I.
Pendahuluan
Dalam perkembangannya filsafat telah
melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbagai bidang hidup dan
kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta dan
berkembang pula filsafat dalam masalah hidup dan kehidupan manusia itu, sedikit
banyaknya tenth berpengaruh dalam pendidikan, atau setidak-tidaknya memberikan
corak tertentu terhadap pelaksanaan pendidikan.
II.
Permasalahan
Dalam kesempatan kali ini kami akan
membahas tentang pendidikan dalam pemikiran para pemikir pendidikan Islam yang
meliputi:
- Perkembangan pemikiran atau filsafat pendidikan Islam
- Pemikiran-pemikiran baru dalam pendidikan Islam.
- Para pemikiran Islam
III.
Pembahasan
A.
Perkembangan
Pemikiran I Filsafat Pendidikan
Diantara yang masuk ke dalam dunia
Islam tentang hakikat manusia, yang juga diterima serta di kembangkan di
kalangan umat Islam, adalah panduan jabbariyah, berpendapat bahwa hakekatnya
manusia itu bersifat ijbar, segala perbuatannya adalah terpaksa dikerjakan
manusia hanya sekedar pelaksana dan kehendak perbuatan Tuhan. Manusia tidak
menguasai perbuatan-perbuatannya dan tidak menentukan sendiri, serta tidak ada
pilihan lain.
Berbeda dengan pandangan jabbariyah
tersebut, pandangan , qadariyah berpendapat bahwa manusia menguasai perbuatan-perbuatannya.
Manusia mempunyai hak dan kuasa untuk menentukan . pilihan, manusia, memiliki
freedom of will. Kedua aliran tersebut memberikan pengaruh ke pendidikan yang
berbeda di ka1angai umat Islam. Pandangan pertama (jabbariyah) mengandung makna
yang negatif terhadap pendidikan, yaitu manusia akan bersikap pasif dan selalu menanti
serta tidak mau berusaha untuk memecah kan
masalah hidup dalam kehidupannya. Sedangkan pandangan kedua mempunyai dampak
positif terhadap pendidikan.
Karena adanya free will dan free act,
maka manusia akan menjadi aktif dalam kehidupannya akan berkembang karena harus
memilih diantara perbuatan-perbuatan, dan ia akan terdidik bertanggung jawab terhadap
segala karyanya.
Demikian, secara ringkas gambaran
filsafat pendidikan yang berkembang dikalangan umat Islam, membawa akibat
kehidupan umat Islam yang kontroversial (bertentangan).[1]
B.
Pemikiran-Pemikiran
Baru Dalam Pendidikan Islam
Dalam kehidupan umat Islam, pandangan
fisolosofis yang sufistis mendapatkan tempat dengan dukungan dan umat Islam di
bagian timur, sedang pandangan filosofis yang rasionãl mendapat dukungan dan
umat Islam di bagian barat. Bangsa barat
cenderung menguasai dunia sedang must Islam cenderung meninggalkan kehidupan
duniawi.
M.M. Sharif dalam bukunya “muslim
thought” beliau mengatakan bahwa ikiran Islam telah melaksanakan satu kemajuan
yang hebat mulai abed ke-8 sampai abad ke-13 M. kemudian bangsa Eropa
menjadikan hasil tersebut menjadi satu pembekalan untuk menjadi dasar pokok
dalam mengadakan kebangkitan Eropa.
Kemudian beliau mengatakan bahwa
pikiran Islam menurun Welsh abed ke-18.
Berikut ini merupakan sebab
melemahnya pikiran Islam d1antarmya sbb:
1)
Telah
berkelebihan filsafat Islam yang telah dimasukkan oleh al Ghozali yang Islam
nya menuju ke arab bidang rohaniah. Sedangkan Ibnu Rosyd menuju ke jurang
matrealisme. Ghozali mendapat sukses di timur sedang Ibnü Rosyd mendapat sukses
di barat.
2)
Umat
Islam, melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan
untuk berkembang, kalau pada mulanya para pemegang pemerintahan sangat memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada
para ahli pengetahuan, maka, pada masa itu para ahli ilmu pengetahuan umum
terlibat pada urusan-urusan ke pemerintahan, hingga merupakan usaha
pengembangan ilmu pengetahuan.
3)
Terjadi
pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dan Selanjutnya pada akhir abed
ke-19 M mulailah kebangkitan pemikiran Islam yang dimulai oleh Jamaluddin
A1-Afgani, kemudian disusul oleh Sayid Ahmad Khan dengan gerakan pembaharuan
kekuatan o1itik, kekuatan sosial melalui bidang pendidikan di kalangan umat
Islam, gerakan-gerakan pemikiran pembaharuan itu dibagi menjadi 3, kelompok
yaitu :
a)
Muhammad Ali
Pasya di mesir dan gerakan Turki muda. di Turki muda di Turki berorientasi
seperti pada dunia Barat.
b)
Di mesir, India dan Indonesia berorientasi pada
kehidupan sosial dan pandangan masyarakat setempat, yang kemudian menimbulkan
pandangan wataniyah/kebangsaan.
c)
Gerakan
pembaharuan yang berorientasi pada pemikiran-pemikiran Islam yang murni.(al-qur’an dan hadits)[2]
C.
Pemikiran-Pemikiran
Islam
- Pemikiran pendidikan Islam menurut AI-Ghazali
a)
Peranan Pendidikan
AI-Ghazali adalah seorang sufistik
yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena
pendidikanlah yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan
pemikiraiuiya, demikian hasil pengamatan Ahmad Fuad A1 Ahwani terhadap
pemikiran pendidikan al-ghazali. Sementara itu H. M. Arifin, guru besar dalam idang
pendidikan mengatakan, bila di pandang
dan segi filosofis, al-ghazali adalah penganut faham idealisme yang konsekuen
terhadap agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan a[’ghazali lbih
cenderung berpaham empirisme. Hal ini disebabkan karena ia menekankan pengaruh
pendidikan terhadap anak didik Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang
tua. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah SAW.
كل
مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أو يمجسانه
Artinya:
“Setiap anak yang dilahirkan
dalam keadaan bersih, kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi
penganut yahudi, nasrani atau Majusi” (H.R.Muslim)
Selain dengan hadits tersebut
al-ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan. hidup yang baik.
Begitupun sebaiknya. Pentingnya pendidikan ini didasarkan pada pengalaman.
hidup al-ghazali sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar
yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, yang disebabkan karena pendidikan .
b)
Tujuan Pendidikan
Menurut al-ghazali tujuan pendidikan
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan,
kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang.
Rumusan tujuan pendidikan yang demikian
itu sajalah dengan firman Allah SWT. Tentang tujuan penciptaan manusia, yaitu
Artinya: “Tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar
beribadah kepada-ku “ (Q.S.Al-Dzariyat : 56)
Selain itu rumusan tersebut
mencerminkan sikap zuhud A1-Ghazaii terhadap dunia, merasa cukup dengan yang
ada, dan banyak memikirkan akhirat. Rumusan tujuan pendidikan Al-Ghazali yang demikian itu juga karena al- ghazali
memandang dunia itu bukan merupakan hal pokok, tidak abadi dan akan rusak.
Selanjutnya Al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang
yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga orang tersebut
derajatnya lebih tinggi di sisi Allah, hal ini menunjukkan bahwa tujuan
pendidikan menurut Al- Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia.
c)
Pendidik
Al-Ghazali juga menjelaskan tentang
ciri-ciri pendidikan yang boleh melaksanakannya pendidikan. Ciri-ciri tersebut
adalah:
-
Guru harus
mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri
-
Guru jangan
mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dan pekerjaan karena mengajar
merupakan tugas yang diwariskan oleh nabi Muhammad SAW, sedangkan upahnya adalah
erletak pada terbentuknya anak didik yang . mengamalkan ilmu yang diajarkannya
-
Guru harus
mengingatkannya muridnya agar tujuan dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri
tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
-
Guru di
hadapan muridnya harus memberikan contoh yang baik.
-
Guru harus
mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual dan daya tangkap
anak didiknya.
-
Guru harus
mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak muridnya.
-
Guru harus
memahami minat, bakat dan jiwa anak didikya, sehingga disamping tidak akan
salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan baik antara
guru dengan anak didiknya.
-
Guru harus
dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didik nya, sehingga ákal
pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu
Jika ciri-ciri diatas dilihat dan
perspektif guru sebagai profesi nampak diarahkan pada aspek moral dan
kepribadian guru, sedangkan aspek keahlian, profesi dan penguasaan terhadap
materi yang diajarkan dan metode yang harus dikuasainya nampak kurang di
perhatikan. Hal ml dapat dimengerti, karena paradigma yang digunakan untuk
menentukan guru tersebut adalah paradigma tasawuf, guru sebagai figur sentral, bahkan
mempunyai kekuatan spiritual, dimana sang murid sangat tergantung kepadanya hal
yang tidak sesuai dengan pola dan pendekatan dalam pendidikan yang diterapkan
masyarakat modern saat ini posisi guru dalam pendidikan modern saat ini bukan
merupakan satu satunya sumber ilmu pengetahuan dan informasi, karena ilmu
pengetahuan dan informasi, karena ilmu pengetahuan dan informasi sudah dikuasai
oleh peralatan teknologi penyimpan data. Sekarang guru dilihat sebagai
fasilitator yang mengarahkan jalannya proses belajar - mengajar.
d)
Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut
ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka
bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut:
1)
Memuliakan
guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur
2)
Menjauhkan
diri dan berbagai mazbab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran
3)
Mempelajari
tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja.
Ciri-ciri tersebut untuk masa
sekarang perlu ditambah dengan ciri-ciri yang lebih membawa kepada kreatifitas
dan kegairahan dalam belajar.
e)
Kurikulum
A1-Ghazali memandang kurikulum dan ilmu
pengetahuan ia membagi ilmu pengetahuan
kepada yang terlarang dan yang • wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga
kelompok yaitu:
1)
Ilmu yang
tercela, ilmu yang tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia ataupun di
akhirat, misalnya ilmu sihir, nujum dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini
dipelajari akan membawa madarat dan akan meragukan terhadap kebenaran adanya
Tuhan. Oleh karena itu ilmu ini harus dijauhi.
2)
ilmu yang
teruji, misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama dipelajari seseorang kepada jiwa yang suci
bersih dan madarat dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
3)
Ilmu yang
teruji pada taraf tertentu yang tidak boleh diperdalam, karna ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman
- Pemikiran pendidikan Islam menurut Ibn Khaldun
a.
Pandangan tentang
manusia didik
Ibnu Khaldun melihat manusia tidak
terlalu menekankan pada segi kepribadiannya, namun ia lebih banyak melihat
manusia dalam hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat. Ibnu Khaldun memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan makhluk
lainnya Kata Ibri Khaldun manusia merupakan makhluk berpikir Oleh karena itu
manusia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi lewat kemampuan
berpikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh
perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup.
Seperti yang dijelaskan di atas,
bahwa manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena manusia memiliki pemikiran
yang dapat menolong dirinya untuk menghasilkan kebutuhan hidupnya, juga
memiliki sikap hidup bermasyarakat. Dan keadaan manusia tersebut muncullah ilmu
pengetahuan. Pada bagian lain, Ibn Khaldun berpendapat bahwa dalam proses
belajar harus sungguh-sungguh dan memiliki bakat. Berhasilnya suatu keahlian
dalam satu bidang ilmu atau disip.Iin memerlukan pengajaran.
. b. Pandangan
tentang ilmu
Kemudian Ibn Khaldun beipendapat
bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban, pada
bagian lain, Ibn Khaldun juga mengatakan bahwa adanya perbedaan lapisan sosial
timbul dan bail kecerdasannya yang diproses melalui pengajaran.
Mengenai ilmu pengetahuan, Ibnu
Khaldun membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
1) Ilmu lapisan (bahasa) menipakan ilmu tata bahasa
sastra yang
tersusun secara
puitis.
2) Ilmu Naqli merupakan ilmu yang diambil dan kitab suci
dan sunnah Nabi
3) Umu ‘Aqli merupakan ilmu yang dapat menunjukkan
manusia dengan daya pikir padafilsafat dan semua ilmu pengetahuan.
Diantara ilmu tersebut ada yang harus
diajarkan kepada anak didik,
yaitu:
1) Ilmu syari’ah dengan semua jenisnya
2) Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ilmu ketuhanan
3) Ilmu alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu
bahasa
4) Ilmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu 1ogika
C. Metode Pengajaran
Menurut Um Khaldun bahwa mengajarkan
pengetahuan pada pelajar hanya akan bermanfaat jika dilakukan secara
berangsur-angsur. Pertama-tama ia hnrus diberi pelajaran
tentang soal-soal mengenai setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.
keterangan yang diberikan harus secara umum, dengan memperhatikan kekuatan
pikiran pelajar dan kesanggupannya memahami apa yang dibcrikañ kepadanya.
Dalam hubungannya dengan mengajarkan
ilmu kepada anak didik, Ibn Khaldun mengajarkan agar para guru mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, dengan metode yang baik dan mengetahui mahfaat
yang dipergunakannya dan setenisnya. Kemudian kesulitan yang dihadapi para
pelajar disebabkan karena para pendidik tidak menguasai ilmujiwa anak. Kemudian
kesulitan yang dihadapi para pelajar disebabkan karena para pendidik tidak
menguasai ilmu jiwa anak. Kemudian Ibn Khaldun menganjurkan agar pendidik
bersikap sopan dan halus pada muridnya, hal ml merupakan sikap orang tua
terhadap anaknya.[3]
3. Pemikiran pendidikan Islam menurut
ikhwan Al-Safa
Menurut Ikhwnn Al-Safa bahwa
perumpamaan orang yang belum dididik dengan ilmu akidah.
Pendidikan dengan pàndangan yang bcrsifat rasional dan
empirik, atau perpaduan antara pandangan yang bersifat inte1ektual dan faktual
Ilniu sebagai gambaran dan sesuatu yang dapat diketahui di slam ml, atau ilmu
yang dihasi1kin oleh pemildran manusia itu teijadi karena meidapat bahan-bahan
informasi yang dikirim oleh panca indera.
a Cara mendapat ilmu
Menurut lidlwaI! Al-Safa ilmu
penetahuan itu dapat dicapai melalul dua cara. Pertama, dengan cara
mempergunakan panca indera terhadap obyek alam semesta yang bersifat empirik.
Kedua, menggunakan informasi atau berita yang disampaikan oleh orang lain.
Selain itu heliau juga menyebutkan tentang ilmu yang dapat dicapai melalui
tulisan dan bacaan. Selanjutnya Ikhwan Al-Safa berpendapat bahwa pada dasarnya
semualimu itu harus diusahakan, bukan dengan cara tanpa usaha, ilmu didapat
dengan menggunakan panca indera.
Pendapat Ikhwan Al-Safa hampir mirip pada
aliran John Locke yang bersifat empirisme. Bahwa awal pengetahuan teijadi
karena panca indera berinteraksi dengan alam nyata, kemudian Ikhwan AI-Safa
berpendapat bahwa cara untuk mendapatkan ilmu dengan cara membiasakan berpegang
pada perenungan.
b. Tipe Ideal Gura
Nilal seorang guru menurutnya
bergantung. kepada caranya dalam mcnyainpaikan ilmu pengetahuan, guru yang
cerdas, baik
akhlaknya, lures tabiatnya, bersih hatinya, menyukai
ilmu, bertugas mencari kebenaran, dan tidak bersifat fanatisme terhadap sësuatu
aliran. Gum &Ialah mualim, ustadz dan mu’addib. MIah
adøh gum dan segala sesuatu guru Ustadz atau mu’addib
dibagi menjadi tiga & diantaranya A1A&ar dan a1-RUhaI* A1-Ru’asa dan’
• A1-MaliIç muluk dan suithan. ‘
4. Peniikiran
Pendidikan Islam menurut Zamuddin Labày
Zainuddin Lâbay bercndapat bahwa banyak mengambil
metode-metode ada mesir.dalam menerapkan pendidikan. Tetapi juga dapat diterima
bahwa garis besar pengajaran di Madrasah ini juga memakai unsur pendidikan gubernamen.
Zainuddin Labay dalam mcngair mengunakan
bahasa arab. Pertama, Zainuddin Labay telah menunjukkan otodidaknya menjadi seorang
pembaharu dalam bidang pendidikan.Kedua, ia rejasa dalam mengembangkan bahasa
Arab baik sebagai bahasa pengantar. Ketiga, ia telah memperkenalkan model
pendidikan yang pada masa itu belum lazi digunakan, mode1 k1asikal. keempat ia telah
memperkenalkan pengetahuan modem ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Kelima,
usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin labay telah menghasilkan kader yang
tangguh dalam bidang ilmu agama.
5. Pemikiran pendidikan Islam menurut Sycikh Ahmad
a. Ide-ide
Pembaharuan Pendidikan Ahmad Surkati
Secara umum ide pembaharuan
pendidikan Ahmad Surkati
dapat digolongkan pads tiga aspek, yaitu :
1) Aspek kelembagaan
Secara kelembagaan program pendidikan
yang dilakukan
berlangsung selama 15 tahun.
2) Aspek metodedan pendekatan
Ahmad Surkati dalam menempatkan para
siswa agar benar-benar memahami pelajaran dan mempunya daya kreatifitas tidak
hanya diajarkan ilmu naqliah yang lebih memperlihatkan metode qauliyah secara
sempit namun juga diperkenalkan ilmu akliah untuk memahami ayat-ayat kauniyah.
Dalam kemanipuan memilih metode dan
pendekatan . pengajaran yang sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi oleh
seorang guru tidak kalah pentingnya penguasaan. materi pelajaran, namun mereka
kesulitan menyampaikan mated pelajaran.
Ahmad Surkati dalam melakukan kajian
tethadap al-Qu’an maupun hadits sangat tepat. karena metode kritik terutama pada
materi hadits ajaran agama lainnya yang
dalam pelajrannya telah tercampur dengan hal-hal yang termasuk bid’ah dan
sesuatu yang bukan ajaran agama.
3) Aspek kurikulum
Sebagai lembaga pendidikan modern,
sekolah-sekolah Al-Irsyad dalam kegiatan belajar mengajar menerapkan rencana
pelajaran atau rencana pengajaran yang dalam bahasa pendidikan disebut
kurikulum. Pengajaran dijadikan sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu
‘kegiatan pengajaran moden. .
Sehingga dapat diketahui bahwa Ahmad
Sürkati menggunakan model dan cam pendidlikan yang diperkenalkannya belum biasa
dikenal di lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di masyarakat Islam pada
masa itu. Hal ini menunjukkan dar sikap dan pandangannya yang berani bersikap
berbeda dan sikap dan pandangan yang pada waktu itu diterapkan.
6. Pemikiran pendidik Islam menunit Ahmad
Dalilan
a. Pandangan Ahmad Dahian Dalam Pendidikan
Pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat
dilihat pada kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. • Dalam
bidang pendidikan, Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan
dengan system pendidikan gubemamen.
Ahmad Dahian mendirikan sekolah yang
mengikuti model gubemamen, beliau beraliran Muhamniadiyah. Kcmudiai beiau
mendirikan pondok MUhainmadiyah sebagal sekolah
pendidikan guru agama.
Muhaznmadiyah berhasil melanjutkan
model pembahanian pendidikan, disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia
menghadapi lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang
di kota. Kelompok menengah di kota
dalam banyak hal merupakan latarbelakang sosial yang dominan dalam
Muhaninadiyah hiugga sekarang ini. Kelompok ini menguasai perusahaan percetakan
yang secara ekonomis penting dalam masyarakat. Kelompok ini juga mementingkan
pendidikan model Barat. Oleh karena itu Muhammadiyah dengan menyediakan model
pendidikan Barat yang ditambah dengan pendidikan agama.
mendapatkan hasil yang baik dalam kalangan ini.
Dan uraian tersebut dapat diketahul
ide-ide pendidikan yang dikemukakan Ahmad Dahian. Pertama, Ahmad Dahian membawa
pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Is1am yang semula
sistem pesantren menjadi sistem sekolah. Kedua, Ahmad Dahian telah memasukkan
pelajaran umum kepada sekolah-sekolah agama atau madrasah. Ketiga, Ahmad Dahian
telah mengadakan perubahan dalam metode pengajaran dan semula pengajaran
sorogan kepada metode pengajaran yang lebih bervariasi[4]
7. Pemikiran Pendidikan
Islam Menurut Ibnu Majah
Ibnu Majah . berpendapat bahwa
manusia itu tidak sanggup sampai kepada pengetahuan dan kehidupan bahagia yang dicitacitakannya
kecuali dengan perbuatan-perbuatan yang timbul dari pemikiran yang cermat, dan
dengan mengembangkan akal dengan bebas clan segala ikatap, perbuatan bebas
menurut piihan sendiri itulah yang timbullah sesudah melalui pemikiran, dan
penyelidikan perbuatan yang membuatnya, merasakan tujuan yang ditujunya.
Majah berkata : “Segala perbuatan tertentu yang terdapat
manusia, yakni yang menjadikan ia
lain dan makhluk lain sebab sifat sifatnya yang istimewa maka itu disebut
ikhtiar”.
8. Pemikiran pendidikan
Islam menurut Thnu Rusyd
Ibnu Rusyd meletakkan dasar - dasar
ilmiah dalam pemikiran Islam dengan jalan mengembalikan segala sesuatu di alam ini
kepada sebab-seoab yang dapat diterima oleh akal dan menjauhkan tafsiran tafsiran
gaib.[5]
[1] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), hlm. 137-142.
[2] Murdi Djamal, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Depag Ri,
1984), hlm. 143.
[3] Abuddin, Nata Filsafar Pendidikan Islam I, Jakarta : Logos
Wacana Ilmu, 1997, hlm 161-178
[4] Ibid, hlm,182-200
[5] Prof, Dr, Hasan, Langgulung,
Beberapa Pemikiran tenking Pendidikar Islam, Bandwg: PT. Al Ma’ruf 1980.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !