. Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan
keseimbangan tubuh yang cukup cepat.
Koordinasi gerak yang meningkat dan disertai dengan daya ungkit kaki dan tangan yang makin besar, menjadikan
anak makin mampu menggunakan
kekuatannya di dalam melakukan aktivitas fisik. Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan
pula keleluasaan rentangan
gerak dalam melakukan gerakan ketrampilan.
5. Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan
melakukan berbagai macam aktivitas
gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan konsepkonsep dasar objek, ruang, gaya, waktu dan
sebab-akibat. Melalui gerakan fisik
anak kecil mulai mengenali konsep dasar objek yang berada di luar dirinya.[7]
C.
Keterampilan Dasar Atletik, Permainan, Senam , dan
Renang
Atletik adalah suatu cabang olah raga yang meliputi nomor-nomor jalan,
lari, lompat dan lempar. Anak-anak didalam kehidupannya hampir dari sebagian
waktunya dihabiskan untuk bermain, dengan melakukan berbagai bentuk gerakan
berjalan, berlari, melompat, dan melempar. Anak dikelas permulaan Sekolah Dasar
(SD) akan merasa senang bila mendapatkan pelajaran yang telah diketahui
sebelumnya seperti lari dan bermain, mereka akan lebih tertarik dan terampil di
dalam melakukannya. Oleh karena itu bentuk-bentuk gerakan dasar atletik perlu
ditanamkan kepada anak-anak kelas permulaan SD. Anak-anak dapat mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan keterampilan gerakan dasar atletik tersebut. Karena
itu kepada anak-anak perlu ditanamkan, berbagai cara melakukan gerakan dasar
atletik yang benar seperti gerakan jalan, lari dan lompat.
Setiap
anak menyukai air. Mereka umumnya gemar bermain air saat dimandikan di kamar
mandi, di kolam renang, di tepian air terjun, bahkan di pantai. Oleh sebab itu,
penting mengajari anak untuk lebih mengenal air sejak dini agar terhindar dari
bencana.
Secara
alamiah anak memang tertarik pada air, terutama dalam hamparan yang luas
seperti kolam renang dan laut. Namun, menurut seorang instruktur renang, reaksi
anak terhadap air sangatlah berbeda-beda, bergantung pada usianya.
Saat mereka masih kecil,
mereka masih takut membenamkan diri lebih dalam di air. Mereka umumnya lebih
senang bermain di air hanya sebatas mata kaki saja. Sebenarnya, ketika anak
telah berusia dua tahun, orangtua dapat mulai melatih mereka berenang. Caranya,
bawa mereka ke kolam dan pegang badannya sehingga mereka bisa menendang atau
memukul-mukul air dengan tangan dan kakinya.
Dan
ketika anak tersebut telah memasuki usia empat tahun dan telah cukup familiar
dengan air, mereka bisa belajar menahan dan mengatur napas serta mengambang,
misalnya olahraga air maupun belajar menyelam. Dengan demikian, ketika memasuki
usia enam tahun, sudah siap untuk belajar berenang/kursus menyelam secara formal, semisal scuba diving, atau teknik menyelam yang benar
Kolam renang merupakan
tempat yang paling baik bagi pemula yang ingin belajar renang. Sebab, di tempat
itu tidak ditemui elemen yang bisa membahayakan seperti lubang yang dalam, arus
air yang deras, atau batu-batuan yang tajam.
Alasan
utama terjadinya kecelakaan di air adalah panik. Situasi seperti ini pasti
dialami siapa pun yang tidak menguasai ilmu renang atau minim belajar diving, kurang mengenal olahraga air. Menit-menit pertama menyadari
kakinya tidak menyentuh permukaan, mereka langsung lupa bahwa tubuh manusia itu
dapat mengambang dengan sendirinya di atas air dalam keadaan santai.
Berenang
adalah satu keahlian yang paling penting yang dapat ditanamkan pada anak sejak
kecil. Orangtua yang tidak bisa renang atau takut terhadap air harus dapat
mengatasi emosinya saat mendampingi anak belajar berenang maupun kursus menyelam. Jika tidak, hal tersebut dapat
berpengaruh negatif terhadap anak sehingga mereka pun merasa cemas pula saat belajar menyelam.[8]
Seifert, Hoffnung (1987:322) menyatakan bahwa bermain adalah dunia anak-anak yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pada usia enam tahun, kemampuan motoriknya sudah mulai berkembang lebih kompleks, yaitu dapat berjalan dengan berbagai variasi kecepatan, loncat,
menggeser, memanjat, memindahkan sesuatu dengan tepat, berdiri satu kaki,
menangkap bola, dan menggambar sesuatu, maka latihan yang sesuai dengan
ketrampilan
tersebut dapat dilakukan.
Senam merupakan salah
satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini.
Senam dengan diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anak pun turut
terbina.
Disisi lain, melalui kegiatan senam PAUD
ceria diharapkan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak dapat berkembang pula,
dengan demikian anak-anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia dapat
diwujudkan. Disamping untuk mengembangkan potensi anak, dengan membiasakan
anak-anak untuk berolah raga (senam) sejak dini, diharapkan nantinya anak-anak
gemar berolah raga, mengingat olah raga merupakan salah hal yang sangat penting
untuk menjaga kebugaran tubuh.
Aktivitas olahraga yang baik untuk anak usia dini mempunyai karakteristik (1) memberi bermacam-macam pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk
permainan dan perlombaan; (2)
merangsang perkembangan seluruh panca
indra; (3) mengembangkan imajinasi/fantasi;
dan (4) bergerak mengikuti irama/lagu
atau cerita. Namun demikian, dari
karakteristik olahraga untuk anak
usia dini tersebut diusahakan dikemas
dalam bentuk permainan/perlombaan agar anak marasa tertarik dan mendapatkan kesenangan. [9]
D.
Aplikasi Model-Model
Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dengan aktif bergerak
mengikuti permainan itu kebugaran
jasmani akan meningkat. Pengertian
dari memberikan pengalaman gerak
yang bermacam-macam (multilateral training) adalah anak-anak diberi kesempatan mengalami berbagai macam pengalaman gerak yang berbeda- beda, misalnya: memanjat, merangkak, merayap, mengguling, meluncur, melompat, menggantung, bermain di air, menarik, mendorong, berjalan dengan tangan, dan sebagainya.
Pengalaman gerak yang bermacam-macan ini dapat menggunakan alat maupun di alam terbuka.
Contoh latihan keseimbangan di alam terbuka adalah dengan cara melakukan gerak berjalan/berlari di pematang sawah, berjalan di atas jembatan bambu , latihan berjalan di ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Latihan memanjat dilakukan dengan cara memanjat pohon mangga, memanjat pohon jambu, memanjat tangga, memanjat tali, memanjat pagar, memanjat dinding/tebing, dan sebagainya.
Demikian juga keterampilan gerak yang lain, seperti tersebut di atas dapat dilatih dengan menggunakan alat maupun di alam terbuka. Penting untuk diperhatikan bagi pendidik/orang tua jangan terlalu banyak melarang kebebasan bermain anak-anak ini karena alasan kasih sayang atau perlindungan terhadap anak. Apabila larangan ini sering dilakukan maka anak-anak akan mengalami kekurangan pengalaman gerak, padahal pengalaman gerak pada masa anakanak (childhood)
akan sangat besar pengaruhnya terhadap
keterampilan gerak pada
masa dewasa (adulthood). Dalam kehidupan orang dewasa kadang- kadang manusia dihadapkan pada tuntutan gerak yang bermacam-macam dengan tingkat kesulitan yang berbeda- beda. Anak-anak yang mempunyai pengalaman gerak yang banyak akan lebih cepat menyesuaikan diri
dengan tuntutan gerak baru yang harus dilakukan.
(1) indera penglihatan, dengan permainan hijau-hitam, permainan pengemudi jenius menggunakan alat bantu berbagai macam bendera yang berbeda-beda warna, permainan pengemudi jenius dengan alat bantu bermacam- macam benda yang berbeda-beda bentuk, dan sebagainya, dan setiap warna/bentuk mempunyai tugas gerak yang berbeda pula;
(2) indera pendengaran, dengan permainan Si Buta mencari anak, bermain sepak bola dengan bola dapat berbunyi dengan mata tertutup, permainan informasi
bersambung/ estafet, dan sebagainya;
(3) indera penciuman,
dengan permainan Penciuman Ajaib
mempergunakan alat bantu
berupa berbagai macam benda dengan
aroma yang berbeda-beda, dan setiap
aroma mempunyai tugas gerak
yang
berbeda;
(4) indera peraba, dengan permainan pembebasan sandera yakni dengan berbagai macam jenis sentuhan pada bagian tubuh yang berbeda- beda, dan setiap jenis sentuhan mempunyai tugas gerak yang berbeda pula;
(5) indera perasa, dengan permainan Lidah Sakti, yakni dengan mempergunakan alat bantu bermacam-macam makanan yang memiliki rasa yang berbeda-beda, dan setiap rasa mempunyai tugas gerak yang berbeda pula.
Guru Penjasorkes harus pandai berkreasi membuat permainan untuk tujuan mengembangkan panca indera. Hal ini penting karena indera adalah ujung tobak seseorang dalam menerima rangsang (stimulus),
kesalahan memahami rangsangan
maka akan salah juga dalam
memberi tanggapan (respon). Aktivitas olahraga untuk mengembangkan fantasi/imajinasi, misalnya dengan lomba lari estafet membentuk gambar tertentu dengan puzzel, menggambar dengan
cara estafet, lomba lari estafet
dengan membentuk bentuk tertentu, misalnya rumah, meja, sandaran papan tulis dengan alat bantu potongan pipa atau potongan balok, dan
sebagainya.
Aktivitas olahraga untuk mengembangkan imajinasi dapat juga berupa menirukan gerak hewan, alam, dan benda mati lainnya misalnya: permainan menjadi patung, musang memburu anak ayam, menjala ikan, perubahan wujud benda, permainan tanggap bencana, dan lain-lain.
Aktivitas olahraga dengan mengikuti irama/lagu, di antaranya adalah dengan menyanyikan lagu “Naik-naik kepuncak gunung” siswa melakukan gerak seperti yang terdapat dalam lirik lagu misalnya lirik ‘naik-naik’ siswa melangkah dengan angkatan paha tinggi, guru dapat membubuhi dengan cerita di depan ada parit mari melompat, jalan jinjit, dan sebagainya. Lagu
‘pergi ke hutan’ setelah menyebut nama hewan tertentu misalnya kera, setelah sampai lirik “beginilah jalannya,
beginilah jalannya” maka siswa melakukan gerakan seperti gerak binatang kera, guru dapat menambah dengan cerita untuk menambah tugas gerak yang harus dilakukan siswa. [11]
Untuk pembelajaran aktivitas olahraga dengan metode ini guru dituntut untuk kaya akan imajinasi dan pandai membuat cerita menarik agar siswa mau melakukan tugas gerak tanpa keterpaksaan.
E.
Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif
Evaluasi gerak ini bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh individu. Dalam mengevaluasi keterampilan individu, nampaknya tidak harus selalu diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka) semata, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk uraikan (kualitatif). Hal ini dilakukan apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat membuat individu menjadi tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh evaluator (orang yang mengevaluasi). Maka dari itu pelaksanaan evaluasi harus bersifat fleksibel dan akan selalu bergantung pada kebutuhan pengambil keputusan. Khususnya untuk mengevaluasi anak usia dini, pendekatan kualitatif lebih tepat dilakukan agar hasilnya tidak mengganggu pada proses pertumbuhan dan perkembangannya ke depan. Karena disinyalir kondisi mereka lebih sensitif dalam setiap langkahnya, untuk itu perlu kehati-hatian dalam mengambil sebuah keputusannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi gerak adalah proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya interaksi anak dengan guru, orang tua, atau lingkungannya. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang dicapai anak setelah proses 6.5 pembelajaran berakhir. Jadi pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan yang sedang dihadapi termasuk dalam hal perkembangan motorik.
Evaluasi gerak ini bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh individu. Dalam mengevaluasi keterampilan individu, nampaknya tidak harus selalu diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka) semata, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk uraikan (kualitatif). Hal ini dilakukan apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat membuat individu menjadi tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh evaluator (orang yang mengevaluasi). Maka dari itu pelaksanaan evaluasi harus bersifat fleksibel dan akan selalu bergantung pada kebutuhan pengambil keputusan. Khususnya untuk mengevaluasi anak usia dini, pendekatan kualitatif lebih tepat dilakukan agar hasilnya tidak mengganggu pada proses pertumbuhan dan perkembangannya ke depan. Karena disinyalir kondisi mereka lebih sensitif dalam setiap langkahnya, untuk itu perlu kehati-hatian dalam mengambil sebuah keputusannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi gerak adalah proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya interaksi anak dengan guru, orang tua, atau lingkungannya. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang dicapai anak setelah proses 6.5 pembelajaran berakhir. Jadi pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan yang sedang dihadapi termasuk dalam hal perkembangan motorik.
Prinsip-prinsip Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan
pada ramaja, orang
dewasa maupun orang
tua. Ada beberapa prinsip
dasar yang harus
diperhatikan dalam mengevaluasi perkembangan
motorik pada anak usia dini, yaitu:[12]
a. Menyeluruh
artinya tidak dilakukan
secara terpisah dengan
proses pelatihannya. Mengingat
evaluasi tersebut lebih
banyak menilai proses perbuatan
anak dan hasil
perbuatan anak yang
pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan tes
tertulis (paper and pencil test).
b. Berkesinambungan artinya
harus dilakukan secara
terencana, bertahap, dan
terus-menerus. Hal ini
dilakukan agar informasi
yang diperoleh
betul-betul berasal dari gambaran perkembangan hasil dari proses
pembelajaran perkembangan gerak pada Anak usia dini.
c. Berorientasi pada tujuan artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan standar. Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.
c. Berorientasi pada tujuan artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan standar. Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.
d. Obyektif artinya penilaian dilakukan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Prasangka, keinginan, serta perasaan tertentu tidak boleh mempengaruhi
penilaian yang dilakukan.
e. Mendidik
artinya penilaian ini
dapat digunakan untuk
membina dan memberikan
dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan
perkembangannya. 6.6
f. Kebermaknaan
artinya hasil penilaian
harus memiliki arti
baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak sendiri atau
pihak lain yang memerlukannya.
F.
Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak
Usia Dini
Setelah anak berusia 5 tahun, mereka
mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks,
yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini,
kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai
menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak
berusia 8 atau 9 tahun. Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya
tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan
konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya
mencegah lawan mencapai sukses.[13]
Dalam olahraga usia dini, target yang harus
dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang
sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan
pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap anak, bukannya
semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Dalam masa ini, yang
diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Setelah
mereka beranjak dewasa baru lah diberikan latihan-latihan sesuai dengan
proporsinya. Peranan Olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam membina
atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi Olahraga Nasional
maupun Internasional.
[1]
Hibana S. Sahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,( Yogyakarta: PGTKI
Press, 2002), hlm. 10.
[2]
Ibid. hlm. 21.
[3]
Ma,mun,
Amung dan Saputra, Yudha M. 2000. Perkembangan
Gerak dan Belajar Gerak.( Jakarta:
Ditjen Pendidikan dasar dan Menengah)
[4]
Zulkifli,
L,Psikologi
Perkembangan,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 47.
[5]
http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2010/12/peranan-olahraga-usia-dini.html
[6]
Masitoh,
dkk, Pendekatan Belajar Aktif di Taman
Kanak-Kanak,( Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2005 ), hlm. 29.
[7]
Zulkifli , Model Pengembangan Motorik Anak
Prasekolah,(
Jakarta: Ditjen Olahraga
Depdiknas,2002)
[8]
Hurlock,
Elizabeth B,
Perkembangan Anak
Jilid I,(Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 68.
[9]
Zulkifli. Model Pengembangan Motorik Anak
Prasekolah, (Jakarta:
Ditjen Olahraga Depdiknas, 2002)
[10]
Soetjiningsih, Tumbuh
Kembang Anak, (Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC, 1995)hlm. 71.
[11]
Sugiyanto
dan Sudjarwo,
Perkembangan dan
Belajar Gerak (Jakarta:Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1992), hlm. 104.
[12]
Sugiyanto, Perkembangan
dan Belajar Motorik, ( Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005), hlm. 98.
[13]
www.koni.or.id/.../2.%20Pembinaan%20Mental%20Atlit%20usia%20dini%20
Artikel yang bermanfaat, salam istimewa..
ReplyDeleteJual seragam olahraga TK
Jual Seragam Olahraga Sekolah
ReplyDeleteTq infonya, sangat bermanfaat :) Olahraga memang sangat penting dan kita juga mengajarkan hal yang sama, yaitu olahraga sejak dini melalui bermain BOLA. Salam dari Brazilian Soccer School Intercon Les Bola Jakarta Barat | Tlp: 021-58900691 | WA: 089613772741 https://www.facebook.com/BrazilianSoccerSchoolsIntercon/
ReplyDelete