I.
PENDAHULUAN
Nabi Muhammad
adalah suri tauladan bagi seluruh umat Islam di dunia. Beliau pertama kali
diutus Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia di bumi. Karena dengan akhlak
yang baik akan tercipta kehidupan yang baik pula. Salah satu akhlak yang baik
yaitu silaturrahmi.
Silaturrahmi
merupakan amalan yang sangat ditekankan Allah SWT. Karena dengan menjaga
silaturrami antar kerabat atau masyarakat, akan membawa banyak manfaat.
Bentuk silaturrami
sendiri, tidak hanya berarti bertamu kepada para kerabat dekat. Tetapi
silaturrahmi mempunyai arti yang sangat luas. Maka dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, bentuk-bentuk silaturrahmi, manfaat,
dan larangan ketika memutus silaturrahmi.
II. HADITS
A.
Hadits
dari Ibnu Shihab tentang menyambung tali silaturrahmi dapat menjadi sarana
kelapangan rizki dan panjangnya umur.
عَنْ ابْنِ شِهَا بٍ قَالَ أَخْبَرَنِي اَنَسُ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ
فيِ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (متفق عليه)
Dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata
bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : barang siapa ingin
dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.(H.R. Bukhari dan Muslim)[1]
B.
Hadits
dari Abi Ayyub tentang amal yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga.
عَنْ أَبِي أَيُّوْبَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ
الصَّلَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ (متفق عليه)
Dari Abu Ayyub, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah
: “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal apa yang dapat memasukkanku
kedalam surga.” Nabi SAW menjawab : “Sembahlah Allah dan jangan
mempersekutukan-Nya, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali
kekerabatan” (HR. Bukhari dan Muslim)[2]
C.
Hadits dari A’mas
tentang larangan memutus silaturrahmi
عَنْ الْأَعْمَشِ, قَالَ : كَانَ ابْنُ مَسْعُودٍ جَالِسًا بَعْدَ الصُّبْحِ فِي
حَلْقَةٍ ,فَقَالَ : "أَنْشُدُ اللهَ قَاطِعَ الرَّحِمِ إِمَّا قَامَ عَنَّا,
فَإِنَّا نُرِيْدُ أَنْ نَذْعُوَا رَبَّنَا, وَإِنَّ أَبْوَابَ السَّمَاءِ مُرَتَجَةٌ
دُونَ قَاطِعِ الرَّحِمِ" (أخرجه البيهقي)
Dari A’mas, berkata: bahwasanya Ibnu Mas’ud duduk setelah
subuh dalam sebuah lingkaran, dan dia berkata : “Allah akan mencari orang yang
memutuskan tali silaturrahmi ketika dia dibangkitkan, dia di azab. Kami ingin
berdo’a kepada Tuhan kami. Dan sesungguhnya pintu-pintu langit tertutup untuk
menghinakan orang yang memutuskan tali silaturrahmi.” (dikeluarkan oleh
Baihaqi)
III.
PEMBAHASAN
- Pengertian Silaturrahmi
Istilah
silaturrahim terdiri dari dua kata: shillah (hubungan, sambungan) dan
rahim (peranakan). Istilah ini adalah sebuah simbol dari hubungan baik penuh
kasih sayang antara sesama karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu
rahim.
Dalam bahasa
sehari-hari juga dikenal istilah silaturrahmi dengan pengertian yang lebih
luas, tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama kerabat
karib, tetapi juga mencakup masyarakat yang lebih luas. Jadi silaturrahmi adalah menghubungkan tali kasih
sayang antara sesama anggota masyarakat. Sedangkan silaturrahim adalah hubungan
kasih sayang yang terbatas pada hubungan dalam sebuah keluarga besar.[3]
- Bentuk-bentuk Silaturrahmi
Banyak sekali
kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan
silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang seperti
berikut:
1. Silaturrahim dalam Keluarga
Banyak kegiatan
yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali
silaturahim antar keluarga. Contohnya yaitu tasyakuran, haul keluarga yang
telah meninggal, tasyakuran, dll.
2. Silaturahim dalam bidang pendidikan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam dunia
pendidikan yang mencerminkan silaturahim di antaranya adalah proses
belajar-mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
3. Silaturahim dalam bidang sosial
Ruang social
kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen berdasarkan
aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, anatar individu dalam
masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan dieratkan
melalui berbagai kegiatan seperti bakti social, peringatan hari pahlawan, dll.
4.
Silaturahim
dalam bidang ekonomi
Silaturahim dalam
bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar daerah(kabupaten),
kerjasama antar propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak
sistem bisnis yang dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya yang
memungkinkan adanya ikatan silaturahim seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya.
5.
Silaturahim dalam bidang politik
Kegiatan-kegiatan
yang mencerminkan silaturahim yang dilakukan dalam dunia politik di antaranya
adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol,
kampanye parpol, dan kegiatan lainya.[4]
- Manfaat Silaturrahmi
Di samping
meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat, silaturrahmi
juga memberi manfaat lain yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Antara
lain :
1. Mendapatkan rahmat, nikmat dan ikhsan dari Allah SWT
Jika seorang mukmin
berbuat baik kepada sanak kerabatnya, meskipun mereka sendiri jahat terhadapnya
maka derajatnya akan terangkat di sisi Allah SWT karena ketegaranya menanggung
derita kejahatan dan semangatnya menyambung tali silaturrahmi sebagai
implementasi perintah Allah untuk peduli dan berempati pada sanak kerabat.[5]
2. Masuk surga dan jauh dari neraka
Telah disebutkan
oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok, silarurrahmi dapat
mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkanya dari neraka.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub
diatas.
3. Lapang rezeki dan panjang umur
Lapangkan rizki dari kutipan hadits tersebut dapat difahami
secara obyektif, karena salah satu modal untuk mendapatkan rizki adalah dengan
kita berhubungan baik dengan sesama manusia, peluang-peluang bisnis misalnya
akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat luas, bahkan jika
kita lihat pada realita sekarang kepercayaan rekanan bisnis adalah lebih
diutamakan daripada yang lainya.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umur
disini hanya sebatas dalam pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur
yang mendapat taufiq dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat
manusia sehingga namanya akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu
yang lama.[6]
- Larangan memutus silaturrahmi
Disamping mendorong
untuk melakukan sillaturrahmi, Islam juga mengingatkan secara tegas bahkan mengancam
dengan dosa yang besar orang-orang yang memutuskan silaturrahmi (qathi’ah
ar-rahim).
Dan Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya pun telah
mengutuk perbuatan dari orang-orang yang memutuskan tali silaturrahmi atau
hubungan persaudaraan, yang dimana secara tegas diperintah oleh Allah SWT untuk
senantiasa menjaganya, sebab yang demikian dapat difahami karena kecintaan
seseorang terhadap saudaranya merupakan bukti dari keimanan seseorang sehingga
ketika seseorang telah memutuskan hubungan kasih sayang terhadap sesama sebagai
bentuk persaudaraan maka dia telah kehilangan sebagian dari keimanannya, karena
keimanan yang sempurna menuntut kecintaan terhadap sesama muslim.[7]
Sedangkan ancaman bagi pemutus silaturahmi diantaranya
yaitu: Di tulikan telinganya dan di butakan matanya, Terputus dari Allah SWT,
Amalnya tidak diterima Allah, Tidak di turunkannya rahmat, Siksaan di dunia dan
di akhirat, dan Tidak masuk surga.[8]
[1] Imam Shihab
ad-Din abi al-Abbas ahmad bin Muhammad as-syafi’I al-Qisthilani, Syarah
Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, t.th), hlm. 20.
[2] Imam Abu
Zakariya, Riyadhu Asshalihin, Terj. Ahmad Sunarto, juz 1, ( Jakarta : Pustaka
Amani,1999 ), hlm 338.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,
(Jakarta: LPPI, 2007), hlm. 183
[4]
Ahmad Fauzan, Kedasyatan Silaturrahim, (Yogyakarta: Madina Press,
2010), hlm. 79-80.
[5] Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf
Islam dan Akhlak, cet. I, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 291.
[6] Yunahar Ilyas, Kuliah…, hlm.
189-190.
[8] Ahmad Fauzan, Kedasyatan…,
hlm. 74-78.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !