Headlines News :
Home » » STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD

STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD

Written By Figur Pasha on Saturday, January 19, 2013 | 10:02 AM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

I.              PENDAHULUAN
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa,  mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.[1]
Pendidikan anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal (pendidikan yang dikelola oleh pemerintah) seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD, TK, SD, SMA, dan sampai tingkat jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan non formal (pendidikan yang dikelola oleh yayasan) dapat diperoleh mulai dari PAUD, TPA, KB, atau sejenisnya dan sampai pada selanjutnya. Sedangkan pendidikan informal diperoleh sejak dari masih berada dalam kandungan seorang ibu (Pendidikan Prenata) dan dari lingkungan anak.
Untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam pendidikan seorang anak didik, sebuah lembaga pendidikan harus mempunyai strategi pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik yaitu ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan akhlak, sosial, dan IQ anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak (Sujiono dan Sujiono, 2007:26).



II.           RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan yang ada diatas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
A.    Bagaimanakah pendekatan pembelajaran pada anak usia dini?
B.     Apa dan bagaimanakah jenis-jenis metode belajar mengajar untuk anak usia dini pada berbagai jenis pengembangan?
C.     Bagaimanakah contoh dan praktik pengelolaan pembelajaran pada anak usia dini?

III.        PEMBAHASAN
A.    Pendekatan pembelajaran pada anak usia dini.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses  pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Adapun istilah pendekatan (Approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.[2]
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berikut terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pada anak usia dini :
1.      Pendekatan Discovery
Discovery ialah proses mental dimana siswa/anak didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.[3]
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Pembelajaran ini memfokuskan pada kegiatan keaktifan anak. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan sesuatu yang belum diketahui anak.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
2.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
3.      Pendekatan Kongkrit
Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang nyata, dalam hal ini anak dapat menangkap secara jelas terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan anak.
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang dan bingung. Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi pembelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang diajarkan oleh guru.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan pembelajaran terhadap anak.
4.      Pendekatan Holistik
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu kesatuan program utuh dan proporsional.
Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga sekolah dan masyarakat atau Tripusat Pendidikan.
B.     Jenis-jenis metode belajar mengajar untuk anak usia dini pada berbagai jenis pengembangan.
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikan kegiatannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak memandang kebutuhan anak adalah  kebutuhan individu yang unik dan bernilai.
Sedangkan metode pembelajaran yang berpusat pada guru atau dikenal dengan istilah pengajaran langsung, ini merupakan sifat dimana guru atau fasilitator atau instruktur memberikan petunjuk dan pengarahan langsung pada anak tentang apa yang harus dilakukan oleh anak kemudian guru mengevaluasi kegiatan anak berdasarkan perilaku atau tindakan yang muncul dari dalam diri anak.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, berikut ini:[4]
1.      Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain. 
2.      Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
3.      Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu.
4.      Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini diantaranya adalah :[5]
a.       Metode Bermain
 Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak, bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan.[6] Bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan, kasih sayang, pakaian, kemanan, kenyamanan dan lain-lain, sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain seraya belajar.
"Bermain" (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas, sehingga arti utamanya mungkin hilang. Menurut Harlock (1991), arti bermain yang tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.[7]
Sementara Dworetzky (1990) dalam Moeslichatoen (1999) memberikan batasan, bahwa setidaknya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu : (1) motivasi intrinsik, artinya kegiatan bermain dimotivasi dari dalam diri anak, bukan karena adanya tuntutan atau paksaan, (2) pengaruh positif, artinya kegiatan bermain merupakan tingkah laku yang menyenangkan atau menggembirakan, (3) bukan dikerjakan sambil lalu, bermain bagi anak merupakan kegiatan yang utama dan lebih bersifat pura-pura, (4) cara/tujuan, cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, (5) kelenturan, kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.[8]
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak ada paksaan, timbul dari dalam dirinya, merupakan kegiatan yang utama, bersifat pura-pura, mengutamakan cara dari pada tujuan, tidak mengutamakan hasil, dan bersifat lentur.
b.      Metode Bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana.
Melalui nyanyian atau lagu banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. Melalui kegiatan bernyanyi suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur, dan lebih bersemangat, sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mudah dan lebih cepat diterima serta diserap oleh anak-anak.
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap di memori anak (ingatan jangka panjang), dengan demikian anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
c.       Metode Bercerita (Mendongeng)
Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng antara lain adalah : (1) mengembangkan imajinasi anak, (2) menambah pengalaman, (3) melatih daya konsentrasi, (4) menambah perbendaharaan kata, (5) menciptakan suasana yang akrab, (6) melatih daya tangkap, (7) mengembangkan perasaan sosial, (8) mengembangkan emosi anak, (9) berlatih mendengarkan, (10) mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif, (11) menambah pengetahuan, dll.
d.      Metode Karya Wisata
Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada disekitar anak. Melalui kegiatan karya wisata, anak-anak akan memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh panca indera, sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama mengendap di memori anak.
Melalui kegiatan karya wisata diharapkan dapat (1) merangsang minat anak terhadap sesuatu, (2) memperluas informasi yang diperoleh di kelas, (3) memberi pengalaman belajar secara langsung, (4) menumbuhkan minat anak terhadap sesuatu, (5) menambah wawasan anak, (6) menjadi sarana rekreasi, (7) memberi perasaan yang menyenangkan, (8) sarana mempererat hubungan antara orang tua dengan pamong PAUD, orang tua dengan orang tua, dan anak dengan anak.
e.       Metode Demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secara langsung dari guru. Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru dengan baik dan benar. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami), menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan sebagainya.
f.       Metode Bercakap-cakap (Berdialog)
Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengkomunikasikan satu sama lain dalam hal pikiran, perasaan dan kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, perasaan dan kebutuhan kepada orang lain.
Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau anak dengan anak. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog) diharapkan dapat : (1) meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan, keinginan, bertanya, dan sebagainya, (2) meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, (3) meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, baik sesama teman atau pamong, (4) memberi kesempatan kepada anak untuk membangun jati dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog, (5) memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan kata , (6) meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain.
g.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi kreativitas anak, terus menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak, meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar dan tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman ketika belajar di lembaga PAUD.
C.    Contoh dan praktik pengelolaan pembelajaran pada anak usia dini.
Sebagai salah satu contoh pada kegiatan praktik pengelolaan pembelajaran dengan cara kegiatan “belajar” membaca adalah menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya dibawah jendela digantungkan kertas bertuliskan jendela. Anak secara langsung dilatih membaca tulisan pada pias kertas itu. Jika eksplosif membaca sudah muncul maka anak akan dapat melihat hubungan antara benda dan katanya. Anak terus dilatih membaca dengan berbagai permainan umpamanya dengan kertas gulungan berisi nama barang sebagai kata lepas.
Setelah membaca, anak disuruh melaksanakan perintah itu. sebagai permainan anak diberi sejumlah gulungan kertas yang berisi perbuatan atau suruhan yang harus dikerjakan anak, misalnya “bersihkan lantai”. Setelah terlihat  anak semakin mampu membaca kalimat sederhana, maka selanjutnya pendidik dapat memperpanjang struktur kalimat yang diberikan pada anak.
Untuk mencapai manfaat yang optimal, maka alat permaianan yang digunakan sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :[9]
1.      Aman atau tidak berbahaya bagi anak, misalnya bentuk, warna dan bahan.
2.      Berdasarkan minat anak , jadi bukan pilihan orang lain
3.      Sebaiknya beraneka ragam, sehingga anak bisa bereksplorasi dengan berbagai jenis mainan tersebut.
4.      Tingkat kesulitannya hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jadi tidak terlalu sulit dan tidak telalu mudah
5.      Kuat, dalam arti tidak mudah rusak, karena anak cenderung ingin tahu sehingga mungkin akan dibongkar, dibanting, dll.
6.      Menarik, baik warna maupun bentuknya.
7.      Murah, mainan tidak harus membeli, namun dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita.
Untuk metode pembelajaran yang menggunakan metode bernyanyi dapat dilakukan beberapa langkah-langkah macam cara untuk diterapkan dalam pembelajaran, diantaranya:[10]
1.      Pilihlah lagu yang cocok, dalam arti sesuai dengan tema, situasi dan kondisi,
2.      Jika itu lagu baru (belum dikenal anak), sebaiknya nyanyikan terlebih dahulu minimal tiga kali,
3.      Bersama anak-anak nyanyikan lagi secara berulang-ulang,
4.      Bila perlu bagilah menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok bernyanyi bersama kelompoknya,
5.      Pilihlah beberapa anak yang mungkin sudah hafal lagu itu untuk menyanyi secara individu,
6.      Nyanyikan sekali lagi secara bersama-sama dan
7.      Ulangi lagi lagu tersebut pada hari yang lain.
Berikut ini beberapa contoh lagu yang sudah diganti syairnya, sesuai dengan pesan-pesan yang diinginkan.
1.    Lagu " balonku ada lima" diubah menjadi lagu "rukun Islam yang lima". Syairnya berubah sebagai berikut :
Rukun Islam yang lima
Syahadat, sholat, puasa
Zakat bagi si kaya
Haji bagi yang kuasa
Siapa sudah sholat hai....
Siapa sudah zakat
Allah memberi rahmat
Kan selamat di akherat
2.    Lagu " kring-kring ada sepeda" diubah menjadi lagu "tok-tok ucap salam", syairnya menjadi :
Tok-tok-tok ucap salam
Assalamualaiakum
Bila kau masuk rumah
Tuntunan Rosulullah
Hai-hai-hai anak sholeh
Rajin-rajin belajar
Karena belajar itu
Pasti disayang Allah.
 Dalam metode bercerita hal-hal yang perlu diperhatikan agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak.
Sebagai seorang guru PAUD, sebaiknya melakukan persiapan-persiapan sebelum bercerita atau mendongeng kepada anak-anak. Beberapa persiapan yang dapat dilakukan antara lain : (1) menetapkan tujuan dan tema cerita, (2) menetapkan bentuk cerita, (3) menyiapkan alat dan media yang digunakan, (4) menetapkan langkah-langkah bercerita, (5) membaca dan memahami isi cerita. Dengan persiapan yang matang, maka kegiatan bercerita akan lebih terarah, fokus dan tidak melebar kemana-mana, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode Pembelajaran Karya Wisata. Sebelum pelaksanaan kegiatan karya wisata, sebaiknya guru PAUD membuat rancangan kegiatan, sehingga kegiatan dapat dilakasanakan dengan baik sesuai dengan tujuan. Secara umum rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUD meliputi : (1) menetapkan sasaran dan lokasi, sesuai dengan tema, (2) melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pihak pengelola lokasi, (3) merumuskan program kegiatan, yang meliputi : menentukan tujuan, adanya jaminan untuk mencapai tujuan, waktu, dana dan antisipasi adanya hambatan, (4) membentuk panitia pelaksanaan (bila perlu), (5) menyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang diperlukan, (6) merumuskan tata ntertib kegiatan, (7) meminta ijin dan partisipasi orangtua.
Kegiatan karya wisata dapat dilakukan diluar lembaga sesuai dengan tema yang sedang dibicarakan dalam bentuk "puncak tema". Misalnya : (1) tema binatang, anak-anak dapat diajak ke kebon binatang, (2) tema tanaman, anak-anak diajak ke kebun raya, pasar bunga, taman kota, dan lain-lain, (3) tema profesi, anak-anak diajak berkunjung ke kantor polisi, rumah sakit, dan lain-lain.
Metode Demonstrasi dalam pembelajaran. Metode ini mempunyai  tujuan yaitu memberi pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan, maka kegiatan yang sesuai dengan metode ini adalah : (1) kegiatan demontrasi yang dimulai dengan penjelasan. kegiatan ini berkaitan dengan cara membuat bentuk (bangunan dan cara menggunakan alat, misalnya : menarik garis lurus dan lengkung, menggunting pola, membentuk model, mengatur meja makan, mengatur tempat tidur dan cara menggunakan alat, dan sebagainya, (2) kegiatan demonstrasi dalam bentuk dramatisasi. Kegiatan ini pada umumnya untuk menanamkan nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan nilai-nilai keagamaan.
Sebelum guru PAUD menerapkan metode demontrasi, sebaiknya membuat rancangan terlebih dahulu, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan. Secara umum rancangan yang dapat dibuat meliputi : (1) menetapkan tujuan dan tema kegiatan, (2) menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih, (3) menyiapkan alat dan bahan, (4) menetapkan langkah-langkah kegiatan dan (5) menetapkan penilaian kegiatan.
Metode Pembelajaran bercakap-cakap. Metode ini diterapkan sebagai seorang guru PAUD, hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata "terima kasih", "al-hamdulillah", "luar biasa", "ma'af", "permisi", "pintar", "jempol dua", "subhanallah" dan lain-lain. Jika anak-anak sering mendengar kata-kata tersebut, mereka akan meniru dan membiasakan diri berkata-kata yang baik, merasa dihargai pekerjaannya, merasa dihormati hak-haknya, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan termotivasi untuk lebih giat lagi. Sebaliknya, pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menghindari kata-kata yang negatif, kurang sopan, kasar, tidak santun, besifat melarang, misalnya kata "jangan" , "tidak", "bodoh", "nakal", "malas", dan sebagainya. Jika anak-anak sering mendengar dan akrab dengan kata-kata tersebut, maka dampaknya akan fatal terhadap perkembangan anak nanti. Mereka akan meniru, merasa tidak dihargai, tidak dihormati, dikecilkan, dibatasi ruang geraknya, dihalangi kemauannya, bahkan sampai pada merasa disakiti hati dan perasaannya, yang nantinya akan membuat anak menjadi rendah diri, tidak percaya diri dan tidak termotivasi dalam pembelajaran.[11]


[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks), hlm. 6.
[2] Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), hlm. 5.
[3] http://sulipan.wordpress.com/2011/05/16/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-learning/ di unduh hari Ahad, 08 April 2012.
[4] Loc. Cit, hlm. 141.
[5] Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
[6] Ibid., hlm. 144.
[7] Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
[8] Ibid.
[9] Modul Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
[10] Ibid.
[11] Ibid.
Share this article :

2 comments:

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template