A.
Terpilihnya Abu Bakar
sebagai Khalifah
Rasulullah
wafat tidak menentukan penggantinya, ini menyebabkan munculnya perselisihan di
kalangan umat muslim untuk menentukan pengganti beliau. Oleh karena itu,
musyawarah dalam menentukan pengganti Rasul di saqifah bani Sa’idah. Muhajirin
dan anshar yang pada awalnya merupakan varian dalam proses pembentukan
masyarakat madinah berubah menjadi faksi politik dalam rangka menentukan
pengganti Nabi.
Muhajirin
dan Anshar yang dipersatukan oleh Rasul dalam ikatan keyakinan agama,
dihadapkan pada situsi krisis dan cenderung kembali pada situasi sebelum mereka
dipersatukan, yaitu bertikai dan saling bermusuhan.
Sahabat
nabi terpencar-pencar; pertama, kalanagn Anshar bergabung dengan Sa’ad
Ibn Ubadah di pertemuan saqifah bani Sa’idah. Kedua, kalanagan
Muhajirin, Ali Ibn Abi Thalib, Zubair Ibn Al Awam, dan Talhah Ibn ‘Ubaidillah
tinggal di rumah Fatimah ra; dan ketiga, kalangan muhajirin selain ketiga
tokoh tersebut bergabung dngan abu bakar.
Kalanagn
Anshar telah berkumpul untuk mengangkat pemimpim politik yaitu Sa’ad Ibn
Ubaidah tanpa dihadiri kalangan muhajirin, padahal jenazah Rasulullah belum
dimakamkan.
Abu
bakar dan umar akhirnya datang ke Saqifah Bani Sa’idah dan memberi tawaran
berupa pembagian wewenang, agar umat islam tidak terpecah. Setelah keadaan
mulai mereda, Abu Bakar menawarkan Umar dan Abu Ubaidah (keduanya muhajirin)
dan mempersilahkan para sahabat dari kalangan Anshar untuk membai’at salah satu
dari mereka. Akan tetapi keduanya menolak dan berkata “Engkau (Abu Bakar)
adalah muhajirin yang paling utama, Engkaulah yang menyertai Nabi selama di gua
Tsur, dan menggantikan Nabi sebagai Imam shalat ketika beliau berhalangan”.
Akirnya Abu Bakar diangkat sebagai khalifah pertama melaluimusyawarah di
Saqifah Bani Sa’idah.[1]
B.
Ekspansi ke Syiria
Sebelum wafatnya Rasulullah, beliau
mengirimkan ekspedisi ke Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, putera
dari Zaid bin Harits. Namun Usamah mengurungkannya ketika dalam
perjalanan mendengar berita wafatnya Nabi. Maka melanjutkan ekspedisi ke
Syiria merupakan prioritas utama kebijakan Abu Bakar, keputusan tersebut
ditempuh oleh beliau justru ketika situasi dalam negeri sedang dilanda krisis stabilitas,
sehingga pengiriman ekspedisi ini sempat diusulkan para sahabat untuk ditarik
kembali ke Madinah untuk membantu mengatasi masalah dalam negeri seperti
memerangi orang-orang murtad, orang yang enggan membayar zakat serta
pemberontakan lainnya. Namun usulan itu ditolak oleh Abu Bakar karena
pengiriman tersebut merupakan amanah Rasulullah. Setelah 40 hari berperang
melawan orang-orang Romawi di Syiria, akhirnya ekspedisi Usamah meraih
kemenangan, keberhasilan ini menimbulkan opini positif bahwa Islam tetap jaya, tidak
akan hilang seiring dengan wafatnya Rasulullah.[2]
C.
Pemberantasan Nabi Palsu
dan Penolak Zakat
Orang yang mengaku dirinya nabi tersebut
mempunyai keinginan agar di belakangnya berdiri pula manusia seperti yang
berdiri di belakang Nabi Muhammad SAW. Keinginan semacam ini mulai lahir dikala
hari-hari terakhir Rasulullah. Keinginan ini semakin bertambah kuat sesudah
wafatnya Nabi, dan di waktu kerusuhan-kerusuhan telah menjalar di seluruh tanah
arab.
Di antara orang-orang yang mengaku dirinya
nabi yang paling berbahaya ialah Musailimatul Kazzab dari bani hanifah di al
yamamah. Dia pernah menulis surat kepada Rasulullah, di dalamnya disebutkan,
“Dari Musailimah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah. Kemudian dari pada itu,
separuh dari bumi ini, dan separuh buat Quraisy” surat itu dibalas oleh nabi
yang berisi, “Bismillahir Rahmanir Rahim. Dari Muhammad Rasulullah kepada
Musailimah Kazzab, kemudian daripada itu, bumi adalah kepunyaan Tuhan, yang
dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya”. [3]Nabi
palsu yang lain yaitu Al-Aswad al ‘Ansi
di Yaman dan Thulaihah Ibn Khuwailid dari Bani Asad.
Sedangkan setelah Nabi wafat, munculah suku
atau kabilah yang menolak untuk membayar zakat. Penolakan mereka tersebut
didasarkan pada dua alasan :
1.
Mereka menganggap bahwa
zakat serupa pajak yang dipaksakan dan penyerahannya ke perbendaharaan pusat di
Madinah. [4]
2.
Salah memahami ayat
Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103
Artinya
: Ambilah sedekah daripada harta mereka buat membersihkannya dan meenghapuskan
kesalahannya[5]
Disamping itu, mereka juga menunnjukkan
siap politik pembangkangan yaitu, mereka menyatakan tidak tunduk lagi kepada
Abu Bakar. Jadi, penolakan pembayaran zakat merupakan simbol ketidaktundukan
secara politik. Abu Bakar dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Maka Abu
Bakar bermusyawarah dengan para sahabat dan kaum muslimin untuk menentukan
tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi masalah ini.
Dalam musyawarah tersebut muncul dua
pendapat, Pertama, membiarkan mereka dan diharapkan dapat membantu umat
muslim dalam menghadapi musuh lain yang berarti mentolelir pembangkangan. Kedua,
memerangi mereka berarti tidak mentolelir pembangkangan, namun disisi lain itu
justru menambah musuh umat islam. Umar cenderung tidak memerangi mereka;[6]
Di dalam kesulitan yang memuncak inilah
kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Dengan tegas
dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi semua golongan yang
menyeleweng dari kebenaran , biar yang murtad maupun yang mangaku jadi nabi,
ataupun yang tidak mau membayar zakat, sehingga semuanya kembali kepada
kebenaran, atau beliau gugur sebagai syahid
dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah SWT.
Sebelum Abu Bakar mengirim bala tentara,
beliau mengirim surat pada orang yang telah menyeleweng dari kebenaran
tersebut. Nasehat dan peringatan tersebut ada yang mematuhi ada pula yang tetap
pada kesesatannya. Pada golongan yang masih menyeleweng tersebut Abu Bakar bala
tentara untuk menyerang mereka. Dan hasilnya sangat gemilang, Musailimah pu
akhirta tewas terbunuh.[7]
D.
Memerangi kaum murtad
Akibat lain dari wafatnya Rasulullah adalah
hengkangnya beberapa orang arab dari ikatan islam. Mereka melepaskan kesetiaan
dengan menolak memberikan baiat kepada khalifah yang baru dan bahkan menentang
agama islam. Karena mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat
bersama Rasulullah ketika masih hidup dengan sendirinya akan batal disebabkan
Rasulullah wafat.
Sesungguhya tidak mengherankan
dengan banyaknya suku arab yang melepaskan diri dari ikatan agama islam. Mereka
adalah orang-orang yang baru masuk islam. Belum cukup waktu bagi Nabi dan para
sahabat untuk mengajari mereka prinsip-prinsip keimanan dan ajaran islam. Memang,
suku-suku arab dari padang pasir yang jauh itu telah datang kepada Rasul dan
mendapat kesan mendalam tentang islam. Di dalam waktu beberapa bulan tidaklah
mungkin untuk mengatur pendidikan dan latihan efektif untuk masyarakat yang
terpencar di wilayah-wilayah yang amat luas dengan sarana komunikasi yang
sangat minim.[8]
Abu Bakar membentuk 11 kelompok
untuk memerangi orang-orang murtad dari islam. Abu Bakar memilih
sahabat-sahabat senior untuk memimpin pasukan itu. Misalnya, khalid bin walid,
khalid berangkat dengan pasukannya untuk memerangi bani Asas, Ghathfan, dan
Amir. Pihak musuh dipimpin oleh Thulaihah bin Khuwalid al-Asadi. Khalid
menyambut mereka di sumur Buzakhah dan menghajar mereka hingga akhirnya mereka
kalah dan bertaubat. Kemudian khalid berangkat ke tempat-tempat Bani Yarbu’
Bani Tamim. Disana terdapat Malik bin Nuwairah dan para pengikutnya, Khalid pun
memerangi mereka dan akhirnya Malik tewas[9]
E.
Pengumpulan Al-Qur’an
Perang
Yamamah merupakan perang dalam mengatasi orang-orang murtad yang menghawatirkan
umar.Dalam perang Yamamah terdapat 1200 tentara islam yang gugur dan 39
diantaranya adalah sahabat besar yang hafal Al-Qur’an. Kekhawatiran Umar mendorong beliau untuk usul
kepada Khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan Al-Qu’an. Perdebatan antara umar
dengan Abu Bakar, Umar bertahan dengan argumennya; dan Abu Bakar pada awalnya
menolak gaagasan tersebut dengan alasan pengumpulan Al-Qur’an tidak dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW.
Perdebatan
antara Umar dan Abu Bakar diatasi oleh Zaid bin Tsabit dengan menyetujui
gagasan Umar, yakni mengumpulkan Al-Qur’an. Pada waktu itu ditemukan ayat
Al-Qur’an yang ada di tangan Khuzaimah Ibn Tsabit al-Anshari yang tidak
terdapat dalam tulidan ulama’ lain yaitu , QS.at-Taubah ayat 128-129 dan QS.
Al-Ahzab ayat 23 .
Lembaran-lembaran
yang berisi tulisan Al-Qur’an yang telah
dikumpulkan, disimpan oleh Abu Bakar hingga beliau wafat; kemudian disimpan
oleh umar hinnga beliau wafat; dan akhirnya disimpan di rumah Hafshah binti
Umar ra. Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar dilakukan dengan cara mengumpulkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang ditulis di tulang, pelepah kayu, dan batu kemudian disalinoleh
Zaid bin Tsabit di atas kulit hewan yang telah di samak.[10]
[1]Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam ( Bandung, Pustaka Bani
Quraisyi, 204 ) hlm. 41-43
[2]http://pendekarnyasar.multiply.com/journal/item/35/MAKALAH_SEJARAH_PERADABAN_ISLAM?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[3].A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam ( Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1983 ) hlm. 230
[4] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, ( Jakarta, Logos
Wacana Ilmu, 1997 ), hlm. 49
[5] A. Syalabi, Op. Cit, hlm
231
[6] Jaih Mubarok, Op. Cit
hlm. 45
[7] ..A. Syalabi, Op. Cit, hlm 233
[8]. Ali Mufrodi, Op. Cit , hlm. 48
[9] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (
Jakarta, Media Grafika, 2003 ), hlm. 146
[10] Jaih Mubarok, Op, Cit, hlm.
47
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !