I.
PENDAHULUAN
Allah telah menciptakan segala sesuatu yang dikehendakinya. Di alam
raya ini misalnya, dapat dilihat betapa kemaha besaran Allah sebagai dzat yang
agung. Bagaimana langit ditinggikan(QS 88: 18), daratan dihamparkan(QS 88: 20),
makhluk hidup diciptakan (QS 16: 4, 5, 8), Allah menghidupkan (QS 22: 6), Allah
mengakhiri (QS 22: 1), dan sebagainya. Ada maksud penciptaan pasti terdapat pula
tujuan penciptaan, ada awal penciptaan – ada akhir dari penciptaan tersebut,
dan sebagainya.
Umat muslim memiliki kepercayaaan (Iman) yang termaktub di
dalam rukun Iman agama Islam, yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat,
Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab-kitab Allah,
Iman kepada Hari Akhir, dan Iman
kepada Qodlo-Qodar.
Ada dua hal pokok yang berkaitan dengan keimanan. Pertama adalah pembuktian tentang keesaan Allah. Kedua
adalah pembuktian tentang hari akhir karena
keimanan kepada Allah tidaklah sempurna
kecuali dengan keimanan kepada hari akhir.[1]
Oleh karena itu, disini penulis tertarik
untuk mengkaji ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hari akhir.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian
hari akhir?
B.
Bagaimana tafsir ayat-ayat al-Qur’an
tentang hari akhir?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian hari akhir (konteks
Islam)
Salah satu rukun Iman adalah Iman
kepada hari akhir (yaumul qiyamah), yaitu percaya akan datangnya ujung dari
kehidupan di dunia. Dalam al-qur’an hari akhir dinamakan
al-qari’ah, terdapat pada
QS. Al-Haqqah : 4 dan QS. Al-Qari’ah : 1, 2, dan 3.[2]
Firman Allah “Tahukah
kamu, apakah hari kiamat itu ?”
(QS. Al-Qari’ah : 3). Menurut
Ar-Razi, ayat tersebut mununjukan bahwa manusia tidak tahu sama sekali tentang
hari kiamat, manusia hanya memahami bahwa hal tersebut merupakan peristiwa yang
luar biasa.
Hari akhir atau kiamat (qiyamat/qiyamah) juga
dijelaskan dengan pengertian, hari kiamat adalah hari dihancurkannya secara
total kehidupan manusia di dunia dengan ditiupkannya sangkakala pertama oleh
malaikat Israfil (dalam masa tersebut tiada lagi kehidupan). Kemudian ditiupkan kembali sangkakala untuk kali
kedua yaitu untuk menghidupkan umat manusia sejak Nabi Adam as. hingga umat
terakhir, untuk menerima pengadilan Allah.[3]
Hari akhir sering pula disebut sebagai hari kiamat, yaitu hari
pembalasan yang hakiki terhadap semua makhluk hidup di dunia yang fana ini.
B.
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Hari Akhir
a.
Qs. Al-A’raf : 147
147. Dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan
mereka. mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang Telah mereka kerjakan.
1.
Tafsir
Ayat ini
menjelaskan bahwa ada siksaan atau suatu
dampak yang buruk terhadap orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah di
akhirat kelak.[4] Walaupun
dia melakukakan amal-amal baik maka sia-sialah itu jika dia tidak mempercayai adanya pertemuan dengan
Allah diakhir nanti.
Dalam ayat ini menggunakan kata (حبطت) untuk menunjuk makna
kesia-siaan, yang mana kata tersebut pada mulanya digunakan untuk menjelaskan
sesuatu yang konkret indrawi, misalnya ada
seekor binatang yang mati karena memakan suatu jenis bunga, dalam konteks ini
Nabi Saw bersabda : “sesungguhnya ada tumbuhan yang tumbuh di musim bunga
yang membunuh” (HR. Bukhari dan at-Tirmidzi).[5]
Dari penjelasan
dan hadits tersebut dapat dipahami bahwa ada sesuatu yang buruk di dalam
sesuatu yang baik. Dalam buku yang sama, M. Quraish Shiahab menjelaskan
amal-amal seorang kafir (baca : mendustakan ayat Allah) kelihatannya baik namun
amal tersebut حبطت, sehingga pada akhirnya ia akan binasa,
bagai binatang yang memakan bunga yang indah tetapi sejatinya bunga tersebut
beracun atau memiliki efek buruk. Kesia-siaan tersebut juga dapat dipahami
dalam arti karena mereka mendustakan adanya pertemuan akhirat, yaitu adanya
balasan dan ganjaran di akhiirat kelak.[6]
Pada penutup
ayat di atas, bermakna bahwa seseorang tidak diberi balasan kecuali sesuai
dengan amal mereka masing-masing, beramal baik sesuai ketentuan illahi atau
beramal sebaliknya.[7]
2.
Munasabah
Pada ayat-ayat lalu diterangkan hal-ihwal
Fir’aun dan tentaranya yang telah punah dan tenggelam ke dasar laut Qulzum
(laut merah), karena ketakaburan, keangkuhan, kezaliman, dan sikap mereka yang
mendustakan kenabian Musa beserta risalah yang dibawanya. Pada ayat ini
dijelaskan bahwa orang yang sombong dan mendustakan kekuasaan Allah dan adanya
akhirat, mereka akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya.[8]
3.
Analisis
Dari tafsir ayat tersebut diketahui bahwa
Allah Maha Kuasa. Sunatullah akan berlaku bagi siapapun yang takabur, dan
menyombongkan diri. Sifat-sifat tersebut dapat ditandai dengan tidaknya beriman
pada pertemuan Allah di hari pembalasan nanti, merendahkan martabat orang lain
serta menyombongkan diri karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Maka
sia-sia pula amal baik yang telah dikerjakan orang-orang tersebut jika tidak
mengimani ayat-ayat Allah.
b.
Qs. Al-Ahzab : 63
63. Manusia bertanya kepadamu tentang hari
berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit
itu Hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari
berbangkit itu sudah dekat waktunya.
1.
Tafsir
Ayat ini
menerangkan bahwa adanya pertanyaan tentang hari akhirat, baik dari kaum mukmin
yang bertanya serius dan kaum musyrik atau munafik yang bertanya
memperolokannya.[9]
Banyak manusia yang bertanya kepada Nabi Saw, kapan terjadinya hari kiamat,
kaum musyrik menantang supaya hari kiamat segera didatangkan (bertanya dengan
mencemooh) seraya Nabi menaggapi, sesungguhnya kiamat itu berada ditangan
Allah.[10]
Sedangkan kaum mukmin bertanya kepada Nabi Saw karena terdorong rasa ingin tahu
tentang yang gaib, yang menyangkut kenikmatan ukhrawi dan siksa-Nya.[11]
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa kapan hari tersebut akan datang dan menghampiri, tidak ada
seorang pun yang mengetahuinya bahkan Nabi. Hal tersebut menjadi rahasia Allah
dan hak prerogatif-Nya.
2.
Munasabah
Pada
ayat-ayat yang lalu, Allah mengemukakan tiga golongan yang menentang Allah,
Rasul-Nya, dan kaum mukminin, dan bahwa mereka itu dikutuk dan dikejar-kejar
untuk dibunuh di mana saja mereka dijumpai sesuai dengan perintah Allah. Pada
ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan tentang hari kiamat, keadaan mereka
kelak di akhirat, dan tingkah lakunya ketika menghadapi siksaan Allah.[12]
3.
Analisis
Pada ayat
ini dijelaskan bahwa datangnya hari kiamat itu adalah sangat dekat. Tiada yang
tahu kapan pastinya hari kiamat itu datang. Dan siapapun yang mengingkari
firman Allah ini merupakan kaum kafir yang dimana mereka akan di tempatkan di
neraka yang pedih.
c.
Ali-Imran : 25
25. Bagaimanakah nanti apabila mereka kami
kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. dan
disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang
mereka tidak dianiaya (dirugikan).
1.
Asbabun nuzul
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Abdullah bin
Umar, bahwa beberapa orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw dengan
membawa seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah berbuat zina. Lalu
Rasul berkata: “bagaimana tindakanmu terhadap orang yang berbuat zina?” mereka
menjawab: “kami lumur mereka dengan abu lalu kami pukuli”. Rasul berkata:
“tidakkah kamu temukan hukum rajam dalam taurat?” mereka menjawab: “tidak! Kami
tidak menemukan hukum itu di dalamnya”. Abdullah bin Salam berkata pada mereka:
“kamu telah berdusta, bawalah taurat. Bacalah jika kamu sekalian benar”. Lalu
salah satu dari mereka membaca taurat dengan menutup sebagian lembar dengan
telapak tangannya di atas ayat rajam. Dia membaca selain dari yang tertutup
oleh telapak tangannya. Kemudian Abdullah bin Salam mengangkat telapak tangan
orang yang menutupi ayat rajam, lalu dia berkata pada orang-orang Yahudi itu,
“ini apa?” tatkala orang Yahudi itu melihatnya, mereka berkata, “itu adalah
ayat rajam”. Maka Rasulullah memerintahkan untuk merajam mereka berdua sesuai
dengan perintah Taurat. Lalu mereka dirajam dekat kuburan di samping masjid.
Akan tetapi orang Yahudi marah terhadap hukuman ini. Maka Allah mencela mereka
dengan ayat ini.[13]
2.
Tafsir
Dalam tafsir al-misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan ayat
tersebut, kalau kehidupan di dunia ini demikian adanya masih dapat berbohong
dan mempercayai kebohongannya karena di dunia masih diberi pilihan, akan tetapi
berbeda dengan hari kiamat kelak, di sana tidak ada suatu pilihan, tidak ada
kebohongan dan tipu daya. Ketika itu segala kebohongan akan terbongkar dan
semua tipu daya akan nyata.[14]
Pada hari yang dahsyat tersebut semua orang akan melihat dengan jelas apa yang
telah dikerjakannya, baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka masing-masing,
amal baik akan dibalas dengan kebahagiaan sedangkan amal yang buruk akan
dibalas dengan kesengsaraan serta di hari itu akan terdapat keadilan yang
sempurna yaitu pengadilan Allah. Yang pertimbangan ialah keimanan seseorang dan
pengaruh iman terhadap amal perbuatan sewaktu di dunia.[15]
3.
Munasabah
Dalam ayat-ayat yang lalu telah dijelaskan kejelekan
tingkah laku orang Yahudi; yaitu mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para nabi
dan orang-orang bijak yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah
sebagai keterangan Allah bagi para rasul-Nya bahwa berpalingnya mereka dari
dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu pada ayat ini,
Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad saw tentang kejanggalan sikap orang
Yahudi dalam hidup beragama, yaitu mereka menolak untuk mengambil hukum dari
kitab suci mereka sendiri. Mereka selalu menolak ajakan untuk kembali pada
kitab suci mereka sendiri.[16]
4.
Analisis
Ayat ini menjelaskan bagaimana nanti Allah melihat
makhluk-Nya. Semua manusia sama di hadapan Allah, tidak satupun yang
diistimewakan dan tidak pula yang dikurangi pahalanya. Manusia yang beramal
baik pastinya akan mendapat ganjaran surga dan sebaliknya, manusia yang
mengingkari Allah maka nerakalah yang akan menampungnya. Semua itu adalah atas
kehendak Allah swt.
d.
Qs. Hud : 105 – 108
105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun
yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara mereka ada yang
celaka dan ada yang berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, Maka
(tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas
(dengan merintih),
107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit
dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.
1.
Asbabunuzul
Ayat 106
Diriwayatkan turunya ayat ini yang bertanya kepada Nabi
Saw “apakah tidak sewajarnya kita berpangku tangan menanti ketetapan Allah ?”
Nabi Saw menjawab, “berusahalah karena semua akan dipermudah menuju apa yang ia
tercipta untuknya.” (HR Bukhari melaui Imran ibn al-Husein dan at-Tirmidzi
melalui umar ibn al-Qatab).[17]
2.
Tafsir
Ayat 105 – 106
Pada ayat tersebut dijelaskan, hari kiamat memang belum datang,
tetapi di kala hari itu datang yakni hari datangnya Kiamat, tidak ada
satu jiwa pun, baik yang taat apalagi yang durhaka, yang boleh berbicara,
melainkan dengan izin-Nya; maka di hari antara mereka ada yang celaka dan ada
yang berbahagia; adapun orang-orang yang celaka, maka mereka di dalam
neraka. Bagi mereka di dalamnya embusan dan tarikan napas yang sangat sulit, yakni
rintihan yang terdengar sangat mengenaskan.[18]
Dalam buku yang sama juga dijelaskan oleh Thabatthaba’i, bahwa pengecualian
pada ayat tersebut bukan tertuju kepada pembicara, tetapi kepada pembicaraan.
Menurut Thabatthaba’i, pembicaraan
di hari kemudian (baca : Kiamat) bukan seperti halnya pembicaraan di dunia,
seseorang bisa mengungkapkan secara bebas dan sukarela apa yang akan
disampaikan, kebebasan itu di hari kemudian (baca : Kiamat) tidak akan ada
lagi, pada hari itu pembicaraan berpulang kepada izin dan kehendak Allah serta
mulut yang bisa kita gunakan untuk berbicara di hari Kiamat akan tidak
difungsikan Allah.[19]
Juga dijelaskan bahwa kelak di hari kemudian ada yang celaka dan
ada juga yang berbahagia. Konteks ayat ini mengajak kita kepada iman dan amal
saleh serta keniscayaan hari kemudian menunjukan bahwa celaka atau berbahagia
bukan suatu yang telah dipastikan bagi yang bersangkutan, memiliki maksud
ketika masih hidup di dunia kita diberi suatu potensi untuk dikembangkan menuju
apa yang kita pilih, baik celaka maupun berbahagia.[20]
Jadi kita yang masih diberi kesempatan (hidup di dunia), hendaknya memfungsikan
potensi tersebut dengan amal-amal yang baik karena di hari Kiamat kita tidak
diberi kesempatan oleh Allah untuk memfungsikannya. Di akhir ayat ini terdapat
kata (زفير) yang bermakna embusan pengeluaran napas
dengan mendorongnya secara keras disebabkan sesaknya dada dan sulitnya
bernapas.[21]
Dalam buku yang sama dijelaskan bahwa menarik dan menghembuskan napas secara
keras terjadi karena mernitih kesakitan atau kesedihan mendalam, yang demikian
tersebut menurut M. Quraish Shihab tepat
untuk penghuni neraka.
Ayat 107
Ayat ini menjelaskan bahwa, yang celaka akan berada dineraka, mereka
kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali apa yang dikehendaki
tuhanmu, yakni kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki, tidak ada sesuatu
apapun yang dapat menghalangi.[22]
Juga dijelaskan dalam buku tersebut, pada awal ayat terdapat kata (خا لدين) mereka kekal
dipahami dalam arti kesinambungan keadaan dan kebradaanya dengan tidak
tersentuh oleh perubahan atau kerusakan. Sebagai suatu ungkapan ia dipahami
dalam arti selamanya (kekal) yaitu penghuni neraka yang kekal selamnya, akan
tetapi juga dijelaskan bahwa mereka yang memperoleh syafaat atau yang telah
dibersihkan dosa-dosanya di neraka, mereka dianugerahi Allah ampunan sehingga
dipindah ke surga.[23]
Menurut pemahaman penulis, kekal yang dimaksud adalah tetap berada di alam
akhirat.
Ayat 108
Setelah ayat yang sebelumnya menerangkan tentang orang-orang yang
celaka yang akan menghuni neraka, kemudian di ayat yang ini diterangkanlah
tentang mereka yang berbahagia dengan Adapun orang-orang yang berbahagia ,
maka tempatnya di dalam surga; maka kekal di dalamnya selama ada langit dan
bumi, kecuali apa yang dikehendaki Tuhanmu, yaitu kecuali jika Tuhan
menghendaki yang lain; sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.[24]
M. Quraish Shihab menjelaskan yang dimaksud pengecualian pada ayat tersebut
adalah sebagai fungsi untuk menunjukan kuasa Allah Swt. yang mutlak, Allah
telah menetapkan atas diri-Nya mengekalkan surga kepada mereka yang taat,
ketetapan tersebut tidak dapat berubah, akan tetapi jika Allah berkehendak
mengubahnya, itu pun dalam wewenangnya karena tidak ada yang wajib atas Allah,
serta tidak ada yang dapat memaksa-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Dengan demikian menurut hemat penulis dapat dipahami bahwa kekekalan
yang dimaksud baik surga – neraka atau sebaliknya neraka – surga, merupakan
keputusan dan hak prerogatif Allah.
3.
Munasabah
Ayat-ayat
yang lalu menerangkan tentang pelajaran yang diambil dari kehancuran umat yang
banyak berbuat aniaya di dunia ini. Ayat-ayat berikut ini menerangkan balasan
di akhirat: bagi orang-orang yang celaka akan dimasukkan ke dalam neraka,
sedang orang-orang yang berbahagia akan bersenang-senang di dalam surga yang
penuh dengan kenikmatan.[25]
4.
Analisis
Dijelaskan
bahwa pada hari kiamat tidak ada satupun yang dapat berbicara kecuali seatas
izin Allah swt. Diantara mereka ada yang mendapatkan celaka ada pula yang
berbahagia. Itu semua semata-mata hanya karena ridha Allah, memberikan ganjaran
baik kepada orang-orang yang beramal baik dan meyakini ayat-ayat Allah, dan
akan mendapat siksa orang-orang yang mendustakan Allah.
e.
Qs. Yasiin Ayat 78-81
78. Dan ia membuat
perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur
luluh?"
79. Katakanlah:
"Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan
dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.
80. Yaitu Tuhan
yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan
(api) dari kayu itu".
81. Dan tidaklah
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa
dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
1.
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beberapa orang dari
kalangan kaum musyrik antara lain Ubay bin Khalaf dan al-‘As bin Wa’il as-Sahmi, datang pada
Rasulullah, dan mereka membawa sepotong tulang yang sudah lapuk. Lalu seorang
di antara mereka berkata kepada Rasulullah dengan sikap menantang, “hai Muhammad, apakah engkau berpendapat bahwa Allah dapat menghidupkan kembali tulang yang
telah lapuk ini?”Rasulullah menjawab “tentu, Allah akan membangkitkanmu kembali, dan akan
memasukkanmu ke neraka.”
Maka turunlah ayat yang menyebut bahwa orang musyrik yang
berkata pada Rasulullah itu telah mengemukakan sesuatu yang menurut pendapatnya
merupakan sesuatu yang tidak akan dapat dijawab oleh Rasulullah, karena
tulang-belulang yang telah lapuk itu tak mungkin lagi menjadi manusia yang
hidup dan utuh. Sebab itu ia mengemukakan pertanyaan, “siapakah yang dapat menghidupkan kembali tulang yang
sudah lapuk ini?.[26]
2.
Tafsir
Pada ayat 78 ini dijelaskan tentang keraguan kaum kafir
Mekah terhadap adanya hari kebangkitan. Mereka berpendapat demikian karena
telah melupakan asal kejadian masing-masing. Mereka diingatkan bahwa Allah
telah menciptakan mereka dari setetes mani, sehingga mereka lahir berwujud
manusia yang hidup dan utuh.[27]
(79) Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk menjawab pertanyaan
orang-orang tersebut, dengan menegaskan bahwa yang akan menghidupkan
tulang-tulang lapuk itu kembali menjadi manusia yang hidup dan utuh adalah
Allah yang dahulu telah menciptakannya pada kali pertama, dari tidak ada
menjadi ada.[28]
(80) Allah memerintahkan rasul-Nya untuk
menjelaskan kepada orang-orang musyrik tersebut yang akan menghidupkan kembali
tulang-tulang lapuk tersebut adalah Allah yang telah menciptakan untuk mereka,
api yang menyala dari kayu yang semula pohon yang basah dan hijau tetapi
kemudian kayu itu menjadi kering sehingga dapat menyalakan api.[29]
(81) Allah mengemukakan pertanyaan
kepada orang-orang yang tidak mempercayai hari kebangkitan itu bahwa jika
mereka percaya bahwa Allah kuasa menciptakan langit dan bumi ini, mengapa Allah
tidak kuasa pula menciptakan sesuatu yang serupa dengan itu. Jawabannya adalah
Allah pasti kuasa menciptakannya, karena Dia Maha Pencipta, lagi Maha
Mengetahui.[30]
3.
Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah SWT
telah menciptakan dan memberikan bermacam-macam rahmat kepada manusia, antara
lain ialah binatang ternak yang mereka jadikan milik masing-masing dan mereka
amabil manfaatnya untuk bermacam-macam keperluan hidup. Tetapi sebagian manusia
tidak mensyukuri rahmat tersebut,[31]
bahkan menyembah selain kepada Allah, yaitu berupa patung yang mereka buat
sendiri, padahal patung-patung tersebut tiada membantu sedikitpun pekerjaan
mereka. Pada ayat-ayat ini Allah mengingatkan kembali asal mula kejadian
manusia, anak cucu Adam tersebut yang sebagian dari mereka memusuhi Allah dan
rasul-Nya, dan tidak percaya tentang adanya hari kebangkitan kelak di akhirat.
4.
Analisis
Sebagai manusia yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya karena
mereka telah melupakan asal kejadian mereka. Ayat ini diturunkan untuk
menunjukkan Kuasa Allah swt, bahwa sesungguhnya Allah dapat menghidupkan dan
mematikan makhluk-Nya. Kaum Yahudi meminta Nabi Muhammad untuk Allah dapat
menghidupkan tulang belulang yang telah lapuk, dan pula menghidupkan api pada
kayu yang masih hijau dan basah. Sesungguhnya Allah jika menghendaki
menciptakan sesuatu, cukuplah dengan firman-Nya “Jadilah” maka terciptalah yang
dikehendaki-Nya. Karena Allah menguasai semua yang Ia ciptakan dan hanya
kepada-Nya semua kembali.
f.
Qs. Al-Baqarah ayat 4
4. Dan mereka yang
beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab
yang Telah diturunkan sebelummu.
1.
Tafsir
Beriman
kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu beriman kepda al-Qur’an dan kitab-kitab (wahyu) Taurat, Zabur, Injil, dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada
nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Meskipun dalam beriman kepada kitab-kitab
selain al-Qur’an bersifat ijmali (global), sedangkan beriman
kepada al-Qur’an harus secara tafsili (rinci).[32]
Beriman
kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu sifat dari orang-orang yang
bertakwa. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seorang muslim bahwa
mereka adalah umat yang satu, agama mereka adalah satu, agama islam. Sifat
tersebut pula akan menghilangkan eksklusivisme (sifat berbeda) dalam diri
seorang muslim, yaitu meliputi sifat sombong, tinggi hati, fanatik golongan,dan
sebagainya.
2.
Munasabah
Pada ayat sesudahnya adalah dijelaskan untuk beriman
kepada adanya hari akhir. Akhirat sebagai lawan dari kata dunia adalah tempat
manusia berada setelah dunia ini lenyap. Sebagai muslim yang bertakwa yaitu
beriman pada kitab Allah maka juga beriman pada adanya hari akhir. Mereka
inilah orang-orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah swt.
3.
Analisis
Kita ketahui bahwa orang-orang yang bertaqwa adalah
orang-orang yang mengimani dan tidak mengingkari ayat-ayat al-Qur’an. Pada
surah al-Baqarah pun disebutkan tentang keimanan kepada kitab-kitab Allah dan
iman kepada hari akhir. Jika kita mengimani firman Allah tersebut, maka kita
mempercayai datangnya hari akhir yang ditunjukkan ataupun diterangkan pada
kitab suci Allah swt. Dengan mengamalkan ayat-ayat Allah tersebut maka kita
akan mendapatkan akhir yang baik, tentu atas kehendak Allah.
[8] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi
yang disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jilid III, hlm. 479.
[10] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), (Jakarta: Lentera
Abadi, 2010), Jilid VIII, hlm. 44.
[13] Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi
yang disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jilid I, hlm. 478.
[17] M . Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah,
(Jakarta : Lentera Hati, 2009), vol. 5, hlm. 748, cet. 1.
[25] Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),
Jilid IV, hlm. 474.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !