I.
Pendahuluan
Pendidikan pada usia dini pada
dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan
orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui pengalaman belajar yang
diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen
yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan
kecerdasan anak.
Salah satu cara anak agar proses
belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil
belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak dapat memperoleh kesempatan
untuk mempelajari berbagai hal baru.Bemain dan belajar bagi mereka juga
merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai ketrampilan sosialnya. Kegiatan
bermain dan belajar akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka
di dalam menyalurkan energi mereka yang berlebih. Dengan demikian seorang anak
akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan
kepuasan dan pada akhirnya anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Untuk mengetahui bagaimana peran Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dalam membantu pertumbuhan dan Perkembangan anak, tentunya setiap orang
tua atau pendidik PAUD harus mengetahui cara atau metode yang dipakai. Meskipun
secara umum metode yang digunakan adalah bermain sambil belajar. Sehingga tidak
salah jika dalam hal ini bermain adalah bertujuan untuk mengarahkan fungsi
motorik anak agar mampu dioptimalkan dengan baik. Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang metodologi pengembangan
motorik halus dan lain sebagainya.
II. Rumusan Masalah
Adapun pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana perkembangan
motorik halus pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
2.
Bagaimana metode pengembangan
motorik halus pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
III.
Pembahasan
A.
Perkembangan Motorik
Halus
Perkembangan motorik halus
merupakan perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk
melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik; seperti menulis,
melipat, merangkai, mengancingkan baju, menggunting dan sebagainya.[1]
Adapun perkembangan motorik pada
anak menurut Gesell dan Ames (1940) serta Illingworth (1983), mengikuti delapan
pola sebagai berikut:
a.
Continuity (bersifat
kontinu), yaitu dimulai dari sederhana ke yang lebih kompleks sejalan dengan
bertambahnya usia anak.
b.
Uniform sequence
(memiliki tahapan yang sama), memiliki pola tahapan yang sama untuk semua anak,
meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebutberbeda.
c.
Maturity
(kematangan), yaitu dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf.
d.
Umum ke khusus, yaitu
dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat khusus.
e.
Dimulai dari gerak refleks
bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi.
f.
Bersifat chepalo-caudal
direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu
dari bagian yang mendekati ekor.
g.
Bersifat proximo-distal,
artinya bahwa bagian yang mendekati sumbuh tubuh (tulang belakang) berkembang
lebih dulu dari yang lebih jauh.
h.
Koordinasi bilateral menuju
crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih
dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.[2]
Cara-cara untuk mengembangkan
keterampilan dilakukan dengan melalui pembuatan berbagai jenis latihan motorik
halus, antara lain:
- Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih
otot-otot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Anda perlu mencermati
cara si kecil memegang gunting. Posisi gunting yang benar adalah, ibu jari dan
jari tengah berada di dalam lubang gunting, jari telunjuk berada di bagian luar
lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara, jari keempat dan
kelima menekuk ke arah telapak tangan. Beri
si kecil keleluasaan melakukan kegiatan ini.
- Melipat kertas
Keterampilan
membuat origami baru akan dikuasai sungguh-sungguh saat anak berusia enam
tahun. Tetapi latihan dapat dimulai sejak anak berusia tiga tahun.
Untuk anak-anak usia prasekolah, Anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar kertas berbentuk bujur sangkar. Bila si kecil sudah mahir membuat lipatan sederhana, Anda bisa melatihnya melipat bentuk amplop.
Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap ‘terpeleset’, sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan yang rapi.
Untuk anak-anak usia prasekolah, Anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar kertas berbentuk bujur sangkar. Bila si kecil sudah mahir membuat lipatan sederhana, Anda bisa melatihnya melipat bentuk amplop.
Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap ‘terpeleset’, sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan yang rapi.
Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot
telapak dan jari tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu.
Kekuatan bagian telapak dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan
pensil.
- Memutar koin
Memegang uang logam pada posisi berdiri, kemudian
memutarnya hingga menghasilkan putaran yang baik sangat disukai anak. Anak usia
kira-kira empat tahun mulai dapat melakukannya, meski kadangkala jarinya masih
terpeleset. Kegiatan ini melatih kelenturan otot kecil pada jari tangan,
seperti digunakan saat membuat huruf-huruf menggunakan
pensil.
- Menulis dan Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan
menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar. Keterampilan ini
dibutuhkannya untuk menulis. Anak-anak usia prasekolah gemar
melakukan kegiatan ini. Tapi jangan paksa dia menyelesaikan seluruh latihannya
bila mereka mengatakan, “Udah akh, capek, pegal.” Ini karena kekuatan otot
lengan bagian atas mereka memang masih terbatas.
- Melukis karton
Buatlah beberapa pola gambar pada karton, kemudian
minta si kecil membuat gambar serupa dengan gambar yang Anda buat. Bisa juga
Anda membuat pola gambar dengan titik-titik yang besar. Usahakan titik-titik
itu arahnya bervariasi, dari samping kiri ke arah atas, dari atas ke bawah dan
dari bawah ke arah samping. Mintalah anak menyambung titik-titik itu.
Kegiatan ini untuk mengembangkan keterampilan
visual-motor anak yang akan digunakannya bila ia perlu membuat sebuah gambar
besar. Misalnya, disain ruang atau taman.
- Meronce
Untuk bisa meronce sedotan warna warni menjadi seuntai
kalung, dibutuhkan kelenturan otot pada jari tangan. Seperti pada kegiatan
menjahit, kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sedotan
sama dengan ketika ia memegang pensil untuk menulis.
- Gambar tempel
Menempel stiker dapat dilakukan anak sejak ia berusia
satu tahun. Pada usia ini, anak cenderung menempelkan stiker di tempat kosong.
Ajak anak menempel stiker di atas sebuah pola yang berbentuk sama dengan bentuk
stiker. Kegiatan ini lebih rumit karena anak harus mengerahkan kemampuan
visual, imajinasi dan motorik halusnya. Kegiatan merekatkan gambar tempel ini
melatih aspek visual-motor dan melibatkan imajinasi yang diperlukan anak dalam
kegiatan menggambar.
- Mie lilin
Permainan ini diminati sepanjang zaman. Dari lilin
aneka warna, si kecil dapat menciptakan berbagai bentuk. Awalnya, Anda dapat
menunjukkan bagaimana memperlakukan lilin itu menjadi bentuk-bentuk yang punya
makna.
“Cacing”, mungkin bentuk pertama yang dibuat anak. Setelah berhasil membuat satu “cacing”, ia akan membuat lagi, lagi dan lagi. Dengan banyaknya “cacing” yang dibuatnya, muncul ide baru, dan ia menyebut bentuk itu “mie”. Bentuk ini memang paling dikuasai si kecil, karena ‘hanya’ mengandalkan telapak tangan yang dibantu kekuatan lengan untuk menekan dan menggulirkan lilin di atas meja. Begitu anak bosan dengan satu bentuk yang dikuasainya, ia akan mencoba bentuk lain. Permainan ini menguatkan seluruh otot tangannya, mulai dari lengan bagian atas, telapak dan jari tangan.[3]
“Cacing”, mungkin bentuk pertama yang dibuat anak. Setelah berhasil membuat satu “cacing”, ia akan membuat lagi, lagi dan lagi. Dengan banyaknya “cacing” yang dibuatnya, muncul ide baru, dan ia menyebut bentuk itu “mie”. Bentuk ini memang paling dikuasai si kecil, karena ‘hanya’ mengandalkan telapak tangan yang dibantu kekuatan lengan untuk menekan dan menggulirkan lilin di atas meja. Begitu anak bosan dengan satu bentuk yang dikuasainya, ia akan mencoba bentuk lain. Permainan ini menguatkan seluruh otot tangannya, mulai dari lengan bagian atas, telapak dan jari tangan.[3]
Kemampuan motorik halus bisa
dikembangkan dengan cara lain, yaitu; anak-anak menggali pasir dan tanah,
menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda-benda
kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan
motorik halus ini merupakan modal dasar untuk menulis.[4]
Seperti halnya halnya pada kegiatan motorik kasar yang dilkaukan anak usia
dini, kegiatan motorik haluspun mengandung resiko kecelakaan tertentu. Tetapi
karena untuk dapat melakukannya anak dituntut untuk lebih tenang dan lebih
memusatkan perhatian dan mengendalikan geraknya, maka resiko tersebut
diharapkan lebih kecil.
B.
Metode Pengembangan
Motorik Halus
Bermain dalam masa kanak-kanak
adalah kegiatan yang sangat serius dan merupakan sarana untuk mengembangkan daya imajinasinya. Dalam hal
ini, yang paling menunjang untuk itu yakni melatih dan mengembangkan motorik
halus. Karena motorik halus sangat menentukan kepekaan dan daya kreativitas
anak. Untuk mengasah motorik halus agar motorik anak dapat berkembang dengan
baik dan sempurna, perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu.
Metode berikut mudah diterapkan
dengan sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita yang dapat diberikan
sesuai umurnya yaitu:
- Kelompok Umur 0-3 Bulan
Menggantungkan mainan yang dapat
berputar/ berbunyi dan berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan
melihat, menggapai/ menendang mainan tersebut. Letakkan/ sentuhkan sebuah
mainan kecil, berbunyi dan berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung
jari-jarinya.
Ajak bayi meraba dan merasakan
berbagai bentuk permukaan seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain
perca, dan lain-lain.
- Kelompok Umur 3-6 Bulan
-
Stimulasi sebelumnya tetap
dilanjutkan.
-
Letakkan mainan sejenis rattle
lalu coba tarik pelan-pelan untuk melatih bayi memegang dengan kuat.
-
Letakkan sebuah mainan di
tangan bayi dan perhatikan apakah ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain
waktu berikan mainan pada kedua tangannya.
- Kelompok Umur 6-9 Bulan
-
Mengambil benda-benda
kecil, seperti remahan roti.
-
Memasukkan benda ke dalam
wadah.
-
Bermain genderang dengan
menggunakan kaleng kosong bekas dan tunjukkan cara memukulnya.
-
Membuat bunyi-bunyian
dengan membenturkan 2 kubus/ balok yang tidak dapat pecah.
- Kelompok Umur 9-12 Bulan[5]
-
Bermain dengan maian yang
mengapung di air.
-
Menyusun balok/ kotak.
-
Menggambar dengan
menggunakan krayon/ pensil berwarna.
-
Bermain dengan menggunakan
peralatan memasak, tentunya yang aman dan berbahan plastik khusus buat si
kecil.
- Kelompok Umur 1 Tahun ke atas (Balita)
-
Diajarkan untuk menggambar
sesuatu, missal manusia
-
Diarahkan untuk membuka
kancing baju sendiri
-
Bermain menyusun puzzle
sederhana
-
Mencuci tangan sendiri
-
Bermain membentuk sesuatu
dari plastisin
-
Belajar membaca dan
menulis.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan
motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas
lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau
berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun
motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam
aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, yang
memungkinkan anak akan berlaku liar dan nakal serta tidak terarah, seiring
dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan semacam stimulasi
seperti yang telah dipaparkan di atas dengan berbagai kesempatan dan pengalaman
yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal.
Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan
fisik akan tetapi perlu di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi
pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Sehingga si kecil
dapat melalui tahapan-tahapan perkembangannya dengan baik dan terarah.
Stimulasi yang bisa diberikan
untuk mengoptimalkan perkembangan motorik anak adalah sebagai berikut:
a)
Dasar-dasar keterampilan
untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar.
b)
Keterampilan berolahraga
(seperti senam) atau menggunakan alat-alat olahraga.
c)
Gerakan-gerakan permainan,
seperti meloncat, memanjat dan berlari.
d)
Baris-berbaris secara
sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban
e)
Gerakan-gerakan ibadah
shalat.[6]
Beberapa pengaruh perkembangan
motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock
(1996) sebagai berikut:
1)
Melalui keterampilan
motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti
anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2)
Melalui keterampilan
motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan
pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak
dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.
Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3)
Melalui perkembangan
motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia
pra sekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)
Melalui perkembangan
motorik, yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman
sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul
dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan).
5)
Melalui perkembangan
motorik, sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Untuk
keberhasilan dalam kegiatan pengembangan motorik peran pendidik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Pendidik
dianjurkan mengenakan pakaian yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sikap
perwujudan dan pakaian merupakan salah satu syarat menanamkan kewibawaan
pendidik.
b)
Fasilitas
dan alat-alat pengembangan keterampilan mororik; dalam arti luas, fasilitas
pengembangan keterampilan motorik adalah kelengkapan yang harus dipenuhi
sekolah untuk melaksanakan kegiatan pengembangan keterampilan motorik.
c) Susunan pengaturan dan
tempat pendidik.
Agar
poses pengembangan keterampilan motorik dapat berjalan dengan lancar dan tertib,
perlu diperhatikan susunan anak dan tempat pendidik, diantaranya; Susunan
barisan anak tidak menghadap sinar matahari, dan juga ke arah yang mudah
menarik perhatiannya misalnya ke arah jalan raya, tempat keramaian. Susunan
barisan mudah diawasi, seperti barisan tidak terlalu panjang. Berdiri di tempat
yang dapat melihat semua anak dan anak-anak dapat melihat guru. Ketika
memberikan contoh suatu gerakan, tidak membelakangi anak. Hal yang diperlihatkan
harus jelas kelihatan dari tempat berdiri anak. Perubahan susunan barisan lain
harus dapat berjalan dengan cepat karena anak usia dini belum mampu mengatur
sendiri maka dalam kegiatan di luar kelas diperlukan adanya guru bantu lain. Dalam
penyusunan dan pengaturan tempat anak juga perlu diperhatikan jumlah anak,
jumlah alat yang tersedia, macam kegiatan, keadaan halaman (luas atau
sempit).
d) Persiapan
Persiapan
yang perlu dilakukan adalah : 1. Persiapan mental, menguasai bahan kegiatan
pengembangan yang akan dilaksanakan, 2. Persiapan kegiatan tertulis: segala
persiapan yang akan dikembangkan kepada anak-anak telah disusun secara
tertulis. Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan direncanakan dan
diperhitungkan dengan cermat. Ini berbentuk program satuan kegiatan harian, 3. Persiapan
lapangan dan alat-alat: halaman yang akan dipakai harus diatur dan
dipersiapakan secukupnya. Untuk persiapan lapangan, perlengkapan dan alat-alat
disiapakan dibantu oleh guru bantu.
e) Teknik penyajian
Dalam
memberikan penyajian kegiatan pengembangan ketermapilan motorik, pendidik bukan
berdiri di muka kelas, tetapi beridiri di antara anak-anak. Karena dengan
demikian maka kontak atau interaksi guru dengan anak-anak menjadi kekhususan
tersendiri.
f) Nada
Suara
Nada suara guru merupakan alat kontak dengan anak. Suasana kegiatan pengembangan
akan sangat dipengaruhi oleh nada guru. Kepandaian berbicara harus dapat
menjelaskan apa yang dimaksudkan, dan dapat pula memberikan perintah yang tepat.
hal ini berbeda dari sekolah satu dengan yang lain dan kelas ke kelas
berikutnya. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: Nada suara harus
memberi dorongan dan semangat, Ramah (Bukan berarti suatu sikap yang tidak
pasti. Tidak pernah menghardik), Nada suara harus jelas, Bebicara tidak keras, Berbicara
singkat dan jelas, Nada suara harus sesuai dengan ruang pembicaraan atau luas
ruangan.
g) Koreksi
Koreksi
atau perbaikan dapat dilakukan dengan dua cara;
(1) koreksi serentak (klasikal) koreksi serentak dilakukan bila sebagian
besar anak-anak membuat kesalahan, maka anak-anak dikumpulkan, selanjutnya guru
menjelaskan kesalahan yang banyak dilakukan dan mengadakan perbaikan. Ini
disebut koreksi tidak lansung. (2) koreksi perorangan. Koreksi perorangan
dilakukan bila hanya satu dua anak melakukan keslahan dan guru lansung
melakukan koreksi secara perorangan terhadap anak-anak yang masih membuat
kesalahan itu.
h) Keamanan dan keselamatan
Selama kegiatan pengembangan keterampilan motorik berlansung, keamanan dan
keselamatan anak-anak harus benar-benar terjamin, untuk itu beberapa hal yang
mesti dilakukan:
·
Sebelum
kegiatan pengembangan keteramilan motorik khsususnya motorik kasar dimulai,
lapangan atau halaman bermain terlebih dahulu diperiksa kalau-kalau ada hal
yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak-anak, seperti halaman tidak rat,
berlubang, banyak batu menonjol, licin dll.
·
Alat-alat
bantu pengembangan yang dipakai diperiksa dengan teliti jangan sampai apabila
dipergunakan dapat menimbulkan kecelakaan karena rusaknya alat-alat.
·
Susunan
dan pengaturan anak tidak membahayakan anak yang satu dengan yang lain. Seperti
pengaturan jarak (dalam kegiatan manipulatif atau melempar).
[1]
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 24.
[2]
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:
Hikayat Publishing, 2005), hlm. 50-51.
[3]
http://pembelajaran-anak.blogspot.com/2008/11/latihan-motorik-halus.html
[4]
Iva Nur Laila, Panduan Lengkap Mengajar Paud, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2010), hlm. 52.
[5][5]
Ibid., hlm. 64.
[6]
Ibid., hlm. 51.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !