I.
I. PENDAHULUAN
Dalam
agama islam mengajarkan tiga aspek pokok yaitu islam itu sendiri, iman dan
ihsan. islam mengajarkan kita untuk menyembah satu Tuhan (monotaisme), jadi
tidak dibenarkan adanya sesuatu yang boleh disembah selain Allah SWT.
Mengingat
tiga aspek pokok ajaran islam tersebut ada suatu riwayat mengatakan malaikat
Jibril menyerupai seorang laki-laki kemudian bertanaya kepada tentang apa itu
islam, apa itu iman, dan apa itu ihsan.
Disini
penulis mencoba memaparkan tentang tiga aspek diatas serta tentang hari kiamat
dan perasaan malu sebagai implementasi dari iman.
II.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan Islam?
B. Apakah yang dimaksud dengan Iman?
C. Apakah yang dimaksud dengan Ihsan?
D. Apa dan bagaiamana tanda-tanda Hari Kiamat ?
E. Bagaimana penjelasan tentang malu?
III. III. HADIST
a. Hadist tentang Islam, Iman, Ihsan dan Hari
Kiamat
عَنْ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّا بِ قَالَ بَيْنمَا نَحْنُ عِنْدض رَسُولِ اللهِ صلى الله
عليه وسلم ذَاتَ يومٍ اِذَا طَلَعَ عَلَينَا رَجُلٍ شَدِيدُ بَيَاضِ الثَّيَابِ
شَدِيدُ سَواَدِ الشَّعْرِ لاَيُرَى عَلَيهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلآيَعْرِفُهُ
مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلَى نَبي ص م، فَاسْنَدَ رُكْبَتَيهِ اِلَى
رُكْبتَيهِ ووَضَعَ كَفَّيهِ عَلَى فَخِذَيهِ وَقَالَ يَامُحَمَّد اَخبِرْنِى عَنِ
الأْسْلَامِ، فقَالَ رَسُولُ اللّه ص م اَلْاِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْل لآاِلهَ
اِلاَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّدا رَسُولُ الله ص م وَتُقِيمُو الصَّلّاة وتُؤْتِي
الزَّكَاةِ وتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيتُ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيه
سَبِيلاً، قَالَ صَدَ قتَ فَعضجِبْنَا لَهُ يَسْئَا لْهُ وَيُصَدَّ قَهُ قَالَ
فَئَا خْبِرْنِى عَنِ الْاِيمَانِ، قَالَ اَنْ تُؤْمِنَ بِا اللهِ وَمَلَئِكتهِ
وكُتُبهِ و رُسُولهِ والْيَومِالْاَخِرِ وتُؤْمِنَ بِا لقَدْرِ خَيْرهِ وشَرَّهِ،
قَالَ صَدَقتَ قَالَ فَئَاخْبِرْنِى عَنِ الْاِحْسَانِ قَالَ اَنْ تَعْبُدَ اللهِ
كَاَنَّكَ تراَهُ فَاِنْ لَمْ تكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ
فَئَاخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَاالْمَسْؤُلُ عَنهَا بِاَعْلَمَ مِنَ
السَّا ئِلِ قَالَ فَاَخْبِرنِى أَمَارَتِهَا قَالَ اَنْ تَلِدَ الْاَمَةُ
رَبَّتَهَا وَاَنْ ترَى الْحُفَّاةَ الْعِرَاةُ الْعَالَةُ رُعَا ءُالشَّاء
يَتَطَاوَلُونَ فِي البُنيَانُ، قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ
قَالَ لِى يَا عُمَرَ اَتَدْرِ مِنَالسَّا ئِلِ قُلْتُ الله وَرسوله اَعْلَمُ
فَاِنَّهُ جِبْرِيلُ اَتَاكُمْ يُعَلَّمّكُمْ دِينَكُمْ (اخرجه مسلم فى
كتابالايمان)[1]
Artinya :Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau
berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat
putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu
mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di
atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang
Islam.” Kemudian
Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq
disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Engkau mendirikan
sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke
rumah Allah jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan
dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rasulullah) menjawab: ”Engkau beriman kepada Allah, beriman
kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan engkau
beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Apabila engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah
seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari
kiamat.” (Beliau)
mejawab: “Orang yang
ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan
engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi
penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku
tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam
bersabda: ”Wahai Umar,
tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu
adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(hadist riwayat. Muslim dalam kitab
al iman)[2]
b. Hadist Tentang Perasaan Malu
عَنْ عَبِي غُرَيرَةَ قَالَ، قَالَ رسول الله ص م،
اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيمَانِ وَالْاِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَالْيَذَءُ مِنَ
الجَفَاءِ وَالجُفَاءُ فِي النَّارِ (اخرجه الترمذي نتاب البروالصلة )
Artinya “dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda malu
merupakan sebagian dari iman, dan iman berada dalam surga,dan berbicara jelek
itu merupakan sebagian dari kebencian, dan kebencian itu dalam neraka” (HR.
Turmuzdi dalam kitab Al Birri wa as silah).
IV.
IV. PEMBAHASAN
A. Islam
Kata islam berasal dari kata as lama, yus llimu islaman
yang berarti tunduk, patuh, menyerahkan. Kata islam terambil dari kata dasar sa
la ma yang artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar
kata sa la ma itu juga terbentuk kata salmun, silmun artinya damai patuh dan
menyerahkan diri. Islam
menurut bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Islam menurut syara’ adalah pasrah
kepada Allah, bertauhid dengan tunduk, kepada Nya, ta’at dan membebaskan diri
dari syirik dan para pengikutnya.[3]
Islam tak hanya berarti sekedar pernyataan tentang
keesaan Allah dan kerasulan Muhamad yang membawa seseorang yang masuk islam,
tetapi sebagai seorang muslim seorang harus hidup sesuai dengan kehidupan
seorang muslim, yakni kehidupan seseorang yang hidup damai dengan sesamanya.
jadi jelaslah bahwa agama
islam itu memiliki pondasi yang dengannya bangunan islam yang kuat dan kokoh.
di antara asas islam tersebut adalah : pertama, syahadat yakni bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhamad utusan Allah. kedua,
sendi yang mencerminkan hubuingan seorang hamba dengan sang pencipta, yaitu
mendirikan shalat. ketiga, sendi yang mencerminkan hubungan luhur dalam
tolong menolong dan kerja sama, hubungan seorang muslim terhadap saudaranya
yang miskin, yang tercakup dalam menunaikan zakat. keempa , puasa yang
mengantarkan seorang muslim kederajat muttaqin (orang-orang yang
bertaqwa). kelima ibadah haji yang mencangkup ibadah fiisik jasmaninya
dan materi. [4]
B. Iman
Iman menurut bahasa, ialah tasdiq (membenarkan). Menurut
istilah sebagian ahli ilmu, ialah tashdiqur rasuli fi ma ja’a bihi ‘an rabbihi
(membenarkan rasul teerhadap apa yang di datankan dari Tuhannya.)[5] dan
menerut sebagian ulama yang lain iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Dengan
demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal
perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat
dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga
unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan.
C.
Ihsan
Ihsan menurut bahasa berarti: pertama, mengerjakan
sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, seperti member makan kepada orang
lapar. kedua, mengerjakan sesuatau dengan sebaik-baiknya atau mengetahui
sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Menurut syara’, ihsan itu bermakna iklas, ataub lebih
tegasnya engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihat engkau.[6]
D.
Hari Akhir
Istilah kiamat menempati posisi penting dalam Alqur’an.
Hal ini terlihat dari pemberian nama-nama surat, dimana dibandingkan dengan kontek-konteks
lainnya. Kiamat adalah bangkkit, yakni bangkitnya mayit dari kematiannya. Di
dalam Al-qur’an disebutkan bahwa Hari Kiamat adalah, “Hari ketika seorang tudak
berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada Hari itu
dalam kekuasaan Allah”[7]
Salah satu surat dalam Al-qur’an yang menjelaskan tentang terjadinya hari
akhir ialah surat al-Qari’ah. Al-Qari’ah (hari kiamat), dalam surat ini
terkandung sesuatu yang menggambarkan kehancuran dan keluluh lantakan di
saat-saat lengah. Manusia di ibaratkan anai-anai yang bertebaran, mudah
diombang ambingkan dan demikian ringan. Tampak pula gunung-gunung yang kokoh
itu ibarat bulu-bulu yang berhamburan ditiup angin kencang.[8]
Adapun tanda-tanda
datangnya Hari Kiamat sebagai berikut:
1.
Terbitnya matahari dari
arah barat dan terbenamnya dari arah timur
2.
Banyak muncul
binatang-binatang yang aneh
3.
Apabila seorang budak
perempuan melahirkan anak majikannya
4.
Apabila orang yang berkaki telanjang sangat
berambisi dalam kenikmatan dunia[9]
5.
Perempuan lebih banyak
dari pada lelaki
6.
Hilang dan lenyapnya
Alqur’an dan mushaf
7.
Orang berlomba-lomba
membangun gedung yang tinggi
E.
Malu sebagian Dari Iman
Salah satu ciri-ciri utama fitra manusia adalah
adanya rasa malu sebab dengan rasa malu kita tidak ceplas-ceplos dalam
melakukan berbagai hal. Lebih lebih dalam perkara yang melanggar syariat karena
dengan rasa malu baik kepada Allah atau kepada manusia akan terpatri sebuah
keimanan yang kokoh, namun apabila rasa manusia itu hilang, manusia cendrung
berbuat seperti perbuatan binatang. Malu mempunyai peran yang krusial dalam
membentengi manusia dan menmjaganya dari kehancuran.[10]
Bila manusia mampu mengkristalkan rasa malu kepada
Allah dalam dirinya, dan menganggap Allah beserta malaikat-Nya selalu hadir di
sisinya, maka perasaan ini akan benar-benar menjaga seseorang dari perbuatan
dosa, maksiat dan menyelamatkan dari perangkat syahwat dengan kadar yang sangat
tinggi.
Seperti dalam hadits nabi Muhamad SAW yang artinya, Dari Imran bin Hushoin;
Nabi Muhamad SAW bersabda “sifat malu tidak datang kecuali kebajikan, kemudian
Basyir bin Ka’ab berkata: Didalam Hikmah tertulis: sesungguhnya dari sifat malu
timbul kesopanan, sesungguhnya dari sifat malu timbul ketenangan, kemudian
Hushoin berkata kepada Basyri:”Aku beri hadits
engkau dari Rasulullah, dan engkau ceritai aku dari lampiranmu”.[11]
[1] Imam Yahya bin
Syarafudin Nawawi, Syarah Ar Ba’in Nawawi,
(Surabaya: Al Miftah, [thn]),hlm.
[2] Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam,
Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh,
[tth, thl]
[3] Shalih bin
fauzan bin abdullah al fauzan, kitab tauhid. (jakarta :yayasan
al-sofwa,2000 ).hlm. 88
[5] Teungku
muhamad hasbi ash shiddieqy, Mutiara Hadits 1, (semarang :pustaka rizki putra,2002
), hlm. 16
[6] Ibid, hlm. 19
[7] Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghozali Fazlur Rahman Studi
Komparatif Epistemologi Klasik-Kontemporer, (Yogyakarta, Islamika,2004), hlm. 102
[8] Sayid Qutub, Hari Akhir Menurut Al-Qur’an, ([ttp,tth])hlm.72
[10] Muhamad Mahdi
al Ashifi, Mencerdaskan Hawa Nafsu, (Jakarta,
Misbah,2004), hlm.176
[11] Ahmad Sunarto
dkk, Terjemah Shahih Bukhari Jilid VII, (
Semarang, CV. Asy Syifa,1993),hlm.107
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !