PENDAHULUAN
Dalam
pembelajaran PAUD , seorang pendidik dituntut untuk dapat menguasai ,
pengembangkan serta menerapkan beberapa metode pembelajaran yang efektif dan
efisien didalam kelas, dengan tujuan agar anak/peserta didik dapat menyerap dan
menerima materi yang disampaikan dengan cepat dan baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Fungsi
dan tujuan dari penerapan metode dalam pembelajaran yaitu antara lain membantu
pengembangan intelektual peserta didik , yang didalamnya terkandung cara-cara
bagaimana mendorong kemampuan daya pikir dan daya cipta anak serta mampu
membuat kegiatan-kegiatan sederhana dengan maksud untuk meningkatkan daya piker
dan daya cipta anak
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana cara-cara mendorong kemampuan
daya pikir dan daya cipta anak?
2. Bagaimana membuat kegiatan-kegiatan
sederhana untuk meningkatkan daya cipta dan daya pikir anak?
3. Apa saja telaah bahan-bahan pengembangan
daya pikir anak , pengembangan metodologi, dan lembar kerja anak serta proses
belajar mengajar bidang pengembangan intelektual
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN MENTAL- INTELEKTUAL
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dilihat berdasarkan aspek
fisiknya saja, melainkan juga dilihat dalam aspek kemampuan mental intelektualnya.
Yaitu dengan semakin bertumbuhnya kemampuan anak secara fisik , anak juga akan
mengeksplorasi lingkungan dan menyerap informasi-informasi disekitarnya yang
akan membantu perkembangan mental intelektualnya
Anak-anak pada usia dini perlu mendapatkan perhatian serius dari semua
pihak. Anak pada usia dini dimsksudkan sebagai usia dimana anak belum memasuki
suatu lembaga pendidikan formal seperti SD. Biasanya mereka tetap tinggal
dirumah atau mengikuti kegiatan dalam berbagai bentuk semisal lembaga
pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak. Ciri-ciri
anak usia dini, mengacu pada teori Piaget, dapat dikatakan sebagai usia yang
belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis (tahap pra operasional) yang
ditandai dengan pemikiran seperti berikut:
1.
Berpikir
secara konkrit, dimana kemampuan representasi simbolik yang memungkinkan
seseorang untuk memikirkan hal abstrak (seperti cinta atau keadilan) belum
dapat dipahaminya.
2.
Realisme,
yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang
riil atau nyata.
3.
Egosentris,
yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak
mudah menerima penjelasan dari sisi lain.
4.
Kecenderungan
untuk berpikir secara sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk.
5.
Animisme,
yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek di lingkungannya memiliki
kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak.
6.
Sentrasi,
yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri pada hanya satu aspek dari
suatu situasi.
7.
Anak
usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini
sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreatifitas pada mereka.
Pada usia dini, anak masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan
dalam segala segi, termasuk otaknya. Otak merupakan pusat dari intelegansi pada
anak. Koestler telah mengemukakan suatu teori tentang istilah belahan otak kiri
dan kanan yang tugas dan fungsi, serta ciri dan responnya berbeda terhadap
pengalaman belajar meskipun tidak dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak
ini tidak sama dan menuntut pada pengalaman belajarnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
intelektual diantaranya:
1)
Faktor
bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi
nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara 2 anak kembar,
korelasi nilai tes IQ-nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah
pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah
dan ibu yang sebenarnya,dan hanya 0,10 - 0,20
dengan ayah ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang
dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun
mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2)
Faktor
lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada
dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari
otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain
gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting.
B. Berpikir simbolik
Perkembangan mental intelektual anak
pada masa ini ditandai oleh kemampuannya menggunakan simbol-simbol, untuk
mempresentasikan benda-benda yang diketahui atau kejadian yang dialaminya. Cara
berpikir seperti ini merupakan aktifitas mental-intelektual yang paling dominan
terjadi pada anak umur 1-4 tahun, simbol-simbol yang ditampilkan oleh anak
dapat berua symbol verbal, seperti kata-kata atau memberikan nama kepada boneka
dan dapat berupa simbol yang tampil secara fisik, seperti kayu sebagai
pedang-pedangan atau kotak televisi sebagai mobil-mobilan.
Kemampuan untuk berpikir secara simbolik
ini membuka peluang bagi anak untuk menyerap kata-kata baru yang akan
memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Ketika anak menggunakan simbol, ia akan
memberikan nama dan menggunakan kata-kata yang memilki arti. Berpikir simbolik
dapat dilihat dari tiga kegiatan anak yang umumnya dilakukan oleh anak,yaitu
bermain fantasi, menggambar, dan berbahasa (Fridman dan Clark, 1987)
a)
Bermain
fantasi
Jika
kita mengamati anak yang sedang bermain, sering terlihat anak yang berpura-pura
jadi burung, menjadi ibu dengan menyusui boneka yang dianggap anaknya. Bermain
dengan cara berpura-pura sebagai sesuatu yang bekan dirinya merupakan bukti
dari cara berpikir simbolik pada diri anak.
Bermain fantasi merupakan hal yang serius bagi anak-anak. Pada masa ini
anak-anak menganggap permainan fantasi merupakan hal yang nyata karena mereka
belum mampu membedakan dunia khayal dengan realitas yang sebenarnya.
Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa anak akan memetik banyak
manfaat dari permainan fantasinya. Melalui permainan fantasi anak akan
mengalami hal-hal berikut,
→
Belajar memahami perasaan orang lain
Dengan memainkan peran sebagai oramg
lain, ia akan memiliki kesempatan untuk memahami apa yang dirasakan oleh tokoh
yang dimainkannya. Jika menghadapi kejadian yang membuat tokoh tersebut sedih,
ia akan belajar untuk mengetahui bagaimana rasa sedih tersebut. Begitu juga
perasaan-perasaan lainnya seperti marah, gembira, dan benci.
→
Belajar kata-kata baru
Melalui permainan fantasi anak akan
mencari tahu nama untuk simbol-simbol yang digunakannya. Ini akan membuat anak
mempelajari kata-kata baru. Anak juga mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh
tokoh yang diperankannya.
→
Belajar mengkomunikasikan pikirannya
Dengan bermain fantasi, anak akan
menampilkan fantasi menjadi tingkah laku yang dapat dipahami oleh orang lain
sehingga anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang ada dalam
dirinya.
→
Belajar membedakan antara realitas dan khayalan
Melalui permainan fantasi anak akan
mengetahui bahwa yang ia perankan bukanlah dieinya, tetapi hanya khayalan.
b) Menggambar
Salah
satu kegiatan yang disenangi oleh anak adalah menggambar. Anak senang
mencoret-coret karena tertarik dengan warna-warna yang muncul dari kegiatannya
menggunakan alat tulis. Rasa senang anak dalam mencoret membuat ia
mengekspresikan rasa sukanya dalam setiap keskpatan dimana pun ia dapat
melakukannya, baik dikertas, dinding, baju, maupun badannya sendiri.
Coretan-coretan
yang dilakukan oleh anak merupakan refleksi dari cara berpikir simboliknya.
Perkembangan kemampuan anak dalam menggambar sesuai dengan kemampuannya dalam
memahami benda dan kematangan senso-motoriknya. Pada awalnya, gambar yang
dibuat oleh anak pada tahap perkembangan masih berupa coretan-coretan benang
kusut. Walaupun tidak terbentuk, anak akan memberikan arti pada
coretan-coretannya seperti ‘’ ini gambar
ibu dan ayah’’ atau ‘’ini gambar
kakak lagi main bola’’
Karena
keterbatasannya dalam kemampuan menggambar, anak akan memberikan arti
berbeda-beda untuk bentuk yang sama. Bulatan bisa berarti gambar orang atau
gambar pesawat dan garis lurus bisa berarti kereta atau pensil.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti, tahapan menggambar anak dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu :
(1) Garis-garis tak berbentuk, dilakukan
oleh anak usia 1,5 tahun – kurang dari 3 tahun.
(2) Mampu menggambar dengan hasil berupa
bentuk-bentuk tertentu walaupun belum sempurna dilakukan oleh anak usia 3-4
tahun.
(3)
Mulai
bisa menggambar secara realistis. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh anak
usia diatas 5 tahun.
Tahapan ketiga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tersebut tinggal. Orang dewasa
yang mengajarkan cara menggambar realistis akan membentuk pola pada anak.
Biasanya, di negara kita anak diinstruksikan untuk menggambar pemandangan yang
berarti harus ada gunung, sawah, dan jalan ditengahnya.
Menggambar
memiliki arti penting bagi anak. Melalui gambar, anak memiliki kesempatan untuk
menuangkan ide-idenya serta mempelajari konsep-konsep mengenai bentuk dan
warna. Lebih penting lagi, ia memiliki kesempatan melatih koordinasi antara
pengindraan dan gerak fisik, terutama mata dan lengan.
c)
Bahasa atau
kata-kata
Bahasa merupakan
ciri paling menonjol dari cara berpikir simbolik. Bahasa adalah penggunaan
kata-kata untuk menyatakan benda-benda atau tindakan. Kemampuan anak dalam
penggunaan bahasa merupakan indikasi dari kemampuan anak untuk mengolah informasi
yang diterima oleh dirinya.
Pada anak-anak,
fungsi bahasa masih
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !