I.
PENDAHULUAN
Islam
adalah agama yang realistis tidak tenggelam dalam dunia khayal dan lamunan
saja. Tetapi Islam berjalan bersama manusia dalam dunia kenyataan dan realitas.
Islam tidak memperlakukan manusia seperti malaikat yang mempunyai sayap
dua,tiga, atau empat. Akan tetapi Islam memperlakukan mereka sebagai manusia
yang butuh makan, minum, dan beraktifitas di pasar-pasar.
Oleh
karena itu Islam tidak mewajibkan mereka agar seluruh percakapannya berupa
dzikir, diamnya berarti berpikir, seluruh pendengarannya hanya kepada Al-
qur’an, dan seluruh waktu senggangnya ada di masjid. Tetapi Islam mengakui
fitrah dan naluri yang diciptakan Allah pada diri mereka, yaitu Allah
menciptakan mereka sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang,
tertawa-tawa, dan bermain-main, sebagai mana Dia menciptakan mereka suka makan
dan minum.[1]
Dengan
naluri tersebut manusia dapat menghibur dirinya dengan berbagai kegiatan salah
satunya adalah dengan mengikuti perlombaan. Tapi tetap menyesuaikan dengan syari’at Islam, dan tidak
menyalahi apa yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Banyak
hal yang dapat dikaji mengenai materi perlombaan, tetapi dalam makalah ini akan
lebih lanjut membahas bagaimana hukum dari perlombaan dengan pemungutan uang dan
perlombaan hewan.
II.
PEMBAHASAN
A.
Lomba dengan
Pemungutan Uang
1.
Landasan Hukum
a.
Al- Qur’an
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْل
“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat” (QS. al- Anfal: 60).
“Mereka
berkata, ‘Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba”. (QS. Yusuf:
17)
b.
al- Hadits
Rasulullah
bersabda,
قال
رسول الله عليه وسلم :الا ان القوة الرمى(رواه مسلم)
Rasulullah SAW
bersabda“ Ingatlah, sesungguhnya kekuatan
adalah melempar (anak panah atau tombak)”(HR.Muslim).[2]
Diriwayatkan dari
Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda,
عن
ابي هريرة رضي الله تعلى ان رسول الله عليه وسلم قال: لآ سبق الافي نصل او خف او
حا فر(رواه احمد و ابو داود والترمذي و النسائ و ابن ماجه)
Dari Abi
Hurairah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:“Tidak ada perlombaan kecuali
dengan unta, ujung panah, atau kuda”. ( HR. Ahmad,
Abu Dawud, Tirmidzi, nasa’i, dan Ibnu Majah)[3]
عن ابن عمر قال: سابق النبى صلى الله عليه و سلم بالخيل التى قد ضمرت
من الحيفاء و كان امدها ثنية الوداع وسابق بين الخيل التى لم تضمر من الثنية الى
مسجد بنى زريق وكان ابن عمر فمن سابق (متفق عليه,زاد البخارى ) قال سفيان: من
الحيفاء الي ثنية الوداع خمسة اميال او ستة, و من الثنية الي مسجد بني زريق ميل.
“Dari Ibnu Umar, dia berkata: “Nabi SAW. memperlombakan kuda
yang dikuruskan dari Haifa dan kesudahan (finish)-nya adalah Tsaniyatulwada’.
Dan beliau perlombakan kuda-kuda yang tidak dikuruskan dari Tsaniyah hingga
Masjid Bani Zuraiq. Dan Ibnu Umar adalah termasuk orang yang ikut berlomba.’
Mutafaq ‘alaih. Al-Bukhari menambahkan: Berkata Sufyan: dari Haifa hingga
Tsaniyatulwada’ itu ada lima mil atau enam; dan dari Tsaniyah hingga Masjid
Bani Zuraiq itu satu mil.”[4]
.
عن
عائسة رضي الله عنها قالت:سابقت النبي صلى الله عليه و سلم فسبقته فلما حملته اللحم
سابقته فسبقني. قلت : هذه بتلك(رواه البخار)
Dari Aisyah ra.Dia berkata:“Aku berlomba dengan Rasulullah SAW. dan aku dapat mengejarnya.
Pada saat aku mulai gemuk, aku pun berlomba lari dengan beliau, tetapi beliau
dapat mengejarku. Aku berkata, ‘kemenangan ini sebagai imbangan bagi kekalahan
sebelumnya.’ ” (HR.Al- Bukhari)[5]
c.
Pandangan
Ulama’
Ibnu
‘Abidin –salah seorang ulama Hanafiyah- berkata,
وَأَمَّا
السِّبَاقُ بِلَا جُعْلٍ فَيَجُوزُ فِي كُلِّ شَيْءٍ
“Adapun
perlombaan tanpa taruhan, itu boleh dalam berbagai macam bentuknya.” (Roddul Muhtar, 27: 20, Asy Syamilah)
Ibnu Qudamah
–ulama Hambali- berkata,
وَالْمُسَابَقَةُ
عَلَى ضَرْبَيْنِ ؛ مُسَابَقَةٌ بِغَيْرِ عِوَضٍ ، وَمُسَابَقَةٌ بِعِوَض.
فَأَمَّا الْمُسَابَقَةُ بِغَيْرِ عِوَضٍ ،
فَتَجُوزُ مُطْلَقًا مِنْ غَيْرِ تَقْيِيدٍ بِشَيْءٍ مُعَيَّنٍ
“Perlombaan
itu ada dua macam: perlombaan tanpa taruhan dan dengan taruhan. Adapun
perlombaan tanpa taruhan, itu boleh secara mutlak tanpa ada pengkhususan ada
yang terlarang.” (Al Mughni, 11: 29)
Dalam Al
Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (15: 79) disebutkan,
فإن كانت المسابقة بغير جعل فتجوز من غير تقييد بشيء
معيّن
“Jika musabaqoh (perlombaan)
dilakukan tanpa adanya taruhan, itu boleh pada setiap bola tanpa pengkhususan.”
2. Analisis
Perlombaan dalam bahasa arab disebut dengan Musabaqah.
Perlombaan disyari’atkan karena termasuk olahraga yang terpuji. Hukumnya
berubah-ubah, bisa sunnat, mubah, bisa pula haram, bergantung pada niatnya.
Perlombaan biasanya (di masa Rasulullah) menggunakan anak panah, senjata, kuda,
keledai.[6]
Rasulullah adalah merupakan tauladan yang baik bagi
manusia. Dalam kehidupannya sehari-hari, beliau sering bergurau, bercanda
bergembira, disamping beliau beribadah kepada Allah.[7] Jadi
manusia bisa menghibur diri dengan salah satunya mengikuti perlombaan tanpa
harus melalikan ibadah kepada Allah.
Ada beberapa macam
permainan atau perlombaan yang disyari’atkan Rasulullah SAW. untuk kaum
muslimin, guna memberikan kegembiraan. Dimana hiburan itu sendiri dapat
mempersiapakan diri untuk menghadapi ibadah dan melaksanakan kewajiban dan
lebih banyak mendatangkan ketangkasan dan keinginan.
Hiburan-hiburan tersebut kebanyakannya bentuk suatau
latihan yang dapat mendidik mereka kepada manusia berjiwa kuat, dan
mempersiapkan mereka untuk maju ke medan jihad fi sabilillah.
Diantara hiburan-hiburan itu ialah sebagai berikut:
1.
Perlombaan
lari cepat
Para sahabat dulu biasa mengadakan perlombaan lari
cepat, sedang Nabi sendiri mengiyakannya. Ali adalah salah seorang yang paling
cepat.
Rasulullah sendiri mengadakan pertandingan dengan
isterinya guna memberikan pendidikan kesederhanaan dan kesegaran serta
mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya.
Aisyah mengatakan:
قالت عائشة: سابقني رسول الله صلى الله عليه وسلم فسبقته
فلبثت حتى اذا ارهقني اللحم (اى سمنت) سابقني فسابقني فقال: هذه بتلك. (احمد و ابو
داود)
Aisyah berkata: “ Rasulullah bertanding dengan saya
dan saya menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi
gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia
bersabda: Kemenangan ini untuk kemenangan itu.”(HR. Ahmad dan Abu Daud).
2.
Gulat
Rasulullah SAW. pernah gulat dengan seorang laki-laki
yang terkenal kuatnya, Rukanah namanya. Permainan ini dilakukan beberapa
kali.
أن النبي صلى الله عليه وسلم صارعه وكان شديدا،فقال:شاة بشاة فصرعه النبى صلى
الله عليه وسلم،فقال:عاودني في أخرى فصرعه النبي،فقال:عاودني،فصرعه النبي
الثالثة،فقال الرجل:ماذا أقول لأهلي؟شاة أكلها الذىٔب،وشاة نشزت فما أقول في
الثالثة؟فقال النبي صلى الله عليه وسلم:ماكنا لنجمع عليك أن نصرعك ونغرمك،خذ غنمك!(رواه
ابو داود)
“Sesungguhnya
Rasulullah SAW. gulat dengan Rukanah yang terkenal kuatnya itu, kemudian ia
berkata: domba lawan domba. Kemudian Nabi bergulat, dan ia berkata: berjanjilah
dengan saya untuk lain kali lagi, lantas Nabi bergulat, dan ia berkata:
berjanjilah dengan saya, lantas Nabi bergulat untuk ketiga kalinya. Lantas
seorang laki-laki itu bertanya: apa yang harus saya katakan kepada keluargaku?
Nabi menjawab: katakanlah ”domba telah dimakan oleh serigala, dan lari lah
domba.” Kemudian apa pula yang aku katakan untuk yang ketiga? Nabi menjawab:
kami tidak dapat mengalahkan kamu untuk bergulat dengan kamu dan untuk
mengalahkan kamu, karena itu ambillah hadiahmu.”(HR. Abu Daud)
3.
Memanah
Diantara hiburan yang dibenarkan oleh syara’ ialah
bermain dan perang-perangan. Sebab di satu saat Nabi pernah berjalan-jalan
menjumpai sekelompok sahabat-nya yang sedang mengadakan pertandingan memanah,
maka waktu itu Rasulullah SAW. memberikan dorongan kepada mereka untuk
melakukannya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الا إن القوة الرمي، ألا إن القوة
الرمي(رواه مسلم)
Rasulullah SAW. bersabda: “Ketahuilah bahwa yang dimaksud ‘kekuatan’ itu
ialah memanah-beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali.” (HR.Muslim).
4.
Main
anggar
Dalam hal
ini Rasulullah SAW telah memberi perkenan kepada orang-orang Habasyah
(Ethiopia) bermain anggar di dalam masjid Nabawi, dan ia pun memberi perkenan
kepada Aisyah untuk menyaksikan permainan itu.
عن ابي هريرة قال:بينما الجبشة يلعبون عند النبي صلى الله عليه و سلم بحرابهم
دخل عمر فأهوى إلى الحصباء فحصبهم بها،فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: دعهم
يا عمر (رواه البخارى و مسلم)
Abu Hurairah berkata: “ Ketika orang0orang Habasyah
sedang bermain anggar di hadapan Nabi, tiba-tiba Umar masuk, kemudian mengambil
kerikil dan melemparkannya kepada mereka. Kemudia rasulullah SAW. berkata
kepada Umar: biarkanlah mereka itu, hai Umar”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5.
Menunggang
kuda (berpacu kuda)
قال ابن عمر
أن النبي صلى الله عليه وسلم سبق الخيل وأعطى السابق (رواه احمد)
Ibnu Umar
berkata:”Sesungguhnya Rasulullah SAW. pernah mengadakan pacuan kuda dan memberi
hadiah kepada pemenangnya.”(HR.Ahmad)
6.
Berburu
Berburu itu sendiri pada hakikatnya adalah
bersenang-senang, olahraga, dan bekerja, baik dengan menggunakan alat seperti
tombak dan pana, atau dengan melepaskan binatang berburu seperti anjing dan
burung.[8]
Diadakannya perlombaan bertujuan untuk dapat menjadi
suatu hiburan yang disarankan oleh Rasulullah, tetapi tidak semua perlombaan
dibolehkan. Apabila dengan diadakannya perlombaan akan menjadikan salah seorang
peserta menjadi rugi maka perlombaan itu tidak diperbolehkan karena menyalahi
tujuan awal.
Adapun kesepakatan ulama’ bahwa perlombaan yang
dibolehkan adalah yang tanpa adanya pertaruhan. Maka dibolehkan dalam
bentuk-bentuk berikut.
a. Dibolehkan mengambil harta dalam perlombaan, apabila
harta itu dari penguasa atau orang lain;seperti apabila penguasa itu mengatakan
kepada mereka yang berlomba, “Barang siapa diantara kalian menang dalam
perlombaan antara kalian, maka akan mendapatkan sjumlah harta ini.”
b. Apabila seorang diatara dua orang yang belomba itu
mengeluarkan harta dan mengatakan kepada temannya, “Apabila engkau menang, maka
engkau tidak mendapatkan sesuatu dariku dan aku tidak mendapatkan sesuatu
darimu.”
c. Apabila harta tersebut dari dua orang yang ikut
perlombaan ataupun dari sekumpulan peserta, sedangkan diantara mereka terdapat
seorang yangberhak mengambil harta ini apabila dia menang, dan tidak berutang
bila kalah.
Dan perlombaan yang diharamkan adalah ada unsur
pertaruhan, apabila seorang diantara yang bertaruh menang lalu
dia mendapatkan taruhan itu, sedangkan yang kalah ia berutang kepada temannya.[9]
Berlomba merebut hadiah- atau yang dimaksud disini- ialah
suatu upah (hadiah) yang dikumpulkan
bukan dari orang-orang yang berpacu saja atau salah satunya, melainkan juga
dari orang-orang lainnya. Adapun hadiah yang dikumpulkan dari masing-masing orang
yang berpacu, kemudian siapa yang unggul itulah yang mengambilnya, maka perebutan
itu merupkan judi yang dilarang.[10]
Perlombaan selain yang disebutkan di atas seperti
pertaruhan bola, balapan motor, perlombaan
catur yang menggunakan taruhan dengan dipungut dari iuran peserta, ini
jelas terlarang karena bukan bertujuan untuk menegakkan agama Allah atau jalan
melatih untuk berjihad. Bahkan perlombaan semacam itu termasuk dalam bentuk
perjudian yang jelas haramnya. Jelaslah bagaimana bentuk perjudian saat ini
yang dikemas dengan berbagai trik. Seperti lomba voli yang diikuti peserta
dengan syarat setiap peserta membayar uang pendaftaran Rp.100.000 lalu
hadiahnya dipungut dari uang pendaftaran tersebut, ini jelas masuk dalam judi.
[1] Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram,
(Jakarta:Robbani Press,2000), hlm. 333.
[2] Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari,
(Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 489.
[3] Saleh Al-Fauzan, Fiqh sehari... hlm.
491.
[4] Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, (Bandung:
PT. Al- Ma’arif, 1993), hlm. 142-143
[5] Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 4, (Jakarta:
Pena Pundi Aksara,2006) hlm. 415.
[6] Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada,2008), hlm. 257.
[7] Imam Al- Ghazali,Benang Tipis antara Halal
dan Haram, (Surabaya: Putra Pelajar, 2002) hlm. 264.
[9] Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 4,... hlm.
417.
[10] Yusuf Qardhawi,Halal dan, ... hlm.
342.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !