Headlines News :
Home » » HUKUM LOMBA DENGAN PEMUNGUTAN UANG

HUKUM LOMBA DENGAN PEMUNGUTAN UANG

Written By Figur Pasha on Sunday, January 13, 2013 | 11:50 AM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

I.                   PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang realistis tidak tenggelam dalam dunia khayal dan lamunan saja. Tetapi Islam berjalan bersama manusia dalam dunia kenyataan dan realitas. Islam tidak memperlakukan manusia seperti malaikat yang mempunyai sayap dua,tiga, atau empat. Akan tetapi Islam memperlakukan mereka sebagai manusia yang butuh makan, minum, dan beraktifitas di pasar-pasar.
Oleh karena itu Islam tidak mewajibkan mereka agar seluruh percakapannya berupa dzikir, diamnya berarti berpikir, seluruh pendengarannya hanya kepada Al- qur’an, dan seluruh waktu senggangnya ada di masjid. Tetapi Islam mengakui fitrah dan naluri yang diciptakan Allah pada diri mereka, yaitu Allah menciptakan mereka sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang, tertawa-tawa, dan bermain-main, sebagai mana Dia menciptakan mereka suka makan dan minum.[1]
Dengan naluri tersebut manusia dapat menghibur dirinya dengan berbagai kegiatan salah satunya adalah dengan mengikuti perlombaan. Tapi tetap  menyesuaikan dengan syari’at Islam, dan tidak menyalahi apa yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Banyak hal yang dapat dikaji mengenai materi perlombaan, tetapi dalam makalah ini akan lebih lanjut membahas bagaimana hukum dari perlombaan dengan pemungutan uang dan perlombaan hewan.

II.                PEMBAHASAN
A.      Lomba dengan Pemungutan Uang
1.    Landasan Hukum
a.      Al- Qur’an
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْل        

“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat” (QS. al- Anfal: 60).
  
“Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba”. (QS. Yusuf: 17)





b.      al- Hadits
Rasulullah bersabda,

قال رسول الله عليه وسلم :الا ان القوة الرمى(رواه مسلم)

Rasulullah SAW bersabdaIngatlah, sesungguhnya kekuatan adalah melempar (anak panah atau tombak)”(HR.Muslim).[2]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda,

عن ابي هريرة رضي الله تعلى ان رسول الله عليه وسلم قال: لآ سبق الافي نصل او خف او حا فر(رواه احمد و ابو داود والترمذي و النسائ و ابن ماجه)

Dari Abi Hurairah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:“Tidak ada perlombaan kecuali dengan unta, ujung panah, atau kuda”. ( HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, nasa’i, dan Ibnu Majah)[3]

عن ابن عمر قال: سابق النبى صلى الله عليه و سلم بالخيل التى قد ضمرت من الحيفاء و كان امدها ثنية الوداع وسابق بين الخيل التى لم تضمر من الثنية الى مسجد بنى زريق وكان ابن عمر فمن سابق (متفق عليه,زاد البخارى ) قال سفيان: من الحيفاء الي ثنية الوداع خمسة اميال او ستة, و من الثنية الي مسجد بني زريق ميل.

Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Nabi SAW. memperlombakan kuda yang dikuruskan dari Haifa dan kesudahan (finish)-nya adalah Tsaniyatulwada’. Dan beliau perlombakan kuda-kuda yang tidak dikuruskan dari Tsaniyah hingga Masjid Bani Zuraiq. Dan Ibnu Umar adalah termasuk orang yang ikut berlomba.’ Mutafaq ‘alaih. Al-Bukhari menambahkan: Berkata Sufyan: dari Haifa hingga Tsaniyatulwada’ itu ada lima mil atau enam; dan dari Tsaniyah hingga Masjid Bani Zuraiq itu satu mil.”[4]
.
عن عائسة رضي الله عنها قالت:سابقت النبي صلى الله عليه و سلم فسبقته فلما حملته اللحم سابقته فسبقني. قلت : هذه بتلك(رواه البخار)

      Dari Aisyah ra.Dia berkata:Aku berlomba dengan Rasulullah SAW. dan aku dapat mengejarnya. Pada saat aku mulai gemuk, aku pun berlomba lari dengan beliau, tetapi beliau dapat mengejarku. Aku berkata, ‘kemenangan ini sebagai imbangan bagi kekalahan sebelumnya.’ ” (HR.Al- Bukhari)[5]


c.       Pandangan Ulama’
Ibnu ‘Abidin –salah seorang ulama Hanafiyah- berkata,
وَأَمَّا السِّبَاقُ بِلَا جُعْلٍ فَيَجُوزُ فِي كُلِّ شَيْءٍ
“Adapun perlombaan tanpa taruhan, itu boleh dalam berbagai macam bentuknya.” (Roddul Muhtar, 27: 20, Asy Syamilah)

Ibnu Qudamah –ulama Hambali- berkata,

وَالْمُسَابَقَةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ ؛ مُسَابَقَةٌ بِغَيْرِ عِوَضٍ ، وَمُسَابَقَةٌ بِعِوَض.

 فَأَمَّا الْمُسَابَقَةُ بِغَيْرِ عِوَضٍ ، فَتَجُوزُ مُطْلَقًا مِنْ غَيْرِ تَقْيِيدٍ بِشَيْءٍ مُعَيَّنٍ

“Perlombaan itu ada dua macam: perlombaan tanpa taruhan dan dengan taruhan. Adapun perlombaan tanpa taruhan, itu boleh secara mutlak tanpa ada pengkhususan ada yang terlarang.” (Al Mughni, 11: 29)

Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (15: 79) disebutkan,

فإن كانت المسابقة بغير جعل فتجوز من غير تقييد بشيء معيّن

“Jika musabaqoh (perlombaan) dilakukan tanpa adanya taruhan, itu boleh pada setiap bola tanpa pengkhususan.”

2.    Analisis
Perlombaan dalam bahasa arab disebut dengan Musabaqah. Perlombaan disyari’atkan karena termasuk olahraga yang terpuji. Hukumnya berubah-ubah, bisa sunnat, mubah, bisa pula haram, bergantung pada niatnya. Perlombaan biasanya (di masa Rasulullah) menggunakan anak panah, senjata, kuda, keledai.[6]
Rasulullah adalah merupakan tauladan yang baik bagi manusia. Dalam kehidupannya sehari-hari, beliau sering bergurau, bercanda bergembira, disamping beliau beribadah kepada Allah.[7] Jadi manusia bisa menghibur diri dengan salah satunya mengikuti perlombaan tanpa harus melalikan ibadah kepada Allah.
Ada beberapa macam  permainan atau perlombaan yang disyari’atkan Rasulullah SAW. untuk kaum muslimin, guna memberikan kegembiraan. Dimana hiburan itu sendiri dapat mempersiapakan diri untuk menghadapi ibadah dan melaksanakan kewajiban dan lebih banyak mendatangkan ketangkasan dan keinginan.
Hiburan-hiburan tersebut kebanyakannya bentuk suatau latihan yang dapat mendidik mereka kepada manusia berjiwa kuat, dan mempersiapkan mereka untuk maju ke medan jihad fi sabilillah.
Diantara hiburan-hiburan itu ialah sebagai berikut:
1.        Perlombaan lari cepat
Para sahabat dulu biasa mengadakan perlombaan lari cepat, sedang Nabi sendiri mengiyakannya. Ali adalah salah seorang yang paling cepat.
Rasulullah sendiri mengadakan pertandingan dengan isterinya guna memberikan pendidikan kesederhanaan dan kesegaran serta mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya.
Aisyah mengatakan:
قالت عائشة: سابقني رسول الله صلى الله عليه وسلم فسبقته فلبثت حتى اذا ارهقني اللحم (اى سمنت) سابقني فسابقني فقال: هذه بتلك. (احمد و ابو داود)
Aisyah berkata: “ Rasulullah bertanding dengan saya dan saya menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia bersabda: Kemenangan ini untuk kemenangan itu.”(HR. Ahmad dan Abu Daud).
2.        Gulat
Rasulullah SAW. pernah gulat dengan seorang laki-laki yang terkenal kuatnya, Rukanah namanya. Permainan ini dilakukan beberapa kali.
أن النبي صلى الله عليه وسلم صارعه وكان شديدا،فقال:شاة بشاة فصرعه النبى صلى الله عليه وسلم،فقال:عاودني في أخرى فصرعه النبي،فقال:عاودني،فصرعه النبي الثالثة،فقال الرجل:ماذا أقول لأهلي؟شاة أكلها الذىٔب،وشاة نشزت فما أقول في الثالثة؟فقال النبي صلى الله عليه وسلم:ماكنا لنجمع عليك أن نصرعك ونغرمك،خذ غنمك!(رواه ابو داود)
“Sesungguhnya Rasulullah SAW. gulat dengan Rukanah yang terkenal kuatnya itu, kemudian ia berkata: domba lawan domba. Kemudian Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya untuk lain kali lagi, lantas Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah dengan saya, lantas Nabi bergulat untuk ketiga kalinya. Lantas seorang laki-laki itu bertanya: apa yang harus saya katakan kepada keluargaku? Nabi menjawab: katakanlah ”domba telah dimakan oleh serigala, dan lari lah domba.” Kemudian apa pula yang aku katakan untuk yang ketiga? Nabi menjawab: kami tidak dapat mengalahkan kamu untuk bergulat dengan kamu dan untuk mengalahkan kamu, karena itu ambillah hadiahmu.”(HR. Abu Daud)

3.        Memanah
Diantara hiburan yang dibenarkan oleh syara’ ialah bermain dan perang-perangan. Sebab di satu saat Nabi pernah berjalan-jalan menjumpai sekelompok sahabat-nya yang sedang mengadakan pertandingan memanah, maka waktu itu Rasulullah SAW. memberikan dorongan kepada mereka untuk melakukannya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الا إن القوة الرمي، ألا إن القوة الرمي(رواه مسلم)
Rasulullah SAW. bersabda: “Ketahuilah bahwa yang dimaksud ‘kekuatan’ itu ialah memanah-beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali.” (HR.Muslim).

4.        Main anggar
        Dalam hal ini Rasulullah SAW telah memberi perkenan kepada orang-orang Habasyah (Ethiopia) bermain anggar di dalam masjid Nabawi, dan ia pun memberi perkenan kepada Aisyah untuk menyaksikan permainan itu.
عن ابي هريرة قال:بينما الجبشة يلعبون عند النبي صلى الله عليه و سلم بحرابهم دخل عمر فأهوى إلى الحصباء فحصبهم بها،فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: دعهم يا عمر (رواه البخارى و مسلم)

Abu Hurairah berkata: “ Ketika orang0orang Habasyah sedang bermain anggar di hadapan Nabi, tiba-tiba Umar masuk, kemudian mengambil kerikil dan melemparkannya kepada mereka. Kemudia rasulullah SAW. berkata kepada Umar: biarkanlah mereka itu, hai Umar”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

5.        Menunggang kuda (berpacu kuda)
قال ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم سبق الخيل وأعطى السابق (رواه احمد)
Ibnu Umar berkata:”Sesungguhnya Rasulullah SAW. pernah mengadakan pacuan kuda dan memberi hadiah kepada pemenangnya.”(HR.Ahmad)
6.        Berburu
Berburu itu sendiri pada hakikatnya adalah bersenang-senang, olahraga, dan bekerja, baik dengan menggunakan alat seperti tombak dan pana, atau dengan melepaskan binatang berburu seperti anjing dan burung.[8]

Diadakannya perlombaan bertujuan untuk dapat menjadi suatu hiburan yang disarankan oleh Rasulullah, tetapi tidak semua perlombaan dibolehkan. Apabila dengan diadakannya perlombaan akan menjadikan salah seorang peserta menjadi rugi maka perlombaan itu tidak diperbolehkan karena menyalahi tujuan awal.
Adapun kesepakatan ulama’ bahwa perlombaan yang dibolehkan adalah yang tanpa adanya pertaruhan. Maka dibolehkan dalam bentuk-bentuk berikut.
a.       Dibolehkan mengambil harta dalam perlombaan, apabila harta itu dari penguasa atau orang lain;seperti apabila penguasa itu mengatakan kepada mereka yang berlomba, “Barang siapa diantara kalian menang dalam perlombaan antara kalian, maka akan mendapatkan sjumlah harta ini.”
b.      Apabila seorang diatara dua orang yang belomba itu mengeluarkan harta dan mengatakan kepada temannya, “Apabila engkau menang, maka engkau tidak mendapatkan sesuatu dariku dan aku tidak mendapatkan sesuatu darimu.”
c.       Apabila harta tersebut dari dua orang yang ikut perlombaan ataupun dari sekumpulan peserta, sedangkan diantara mereka terdapat seorang yangberhak mengambil harta ini apabila dia menang, dan tidak berutang bila kalah.

Dan perlombaan yang diharamkan adalah ada unsur pertaruhan,  apabila  seorang diantara yang bertaruh menang lalu dia mendapatkan taruhan itu, sedangkan yang kalah ia berutang kepada temannya.[9]
Berlomba merebut hadiah- atau yang dimaksud disini- ialah suatu upah (hadiah) yang dikumpulkan bukan dari orang-orang yang berpacu saja atau salah satunya, melainkan juga dari orang-orang lainnya. Adapun hadiah yang dikumpulkan dari masing-masing orang yang berpacu, kemudian siapa yang unggul itulah yang mengambilnya, maka perebutan itu merupkan judi yang dilarang.[10]
Perlombaan selain yang disebutkan di atas seperti pertaruhan  bola, balapan motor, perlombaan catur yang menggunakan taruhan dengan dipungut dari iuran peserta, ini jelas terlarang karena bukan bertujuan untuk menegakkan agama Allah atau jalan melatih untuk berjihad. Bahkan perlombaan semacam itu termasuk dalam bentuk perjudian yang jelas haramnya. Jelaslah bagaimana bentuk perjudian saat ini yang dikemas dengan berbagai trik. Seperti lomba voli yang diikuti peserta dengan syarat setiap peserta membayar uang pendaftaran Rp.100.000 lalu hadiahnya dipungut dari uang pendaftaran tersebut, ini jelas masuk dalam  judi.


[1]  Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (Jakarta:Robbani Press,2000), hlm. 333.
[2]  Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 489.
[3]  Saleh Al-Fauzan, Fiqh sehari... hlm. 491.
[4]  Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, (Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1993), hlm. 142-143
[5]  Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006) hlm. 415.
[6]  Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2008), hlm. 257.
[7]  Imam Al- Ghazali,Benang Tipis antara Halal dan Haram, (Surabaya: Putra Pelajar, 2002) hlm. 264.
[8]  Yusuf qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (ttp: Bina Ilmu, tth) hlm. 400-408.
[9]  Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 4,... hlm. 417.
[10]  Yusuf Qardhawi,Halal dan, ... hlm. 342.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template