Headlines News :
Home » » KONSTRUKSI INSTRUMEN EVALUASI NON TES DAN BENTUKNYA

KONSTRUKSI INSTRUMEN EVALUASI NON TES DAN BENTUKNYA

Written By Figur Pasha on Thursday, April 18, 2013 | 2:07 PM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

I.       PENDAHULUAN
Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan denga tes, tetapi juga dilakukan melalui alat atau instrument pengukuran bukan tes, seperti pedoman observasi, skala sikap, mengutamakan penampilan atau keterampilan dalam pendidikan professional. Karena pada umumnya hasil belajar yang bersifat keterampilan sukar diukur dengan tes, maka digunakan teknik pengukuran lain yang dapat memberi informasi yang lebih akurat.
Instrument untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan vocational skills, terutama yang berhubungan dengan apa yang dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari pada apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain instrument seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang diamati dengan indera.
Selain itu, instrument seperti ini memang merupakan suatu kesatuan dengan instrument tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami atau yang dapat dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Akan tetapi, belum ada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan dalam tingkahlakunya. Dengan demikian instrument non-tes merupakan bagian dari alat ukur hasil belajar peserta didik.

II.    RUMUSAN MASALAH
A.  Bentuk-bentuk Evaluasi Non Tes
B.  Cara-cara Menyusun Evaluasi Non Tes

III. PEMBAHASAN
A.    Bentuk-bentuk Evaluasi Non Tes
1.      Observasi (Pengamatan)
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, bahkan mungkin sering melakukannya. Di dalalm kelas, guru sering melihat, mengamati dan melakukan interpretasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering mengamati orang lain. Pentingnya observasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran mengharuskan guru untuk memahami lebih jauh tentang judgment, bertindak secara reflektif  dan judgment yang lebih reliabel. Hal yang harus dipahami oleh guru adalah bahwa tidak semua yang dilihat disebut observasi. Observasi yang dilakukan oleh guru di kelas tidak cukup hanya dengan duduk dan melihat melainkan harus dilakukan secara sengaja, hati-hati, sistematika, sesuai dengan aspek-aspek tertentu dan berdasarkan tujuan yang jelas.
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang penelitian, terutama penelitian kualitatif (qualitative research). Tujuan utama observasi adalah:
a.       Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
b.      Untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills).
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dll. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik dan perilaku sosial lainnya.[1]
2.      Skala (Scale)
Merupakan instrument pengukuran non test yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungan dengan yang lain. Skala bisa digunakan untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian.[2]
3.      Kuesioner atau Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencacat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain:
a.       Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin.
b.      Informasi atau data yang terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen.
c.       Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.
Kelemahannya adalah:
a.       Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain.
b.      Hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja.
c.       Responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.

Angket terdiri atas beberapa bentuk, yaitu:
a.       Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Bentuk angket ini terdiri atas tiga bentuk:
o   Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.
o   Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab secara bebas.
o   Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam bentuk gambar.
b.      Bentuk angket tak berstruktur yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi kurang dapat dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis secara statistik sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.
4.      Wawancara (interview)
Kompetensi lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru sebagai evaluator di bidang pendidikan adalah penggunaan evaluasi non tes dengan menggunakan teknik interview dan kuesioner secara efektif.
Mengenai apa yang dimaksud dengan wawancara dalam evaluasi nontes, Johnson menyatakan sebagai berikut: An interview is a personal interaction between interviewer (teacher) and one or more interviewees (student) in which verbal question are asked. Wawancara adalah interaksi pribadi antara pewawancara (guru) dengan yang diwawancarai (siswa) di mana pertanyaan verbal diajukan kepada mereka.
Dalam wawancara ada beberapa persyaratan penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Adanya interaksi atau tatap muka guru dengan siswa.
b.      Ada percakapan verbal di antara mereka.
c.       Memiliki tujuan tertentu.
Tujuan wawancara merupakan aspek yang terpenting. Karena dari tujuan wawancara yang telah ditentukan, akan memberikan makna wawancara menjadi bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Sejak perencanaan tujuan wawancara, sebaiknya perlu disadari oleh para guru, karena secara umum wawancara bukan hanya digunakan dalam konteks evaluasi pendidikan saja, secara luas wawancara juga digunakan dalam konteks kegiatan penelitian, terutama sebagai alat untuk mengeksplorasi data dari para responden.[3]
5.      Daftar Cocok (Check List)
Daftar cocok adalah salah satu alat atau pedoman observasi yang berupa daftar kemungkinan-kemungkinan aspek tingkah laku seseorang yang sengaja dibuat untuk memudahkan mengenai ada tidaknya aspek-aspek perilaku tertentu pada seorang siswa yang akan dinilai.[4]

B.     Cara-cara Menyusun Evaluasi Non Tes
1.      Observasi (pengamatan)
Langkah- langkah dalam menyusun pedoman observasi, antara lain:
a.         Lakukan terlebih dahulu observasi secara langsung terhadap suatu prose tingkah laku, misalnya kejadian- kejadian berkaitan dengan siswa selama di sekolah (critical incidenteisme Record)
b.        Berdasarkan gambaran langkah (a) di atas, penilai menentukan seg- segi mana dari perilaku siswa tersebut selama di sekolah
c.         Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah bentuk bebas (tidak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak) atau pedoman yang berstruktur (memakai kemungkinan jawaban)
d.        Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan pedoman observasi yang telah dibuat agar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya.
e.         Bila ada hal yang khusus, menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat dibagian akhir pedoman observasi.

Contoh halaman dalam:
No
Hari/ tanggal
Nama Siswa
Kejadian (Positif atau negativ)
1
2
3
4
1 oktober 2011
2 otober 2011
3 oktober 2011
4 oktober 2011
Ahmad maftukhin
Rajin mengerjakan PR, disiplin berpakaian, suka ngantuk dikelas.
     Catatan dalaam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam, menilai perilaku siswa dan dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan siswa secara keseluruhan.[5]

2.      Skala
Langkah- langkah penyusunannya, antara lain:
a.         Menentukan obyek sikap yang akan dikembangkan skalanya. Misal ”mata pelajaran pendidikan agama islam”
b.        Gunakan pernyataan- pernyataan itu dalam bahasa yang sederhana dan jelas.
c.         Hindarilah, penyataan- pernyataan yang bersifat faktual atau yang diartikan sebagai faktual.
d.        Hindarilah pemakaian kata- kata sepeerti selalu, tidak pernah, semua, tak satupun.
e.         Batasilah pemakaian kata- kata seperti hanya atau baru saja.
f.         Buatlah pernyataan itu singkat.

Contoh lembar penilaian skala sikap siswa terhadap kegiatan Ramadhan di sekolah
Nama : Sutarno
Kelas  : XII
NO
Pernyataan
Pilihan sikap
setuju
netral
Tidak setuju
1.
Kegiatan di sekolah pada bulan Ramadhan perlu dilakukan
V


2.
Usaha pengaktifan kegiatan Ramadhan merupakan usaha yang kurang menyenangkan


V
3.
Kegiatan Ramadhan perlu didukung oleh guru dan orang tua murid
V


4.
Kegiatan Ramadhan diselenggarakan untuk mengisi waktu luang

V

5.
Dst.




Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Ada tiga komponen sikap yang perlu diperhatikan, yaitu kognisi (berkenaan dengan pengetahuan seseorang dengan objek atau stimulus yang dihadapinya), afeksi (berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut), konasi (berkenaan dengan kecendenrungan berbuat terhadap objek tersebut).

Contoh lembar penilaian skala penilaian
Skala penilaian atau perilaku orang lain seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik continuum (katagori yang bermakna nilai).

SKALA PENILAIAN
PENAMPILAN GURU MENGAJAR

Nama Guru : Bu Hj. Maria Ch                                                     Bidang study : SKI
No
pernyataan
Skala nilai
A
B
C
1.
Penguasaan bahan pelajaran
V


2.
Hubungan dengan siswa

V

3.
Bahasa yang digunakan


V
4.
Pemakaian metode dan alat bantu mengajar
V


5.
Jawaban terhadap pertanyaan siswa

V

Skala penilaian lebih cepat digunakan untuk mengukur suatu proses. [6]

3.      Kuisioner (angket)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam daftar pertanyaan pada suatu angket, antara lain:
a.         Pertanyaan hendaknya pendek dan jelas (mudah dimengerti)
b.        Pertanyaan harus konkret, sehingga siswa atau orang lain yang jadi sasaran dapat menjawab dengan tepat dan benar.
c.         Pertanyaan diharapkan jangan menyinggung siswa/ orang yang akan menjawabnya.
d.        Pertanyaan hendaknya jangan sampai pilihan ganda.
Contoh Kuesioner.

KUISIONER UNTUK SISWA
Petunjuk pengisian kuisioner:
1)   Tugas anda adalah memilih salah satu kemungkinan jawaban yang telah disediakan, yang menurut pendapat anda paling tepat.
2)   Sebelum mengisi atau memberikan jawaban terhadap butir- butir yangterdapat dalam instrument ini, anda diminta mengisi identitas anda secara lengkap.

Identitas anda
Nama : Eko Tri Cahyo
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 12 tahun
Hobi : membaca

Soal
1.      Kalau suara adzan sudah terdengar, apa yang kamu lakukan:
a.       Segera sholat
b.      Tidur
c.       Nonton televise
2.      Bila kamu berpapasan dengan gurumu, apa yang kamu lakukan :
a.       Diam saja
b.      Pura-pura tidak tahu
c.       Memberi salam
3.      Dst.
Cara pemberian skor pada tes kuesioner
Yaitu dengan jalan member skor terhadap setiap jawaban berdasarkan criteria tertentu. Misalnya ditanyakan tingkat pendidikan responden. Makin tinggi jenjang pendidikan yang dimilikinya, makin besar skor yang diberikan. Bila ditanya dukungan terhadap KB (keluarga berencana), jawaban yang lebih menunjang keluarga kecil diberi skor tinggi dan sebaliknya.[7]

4.      Wawancara
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara diantaranya sebagai berikut :
·         Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Misalnya kita ambil contoh untuk mengetahui pemahaman bahan pengajaran siswa.
·         berdasarkan tujuan diatas tentukan indikator-indikator yang akan di ungkap dari wawancara. Lalu indikator-indikartor tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara. Indikator di ungkapkan secara sistematis dari yang sederhana menuju yang kompleks.
·         Tentukan bentuk pertanyaan yang akan di gunakan, yakni bentuk berstruktur atau terbuka.
·         Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis, butir (c) di atas.[8] Hendaknya setiap pertanyaan wawancara dirumuskan secara singkat, padat, jelas dan hanya memuat satu masalah saja. Selain itu pertanyaan dirumuskan secara netral,  sehingga tidak mengundang reaksi- raksi tertentu, misal sikap tidak tenang, dan hindari pertanyaan yang brsifat mengejek atau yangbertanda menakut- nakuti.

Contoh instrument wawancara:
Tujuan : memperoleh informasi mengenai cara berwudhu yang dilakukan oleh siswa.
Bentuk : wawancara bebas
Responden : siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi

Nama siswa : Alfi Tri Sakti
Kelas : X/11
Jenis perempuan : perempuan
Pernyataan guru
Jawaban siswa
Komentar dan kesimpulan hasil wawancara
1.      Kapan dan berapa kali anda melakukan wudhu?
2.      Sesudah wudhu apa yang anda lakukan?
3.      Apa yang anda rasakan sesudah berwudhu?
4.      Bagaimana tata cara dalam berwudhu?







5.      Dst.
Sebelum sholat, 7 kali


Langsung sholat


Hati menjadi tenang


1.      Niat
2.      Membasuh muka
3.      Membasuh tangan sampai siku-siku
4.      Mengusap sebagian kepala
5.      Membasuh telinga
6.      Membasuh kaki sampai mata kaki

Semarang, 8 oktober 2011
Pewawancara,
Sudrajat budiarto[9]

5.      Daftar Cocok
Daftar cek atau cek pada esensinya untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Daftar cek terdiri dari satu lembar kertas atau lebih dengan format sebagai berikut:
a.         Judul daftar cek, dari judul dapat dikenal untuk maksud dan tujuan apa daftar cek itu.
b.        Kolom pencatat kelas dan nama siswa (letakkan pada sudut atas). Ini semua untuk memudahkan pemberian nilai, analisa dan penyimpangannya.
c.         Kolom daftar cek dilengkapi dengan jumlah dan skor nilai.
d.        Kolom nama dan tanda tangan guru (pada sudut kanan bawah).[10]
Contoh format daftar cek:

Format penilaian penguasaan rukun sholat



Nama siswa : ubab fitriyanti                                                                    kelas : VII
No.
Rukun Sholat
Kategori Penilaian
Benar
Salah
1.
Lafal niat
V

2.
Sikap berdiri

V
3.
Takbiratul Ihram
V

4.
Membaca surat Al-Fatihah

V
5.
Rukuk dengan tuma’ninah
V

6.
I’tidal dengan tuma’ninah

V
7.
Sujud dua kali dengan tuma’ninah
V

8.
Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah

V
9.
Duduk tasyahud akhir
V

10.
Membaca tasyahud akhir

V
11.
Membaca sholawat atas Nabi pada tasyahud akhir
V

12.
Membaca salam yang pertama

V
13.
Tertib
V

Jumlah
7
6
skor



Guru mata pelajaran

(Eni Astuti, S. Ag)




                                           

[1] Drs. Zainal Arifin, M.PD., EVALUASI PEMBELAJARAN, (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2009), hal. 152-153.
[2] Prof. Drs. Eko Putro Widoyoko, M. Pd., Evaluasi Progam Pembelajaran, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2009), hal. 109.
[3] Prof. H. M. Sukardi, MS., Ph. D., EVALUASI PENDIDIKAN : Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 187
[4] Drs. Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hal. 96.
[5] Dr. Burhanuddin Tola, MA, Drs. Fahmi, Standar Penilaian di Kelas, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), hal. 76-79
[6] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 215-216
[7] Drs. Slameto, Op., Cit., hal 131
[8] Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 69
[9] Drs. Ign Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta, KANISIUS, 1995), hal. 736.
[10] Drs. Slameto, Op., Cit., hal. 100-101
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template