I.
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman Globalisasi sekarang ini amatlah pesatnya sehingga
membuat kita sering takjub dengan segala penemuan-penemuan baru disegala
bidang. Penemuan-penemuan baru yang lebih banyak didominasi oleh negara-negara
barat tersebut dapat kita simak dan saksikan melalui layar Televisi, koran,
Internet dan sebagainya yang sering membuat kita geleng-geleng kepala sebagai
orang Indonesia
yang hanya bisa menikmati dan memakai penemuan orang-orang barat tersebut.
Penemuan-penemuan baru tersebut merupakan sisi positif yang dapat kita ambil
dari negara-negara Barat itu sedangkan di negara-negara Barat itu sendiri makin
maju dan moderen diiringi pula dengan bebasnya mereka dalam bertindak dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang
membudaya.
Keberadaan informasi yang mutakhir merupakan esensi keberhasilan
pendidikan. Perkembangan teknologi
komputer dan telekomunikasi di dunia maya (cyber space) telah memungkinkan anak
membangun jaringan internet yang murah dan dapat diakses selama 24 jam sehari.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Media Massa
B.
Pendidikan Masyarakat
III. PEMBAHASAN
A. Media
Massa
v Pengertian
Media Massa
Media massa
atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media
yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam
pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Peranan media massa
dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaharuan (agent of social
change), dalam hal ini membantu mempercepat proses peralihan masyarakat
tradisional ke masyarakat modern. Televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif
saat ini, dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas, karena
perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan sifat audio
visualnya yang tidak dimiliki media massa
lainnya, sedang penayangannya mempunyai jangkauan yang relative tidak terbatas.[1]
Fungsi utama media massa menurut ahli komunikasi Dr. Harold D.
Laswell, adalah:
-
The Surveillance of the environment. Artinya,
media massa
mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau pemberi informasi tentang
hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas.
-
The corellation of the parts of society in responding to the
environment, artinya, media massa
berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi dari informasi.
-
The transmission of the social heritage from
one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai
dan warisan social budaya dari satu generasi ke generasi lain.[2]
v Jenis-jenis Media Massa
Media Massa dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas
sebagai media massa .
Secara tradisional media massa digolongkan
sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio,
televisi, film
(layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:
-
Informasi dari lingkungan diseleksi,
diterjemahkan dan didistribusikan
-
Media massa
menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
-
Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian
dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
-
Interaksi antara sumber berita dan penerima
sedikit.
2.
Media massa modern
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian
dikelompokkan ke dalam media massa
seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini
terdapat ciri-ciri seperti:
-
Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada
banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya).
-
Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga
atau organisasi namun juga oleh individual.
-
Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada
individu.
-
Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.
-
Penerima yang menentukan waktu interaksi.
v Pengaruh negatif dan positif yang
ditimbulkan oleh media massa
Kecemasan orang tua terhadap dampak menonton televisi
bagi anak-anak memang sangat beralasan, mengingat bahwa bayak penelitian menunjukkan televisi
memang memiliki banyak pengaruh baik negatif maupun positif. Yang dikhawatirkan
dari kalangan orang tua adalah anak-anak yang belum mampu membedakah mana yang
baik dan buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas, karena media televisi
mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak.
Namun demikian harus diakui bahwa kebutuhan untuk
mendapatkan hiburan, pengetahuan dan informasi secara mudah melalui televisi
juga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu tersedia dan amat mudah
diakses, juga menyuguhkan banyak sekali pilihan, ada sederat acara dari tiap
stasiun televisi, tinggal bagaimana pemirsa memilih acara yang dibutuhkan,
disukai dan sesuai dengan selera.
Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak,
oleh karena itu kalau tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri
dengan mencoba-coba dan meniru orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun
peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak tahu. Disinilah tugas orangtua
untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten.
Kalaupun tidak sempat mendampingi anak, orang tua
sebaiknya menyeleksi program televisi mana yang benar-benar cocok untuk anak.
Sebelum anak diijinkan untuk menonton program televisi tertentu, orangtua sudah
mengetahui program tersebut cocok atau tidak untuk anak, jadi orangtua sudah
pernah terlebih dulu menonton program tersebut dan melakukan evaluasi.[3]
Tidak selamanya teknologi computer memberikan pengaruh
atau manfaat positif, diantara pengaruh negatifnya adalah:
1.
Pengaruh Psikologi. Pengaruh psikologi bagi orang yang
telah biasa “bergaul” dengan computer antara lain: keinginan “serba cepat”
dalam melakukan kegiatan apa saja. Hal ini perl diwaspadai bagi setiap pengguna
computer agar tetap membedakan kondisi di mana ia berinteraksi dengan computer
dan kondisi di mana ia berinteraksi dengan sesame dan lingkungan hidupnya.
2.
Menurutnya kemampuan berfikir: Software komputer telah
menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat berproses otomatis sehingga
dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan berfikir. Hal tersebut cukup beralasan
karena dengan tersedianya prosedur perhitungan aritmatika, fungsi-fungsi
trigonometri, statistik, keuangan dan sebagainya, maka pemakai tidak perlu lagi
menghafal atau bahkan mempelajari konsep perhitungan sehingga pemakai hanya perlu
mempelajari cara mengoperasikan aplikasi tersebut.
3.
Menurunnya sosialisasi. Oleh karena terlalu asyik
computer beserta aplikasinya dan perubahan psikologi, maka interaksi pengguna
computer dengan lingkungan sekitarnya akan mulai mengalami penurunan.
4.
Merasa status sosialnya lebih tinggi. Oleh karena
sampai saat ini teknologi computer masih tergolong sebagai teknologi baru
dengan harga yang masih cukup tinggi, maka pemilik atau orang yang menguasai
teknologi computer sering merasa bahwa status sosialnya lebih tinggi.
5.
Meningkatkan jumlah pengangguran. Di satu pihak
computer sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hasil kerja, namun di sisi
yang lain computer juga dapat “menggusur” tenaga kerja, misalnya tenaga pekerja
atau pendidik yunior tentu akan mengalami kesulitan untuk berkiprah lebih jauh.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat meningkatkan
kerawanan sosial yang diakibatkan oleh tingginya tingkat pengamgguran.
6.
Kejahatan dengan menggunakan komputer. Kini juga mulai
berkembang kejahatan dengan menggunakaan computer, karena kemudahannya untuk
melakukan copy-paste, maka banyak tugas-tugas paper atau pemprograman yang
diselesaikan dengan cara mengcopy.
7.
Penyalahgunaan lainnya. komputer juga sering
disalahgunakan, untuk memproduksi dan menyebarluaskan gambar-gambar porno yang
dapat merusak moral pengguna komputer.
8.
Perusak lingkungan hidup. Kelestarian lingkungan hidup
dan keselamatan manusia juga mengalami
ancaman karena kehadiran industri komputer, sebab pembuatan komputer
membutuhkan bahan-bahan kimia yang menghasilkan limbah yang membahayakan
kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan.[4]
v Peran orang tua terhadap anak
Peranan orang tua yang baik untuk anak dapat di lakukan dengan cara
sebagai berikut :
-
Memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak
tentang mana acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu
sembahyang, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua dan
berikan sanksi bila melanggar.
-
Dampingi anak-anak pada saat menyaksikan acara
televisi dan upayakan dialog atau diskusi mengenai tayangan yang ditonton
termasuk juga iklan-iklannya.
-
Pantau terus kegiatan anak diluar rumah, bergaul
dengan siapa, dikhawatirkan kalau menonton film-film porno yang ada dirumah
temannya yang tidak terpantau oleh orang tuanya.
-
Yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan
yang mengandung nilai-nilai agama yang harus selalu diterapkan dan ditumbuhkan
dirumah yaitu dengan cara mengikutsertakan pendidikan keagamaan di luar jam
sekolah, agar anak-anak kita mendapatkan bekal nilai-nilai agama sehingga mampu
berfikir jernih, punya rencana dan masa depan yang baik. Apabila
ditumbuh-kembangkan pendidikan agama kepada anak-anaknya niscaya apapun arus
formasi yang bersifat negatif yang datang dari luar ataupun dari dari kecanggihan
teknologi tidak akan berpengaruh bagi anak-anak karena sudah memiliki bekal dan
filter untuk menyerap atau menyaring informasi-informasi yang sifatnya negatif.
Empat peran orang tua tersebut, setidaknya dapat
meminimalkan efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh televisi terhadap
anak-anak. Tidak ada artinya jika kita terus menerus menyalahkan media televisi
sebagai biang kerok kerusakan moral dan kepribadian anak-anak, karena media
televisi sebagai media informasi dan hiburan akan terus hadir dan mengemuka di
tengah-tengah kita yang akan terus mempengaruhi mental, emosi, fisik dan
perekembangan jiwa anak, tapi disini orang tua harus peka dan kritis tehadap
tayangan-tayangan yang disajikan untuk anak-anaknya.
Sebagian orang tua bahkan tak peduli acara apa yang
ditonton anaknya. Sepanjang si anak tidak bertanya atau bercerita, umumnya
orangtua merasa apapun yang disuguhkan televisi sebagai “teman” anaknya selama
mereka tidak berada dirumah tak perlu dipermasalahkan.
Kalau toh ada pengaruh buruk televisi terhadap
sebagian orang, maka sebagian lainnya mengaggap hal itu sama sekali bukan
urusannya. Padahal, sangat mungkin pengaruh buruk itupun mengenai anggota
keluarganya, hanya dia cukup jeli atau punya cukup waktu untuk
memperhatikannya.
Meskipun belakangan ini sebagian stasiun televisi
sudah mencantumkan tanda bahwa program itu untuk orang dewasa, memerlukan
bimbingan orangtua, atau memeng acara yang dianggap pantas ditonton anak-anak,
kenyataannya hanya sekitar 15 persen saja anak yang mengatakan selama menonton
televisi didampingi orangtuanya.
Memang tidak semua pengaruh televisi bisa langsung
tampak akibatnya pada anak-anak yang menjadi pemirsanya. Mungkin karena itulah
sampai sekarang masih banyak orangtua yang membiarkan apapun acara yang ingin
ditonton anaknya, sepanjang itu tak lebih dari pukul 21.00.
Sebagian orangtua beranggapan, stasiun televisi telah
menyeleksi program acaranya. Dengan demikian, semua acara yang ditayangkan
sebelum sekitar pukul 21.00 relatif aman untuk konsumsi anak-anak. Padahal
kalau dicermati, tak sedikit acara sebelum pukul 21.00 yang sebenarnya tak pantas
ditonton anak-anak. Misalnya, film-film warkop yang jelas-jelas selalu
menyerempet pada hal-hal yang berbau seks.
Televisi telah mengubah cara berfikir anak. Anak-anak
yang terlalu banyak menonton televisi biasanya akan tumbuh menjadi sosok yang
sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar, mereka hanya
terpaku pada televisi.
Anak-anak lebih bersifat pasif dan berinteraksi dengan
TV, bahkan seringkali mereka terhanyut dalam dramatisasi terhadap tayangan yang
ada di televisi. Disatu sisi TV menjadi sarana sebagai media informasi, hiburan
bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi lain TV dapat menularkan
efek yang buruk bagi sikap, pola pikir, perilaku anak,.
Televisi tidak bisa dipungkiri, kini boleh jadi telah
menjadi pengasuh setia masyarakat. Tak terkecuali anak-anak. Yang jadi masalah,
kalau anak-anak menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usianya.
Misalnya, tayangan seks dan kekerasan. Anak-anak yang masih rentan daya
kritisnya, akan mudah sekali terpengaruh dengan isi dan materi tayangan
televisi yang ditontonnya, dan pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa.
Oleh sebab itu para orang tua senantiasa diingatkan
untuk menerapkan control yang ketat terhadap kebiasaan menonton TV bagi
anak-anaknya. Katena kalau tidak dimulai dari sekarang, dampaknya sangat
membahayakan buat perkembangan jiwa mereka.
Kekerasan di TV membuat anak menganggap kekerasan
adalah jalan untuk menyelesaikan masalah. Dampak menonton Televisi bagi
anak-anak. Antara lain bisa menimbulkan ketagihan dan keergantungan serta pola
hidup konsumtif dikalangan anak-anak. Anak-anak akan merasa pantas untuk
menuntut apa saja yang ia inginkan. Terlepas dari baik buruknya tayangna
televisi yang ditonton seorang anak, pola menonton Tivi yang tidak terkontrol
akan menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak.
Yang pertama, keterampilan anak jadi kurang
berkembang. Usia anak adalah usia dimana si anak sedang mengembangkan segala
kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain dan
kemampuan mengemukakan pendapat. Dampak lainnya, disadari atau tidak,
perilaku-perilaku yang dilihat di TV akan menjadi satu mermori dalam diri si
anak dan akibatnya si anak menjadi meniru yang bisa berkembang menjadi karakter
pribadinya dikemudian hari, kalau tidak segera diantisipasi.
Jadi jangan heran, kalau orangtua melihat tingkah
anaknya yang kasar atau suka mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas
diucapkan, meski orang tua setengah mati meyakinkan bahwa mereka tidak pernah
mendidik anaknya seperti itu. Bisa jadi, itu akibat pola menonton TV yang tidak
terkontrol.[5]
B. Pendidikan Masyarakat
Pendidikan dan pemberdayaan adalah dua hal yang saling
mempengaruhi, saling terkait dan berjalan seiring, seirama dalam kebersamaan
untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan masyarakat. Pendidikan dalam
pengertian luas dikaitkan dengan konteks pemberdayaan, lebih difokuskan pada
pemberdayaan masyarakat sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan untuk
pemberdayaan dan pemberdayaan untuk pendidikan. [6]
Pendidikan masyarakat adalah suatu gagasan berupa
konsep, hasil penelitian dan penerapan pengembangan di masyarakat.
Fungsinya adalah untuk membimbing dan meningkatkan
pola pikir masyarakat terhadap semua perkembangan dunia yang sedang terjadi
saat ini.
Pemberdayaan masyarakat yang diprakarsai Direktorat
Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Nonformal dan Informal,
Kementrian Pendidikan Nasional mencakup program Aksara Agar Berdaya
(AKRAB) dalam kerangka kerja "Aksara Membangun Peradapan".
Dalam mendukung terlaksananya program-program tersebut
dilakukan revitalisasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan
penyelenggara program pendidikan masyarakat, khususnya melalui program peningkatan
mutu kelembagaan Pusat Kegiatan Belajar Bersama, serta sejumlah program
pengembangan kemitraan antar lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.
Dulu, ada sebuah program pemerintah yang banyak
diikuti oleh masyarakat karena programnya yang menyenangkan dan bisa memberikan
pendidikan secara gratis kepada mereka.
Karena dulu media pendidikan untuk masyarakat hanya
ada satu stasiun televise saja maka hampir semua golongan masyarakat menengah
ke bawah sering menyaksikan acara ini di tv. Program ini termasuk dalam satu
program pendidikan masyarakat.
Pendidikan masyarakat ini dalam kegiatannya membahas
mengenai berbagai macam isu yang hadir di masyarakat. Mereka yang tergabung
dalam program ini akan berdiskusi, berbagi pengalaman membaca buku ataupun sekedar
membicarakan isu hangat yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat.
Tentunya semua hal yang mereka bicarakan itu bermanfaat dan bukan sekedar
gossip belaka.
Manfaatnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah
adalah mereka menjadi semakin tinggi tingkat kesadarannya akan berbagai macam
hal penting yang terjadi di masyarakat kita. Pola pikirnya menjadi berubah dan
semakin terbuka dengan berbagai perubahan dunia. Dengan arti lain, wawasan
mereka semakin luas dengan adanya program ini.
Semua kegiatan yang dijadwalkan dalam pendidikan
masyarakat ini disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mereka. Ada yang bertanam sayuran dan bumbu dapur. Ada yang beternak ikan dan
ayam atau kambing.
Kegiatan keterampilan khusus untuk wanita seperti
menjahit, berkreasi dengan barang bekas, hingga membuat menu sederhana namun
penuh gizi dengan menggunakan bahan-bahan masakan yang berasal dari halaman
belakang mereka. Tidak diperlukan banyak biaya untuk melaksanakan program ini
dan semunya itu penuh manfaat bagi kehidupan mereka.
Pendidikan masyarakat ketika itu mempunyai nilai yang
cukup tinggi. Mereka lebih memiliki tenggang rasa dengan warga yang masih
kekurangan. Mereka saling menolong tanpa ada rasa iri atau suudzon. Begitu juga
dengan kegiatan seputar olahraga dan PKK. Semua kegiatan itu bersifat positif
dan menjadi ajang pembinaan yang efektif.
Jenis-jenis kegiatan yang hampir sama dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, misalnya seperti berikut ini :
1.
Sosialisasi pemberian ASI pada bayi.
2.
Program imunisasi rutin untuk semua balita.
3.
Senam bersama.
4.
Kegiatan belajar bagi masyarakat buta huruf.
5.
Program Jumat Bersih.
6.
Siskamling
Semakin hari semua program ini
semakin sulit ditemukan di masyarakat. Jika program ini bermanfaat dan berguna
bagi pendidikan masyarakat, akan lebih baik jika kita menggalakkan kembali
semua program pemberdayaan masyarakat tersebut. Dengan demikian pendidikan
masyarakat akan semakin meningkat dan hasilnya tentu akan dinikmati oleh semua
kalangan di negara ini. [7]
[1] http://jagadjawi.wordpress.com/2011/09/18/televisi-sebagai-media-pendidikan-anak/
[2]
Drs. Darwanto, Televisi sebagai media Pendidikan, (Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR, 2007), hal. 31-33
[3] http://jagadjawi.wordpress.com/2011/09/18/televisi-sebagai-media-pendidikan-anak/
[4]
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM, e-Education Konsep, Teknologi dan
Aplikasi Internet Pendidikan, (Yogyakarta :
C.V ANDI OFFSET, 2007), hal. 35-36
[5] http://jagadjawi.wordpress.com/2011/09/18/televisi-sebagai-media-pendidikan-anak/
[6]
DR. Umberto Sihombing, Menuju pendidikan bermakna melalui PENDIDIKAN
BERBASIS MASYARAKAT, (Jakarta :
CV. MULTIGUNA, 2002), hal. 16
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !