A.
Periode Sensistif Untuk Belajar
Periode
sensitif dari tumbuh kembang anak merupakan masa awal untuk belajar yaitu
melalui tahapan-tahapan berupa ketertarikan dan keingintahuan pada sesuatu. Periode
seperti ini tidak bisa datang untuk kedua kali atau terulang kembali. Selama
periode ini minat anak semakin tinggi dan anak menjadi peka atau mudah
terstimulasi terhadap aspek-aspek lingkungan yang berada disekitarnya. Dengan
demikian, menjadi penting bagi seorang pendidik untuk memahami proses ini
karena setiap tahapan terdapat kesempatan yang menguntungkan untuk perkembangan
anak.
Montessori
dalam Seldin (2007:14-17) telah mengidentifikasikan beberapa perbedaan dalam
periode sensitif yang terjadi dari mulai lahir sampai usia 6 tahun. Setiap
perbedaan itu mengacu pada kecenderungan yang mendorong untuk memperoleh
karakteristik khusus. Sebagai contoh: pada
masa-masa awal tahun pertama kehidupan anak, umumnya mereka berada dalam
periode sensitif dalam bahasa. Mereka perhatian pada apa yang diucapkan
seseorang dan bagaimana cara orang mengucapkannya.[1]
Anak-anak
pada tahap ini memiliki intelegensi yang berpotensi luar biasa karena memiliki
berjuta-juta saraf otak yang mulai berkembang dan memiliki daya ingatan yang
kuat. Namun, pada umumnya para orang tua dan guru hanya dapat mengajarkan
sedikit hal pada anak-anaknya. Pada umumnya, orang tua selalu menyalahkan
anak-anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang diinginkan. Hal ini lebih
banyak dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap perkembangan
jiwa anak. Oleh karena itu, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur
kemanusiaan (pengembangan intelegensi, karakter, kreativitas, moral, dan kasih
sayang) sangatlah perlu diberikan pada anak usia dini.[2]
Waktu
untuk belajar sebaiknya memberikan stimulasi yang tepat pada waktu yang tepat
pula. Selanjutnya anak akan mampu belajar dengan tanpa disadari. Berikut ini
periode sensitif anak dari mulai lahir sampai usia 6 tahun: [3]
1.
Gerakan (Lahir-1 tahun)
Gerakan acak bayi menjadi terkoordinasi dan terkontrol seperti
halnya belajar menggenggam, menyentuh, berbalik, keseimbangan, merayap dan
berjalan.
2.
Bahasa (Lahir-6 tahun)
Diawali dengan belajar bersuara, bayi akan mengalami kemajuan
dengan mengoceh kata-kata, suku kata dan akhirnya kalimat.
3.
Objek Kecil (1-4 tahun)
Bayi akan mendekatkan benda kecil ke mukanya dan dari hal-hal yang
detail sebagai kemajuan koordinasi mata-tangan yang semakin lama menjadi
sempurna dan akurat.
4.
Urutan (2-4 tahun)
Segala sesuatu harus pada tempatnya. Tahapan ini merupakan
ciri-ciri dari bayi yang suka terhadap
hal-hal yang rutin dan keingintahuan pada konsistensi dan pengulangan.
5.
Musik (2-6 tahun)
Bila musik merupakan bagian dari leluasanya setiap hari, anak-anak
akan menunjukkan keinginan yang spontan dalam intonasi, irama dan melodi.
6.
Toilet Training (10 bulan-3 tahun)
Saat sistem persyaratan anak menjadi lebih baik berkembang dan
berintegrasi, anak-anak kita akan belajar mengontrol kantung kecil dan perut.
7.
Kehormatan dan Santun (2-6 tahun)
Anak akan cinta pada kesopanan dan sikap yang bijaksana yang akan
terinternalisasi kedalam kepribadiannya.
8.
Alat Indera (2-6 tahun)
Pendidikan penginderaan dimulai saat lahir, tetapi dari usia 2
tahun anak akan sangat menyukai pengalaman inderanya.
9.
Menulis (3-4 tahun)
Keterampilan menulis ini mendahului membaca dan dimulai dengan
usaha untuk memproduksi huruf-huruf dan angka-angka dengan pensil dan kertas.
10.
Membaca (3-5 tahun)
Anak menunjukkan keinginan yang spontan dalam simbol dan suara-suara
yang dikeluarkan tak lama kemudian mereka menyuarakan kata-kata.
11.
Hubungan Spasial (4-6 tahun)
Saat pemahaman hubungan bentuk-bentuk, anak akan berkembang sebagai
contoh ia akan mampu mengerjakan puzzle-puzzle yang sulit.
12.
Matematika (4-6 tahun)
Belajar hitung, jumlah dan mengenal angka dengan memberikan
pengalaman nyata untuk anak.
Periode sensitif merupakan mekanisme
alamiah yang pasti pada anak dan tidak terpisahkan dengan faktor-faktor
keturunan sebagai manusia. Masa ini merupakan “kesempatan yang terbatas” karena
anak dalam suatu tahapan transisi, sekali anak telah menguasai keterampilan
atau kemampuan yang telah diserapnya, periode sensitifnya terlihat lenyap
sehingga jika anak tidak diperlihatkan pada pengalaman stimulasi yang benar,
kesempatan akan hilang begitu saja. Ketrampilan masih dapat dipelajari akan
tetapi saat ini memerlukan waktu dan usaha dan latihan yang benar.
[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks, 2009, hlm. 135.
[2] Danar Santi, Pendidikan Anak Usia Dini;
Antara Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Indeks, 2009, hlm. 74-73.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !