I.
PENDAHULUAN
Semakin baik
pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi
secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Secara factual pendidikan
menggambarkan aktivitas sekelompok orang seperti guru dan tenaga pendidikan
lainnya melaksanakan pendidikan untuk orang-orang muda bekerja sama dengan
orang-orang yang berkepentingan. Kemudian secara preskriptif yaitu memberi
petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arah, pilihan yang ditetapkan sebagai
wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan
control manusia sebagai pendidik.[1]
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar
dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan
dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh
warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah,
saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat
berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus
ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari.
Melihat begitu
pentingnya hal itu, penulis akan membahas tentang administrasi budaya
lingkungan sekolah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Konsep Dasar dan Pengertian Budaya Sekolah ?
B.
Bagaimana Karakteristik Budaya Sekolah ?
C.
Apa Unsur-unsur Budaya Sekolah ?
D.
Bagaimana Peran Budaya Sekolah ?
E.
Hasil Penelitian di SMP Hasanuddin 06 Tugurejo
Semarang?
III.
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar
dan Pengertian Budaya Sekolah
1)
Konsep Dasar
Budaya Sekolah
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki
budaya sekolah (school culture) yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah sekolah
harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan
menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian
visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan
intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi
teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab
tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan
dalam perkembangan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school
culture) merupakan kata kunci (key word) yang perlu mendapat
perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan. Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya
lokal masyarakat tempat sekolah itu berada. Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus
dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas sekolah
yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur sekolah ) sangat
mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya
sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat
tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada.
Dalam mengembangkan budaya baru sekolah perlu diperhatikan dua
level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan level organisasi atau level
sekolah. Level individu, merupakan perilaku siswa selaku individu yang tidak
lepas dari budaya sekolah yang ada. Perubahan budaya sekolah memerlukan
perubahan perilaku individu. Perilaku individu siswa sangat terkait dengan
prilaku pemimpin sekolah.
2)
Pengertian
Budaya Sekolah
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari
kata culture. Marvin Harris (1987) mendefinisikan culture atau budaya sebagai
serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga menjadi milik bersama,
dapat diterima oleh masyarakat, dan bertingkah laku sesuai dengan aturan.
Budaya diartikan sebagai
sikap mental dan kebiasaan lama yang sudah melekat dalam setiap langkah
kegiatan dan hasil kerja. Budaya merupakan produk lembaga yang berakar dari
sikap mental, komitmen, dedikasi, dan loyalitas setiap personil lembaga. Dalam
MBS dituntut adanya perubahan budaya organisasi yang diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan, karena
aspek budaya memiliki peran yang cukup penting dalam mencapai mutu
berkelanjutan.[2]
Secara implisit, budaya sekolah dapat diartikan sebagai
kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang telah diterapkan di suatu sekolah
merupakan budaya sekolah. Secara eksplisit, Deal dan Peterson (1999)
mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala
sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
masyarakat luas.[3]
Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat
kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika definisi
ini diterapkan di di sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur
dengan satu kultur dominan dan kultur lain sebagai subordinasi.( Kennedy, 1991
)
Pendapat lain tentang budaya sekolah juga dikemukakan oleh Schein,
bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan
atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi
masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya
diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang,
memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut. ( Schein , 2010 )
Pandangan lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni bahwa budaya
sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh
warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk
menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan
melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat
diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang
tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak
menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada .[4]
B.
Karakteristik
Budaya Sekolah
Sekolah memegang peranan
penting dan strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak
untuk hidup di masyarakat sesuai dengan tuntutan zamannya.
Studi terhadap
sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa
mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti yang diungkapkan oleh Steven
dan Keyle (1985) sebagai berikut :
1.
Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif
2.
Adanya harapan antara para guru bahwa semua
siswa dapat sukses
3.
Menekankan pengajaran pada penguasaan
ketrampilan
4.
Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi
pelaksanaan monitoring dan penilaian keberhasilan kelas
5.
Prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga
dapat memelihara kedisiplinan siswa.
Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
a)
Pemahaman tentang budaya sekolah
b)
Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
c)
Reward and punishment
Menurut Robbins (1994)
karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut: (1) inisiatif
individual, (2) toleransi terhadap tindakan beresiko, (3) arah, (4) integrasi,
(5) dukungan dari manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) sistem imbalan,
(9) toleransi terhadap konflik dan (10) pola-pola komunikasi.
Dalam lingkup tatanan dan
pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi
yang dapat diukur yang menjadi ciri budaya sekolah seperti:
1.
Tingkat
tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite
sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
2.
Sejauh mana
para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif dan berani
mengambil resiko.
3.
Sejauh mana
sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya
mewujudkannya.
4.
Sejauh mana
unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5.
Tingkat sejauh
mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan
terhadap personil sekolah.
6.
Jumlah
pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan
perilaku personil sekolah.
7.
Sejauh mana
para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah
ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional.
8.
Sejauh mana
alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
9.
Sejauh mana
personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
10.
Sejauh mana
komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi
dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).[5]
Dari sekian karakteristik
yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi dari sikap
para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang
ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.
C.
Unsur-unsur
Budaya Sekolah
Bentuk budaya sekolah
secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik, karena
pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya
mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga
sekolah.[6]
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri khas sebagai suatu sub-culture.
Sekolah menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan
karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan
tetapi, disekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Timbulnya
subculture sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari waktu
murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi yang serupa seperti
ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari
pakaian, bahasa, kebiasaan-kebiasaan serta upacara-upacara. Sebab lain
timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekoalh yang khas yakni mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai
dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di
sekolah itu.[7]
Kebudayaan sekolah memiliki
beberapa unsur penting, yaitu:
1)
Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (
gedung sekolah dan perlengkapan lainnya).
2)
Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan
maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3)
Pribadi-pribadi yang merupakan warga
sekolah yang terdiri atas siswa, guru, tenaga administrasi dan sebagainya.
4)
Nilai-nilai normal, sistem peraturan, dan
iklim kehidupan sekolah.[8]
Djemari Mardapi (2003)
membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan
kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah
kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas
pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap
prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah
kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten
terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus
pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah,
seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
D.
Peran Budaya
Sekolah
Dalam terminologi
kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau instansi sekolah
dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung interaksi
antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau
keyakinan,dan juga norma maupun kebiasaan yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Masalah yang terjadi saat ini
adalah nilai-nilai yang mana yang seharusnya dikembangkan atau
dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan demikian
sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak
hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai
kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan
sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
1.
Bernilai
Strategis
Budaya yang dapat
berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada
warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah
merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat
dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya
gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru
dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan di dorong, dengan
dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah
dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang
cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan
meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai,
pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
3.
Berpeluang
Sukses
Budaya yang berpeluang
sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang
tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa
mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar
membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk
banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di
lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan
yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung
jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan
keberhasilan seseorang.
E.
Hasil Penelitian Di
SMP Hasanuddin 06 Tugu Semarang
Budaya sekolah dalam bentuk kegiatan yang telah diciptakan dan
tetap eksis di SMP Hasanuddin 06 Tugu Semarang adalah :
1.
Budaya salam, dimana setiap kali bertemu
(guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam.
2.
Membaca Asmaul Husna sebelum pembelajaran
dimulai.
3.
Upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap
dua minggu sekali.
4.
Seragam sekolah yang berbeda setiap hari Rabu
dan Jum’at,
5.
Sholat dhuha berjamaah di masjid dekat sekolah
pada saat jam istirahat,
6.
Enam hari belajar (Senin-Sabtu) dari pukul
07.00 s.d. 13.00
7.
Pesantren kilat mendidik siswa dalam kegiatan
ramadhan,
8.
Pelepasan siswa yaitu melepas siswa kelas IX
yang telah lulus dari sekolah,
9.
Budaya bersih adalah kegiatan kebersihan
sekolah dan kebersihan diri sendiri,
10. Kegiatan
praktek ibadah adalah kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama
masing-masing,
11. PHBI dan
Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional,
12. Melakukan Doa
sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh oleh guru,
13. Budaya
disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
14. Budaya kerja
keras, cerdas dan ikhlas adalah siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah,
15. Budaya Kreatif
yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya, Mandiri
& bertanggung jawab yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan
orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru,
16. Pentas Seni
(Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik kesenian
tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ‘ngetren’ saat perpisahan
kelas IX
17. Ekstrakurikuler
adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing
IV.
KESIMPULAN
Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh
warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan
untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada
pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang
mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar
dan belajar bersama.Akan tumbuh suatu iklim bahwa belajar adalah menyenangkan
dan merupakan kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan.Belajar yang muncul dari
dorongn diri sendiri, intrinsic motivation, bukan karena tekanan dari
luar dalam segala bentuknya.Akan tumbuh suatu semangat di kalangan warga
sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki nilai-nilai
kebaikan.
Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan kinerja yang
terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah sebagai satu
institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut. Budaya sekolah
diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu kehidupan yang
diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif, positif dan profesional. Budaya sekolah
sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah berfungsi secara optimal,
bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan
akan mampu terus berkembang. Oleh karena itu, budaya sekolah ini perlu
dikembangkan.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !