Headlines News :
Home » » MAKALAH METODOLOGI PENGEMBANGAN INTELEKTUAL

MAKALAH METODOLOGI PENGEMBANGAN INTELEKTUAL

Written By Figur Pasha on Thursday, December 20, 2012 | 9:52 PM

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran PAUD , seorang pendidik dituntut untuk dapat menguasai , pengembangkan serta menerapkan beberapa metode pembelajaran yang efektif dan efisien didalam kelas, dengan tujuan agar anak/peserta didik dapat menyerap dan menerima materi yang disampaikan dengan cepat dan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran
Fungsi dan tujuan dari penerapan metode dalam pembelajaran yaitu antara lain membantu pengembangan intelektual peserta didik , yang didalamnya terkandung cara-cara bagaimana mendorong kemampuan daya pikir dan daya cipta anak serta mampu membuat kegiatan-kegiatan sederhana dengan maksud untuk meningkatkan daya piker dan daya cipta anak
RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana cara-cara mendorong kemampuan daya pikir dan daya cipta anak?
2.      Bagaimana membuat kegiatan-kegiatan sederhana untuk meningkatkan daya cipta dan daya pikir anak?
3.      Apa saja telaah bahan-bahan pengembangan daya pikir anak , pengembangan metodologi, dan lembar kerja anak serta proses belajar mengajar bidang pengembangan intelektual
PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN MENTAL- INTELEKTUAL
      Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dilihat berdasarkan aspek fisiknya saja, melainkan juga dilihat  dalam aspek kemampuan mental intelektualnya. Yaitu dengan semakin bertumbuhnya kemampuan anak secara fisik , anak juga akan mengeksplorasi lingkungan dan menyerap informasi-informasi disekitarnya yang akan membantu perkembangan mental intelektualnya
     Anak-anak pada usia dini perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Anak pada usia dini dimsksudkan sebagai usia dimana anak belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal seperti SD. Biasanya mereka tetap tinggal dirumah atau mengikuti kegiatan dalam berbagai bentuk semisal lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak. Ciri-ciri anak usia dini, mengacu pada teori Piaget, dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis (tahap pra operasional) yang ditandai dengan pemikiran seperti berikut:
1.      Berpikir secara konkrit, dimana kemampuan representasi simbolik yang memungkinkan seseorang untuk memikirkan hal abstrak (seperti cinta atau keadilan) belum dapat dipahaminya.
2.      Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata.
3.      Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain.
4.      Kecenderungan untuk berpikir secara sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk.
5.      Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek di lingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak.
6.      Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri pada hanya satu aspek dari suatu situasi.
7.      Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreatifitas pada mereka.
  Pada usia dini, anak masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan dalam segala segi, termasuk otaknya. Otak merupakan pusat dari intelegansi pada anak. Koestler telah mengemukakan suatu teori tentang istilah belahan otak kiri dan kanan yang tugas dan fungsi, serta ciri dan responnya berbeda terhadap pengalaman belajar meskipun tidak dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak ini tidak sama dan menuntut pada pengalaman belajarnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual diantaranya:
1)      Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQ-nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya,dan hanya 0,10 - 0,20  dengan ayah ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2)      Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.      
B.     Berpikir simbolik
Perkembangan mental intelektual anak pada masa ini ditandai oleh kemampuannya menggunakan simbol-simbol, untuk mempresentasikan benda-benda yang diketahui atau kejadian yang dialaminya. Cara berpikir seperti ini merupakan aktifitas mental-intelektual yang paling dominan terjadi pada anak umur 1-4 tahun, simbol-simbol yang ditampilkan oleh anak dapat berua symbol verbal, seperti kata-kata atau memberikan nama kepada boneka dan dapat berupa simbol yang tampil secara fisik, seperti kayu sebagai pedang-pedangan atau kotak televisi sebagai mobil-mobilan.
Kemampuan untuk berpikir secara simbolik ini membuka peluang bagi anak untuk menyerap kata-kata baru yang akan memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Ketika anak menggunakan simbol, ia akan memberikan nama dan menggunakan kata-kata yang memilki arti. Berpikir simbolik dapat dilihat dari tiga kegiatan anak yang umumnya dilakukan oleh anak,yaitu bermain fantasi, menggambar, dan berbahasa (Fridman dan Clark, 1987)
a)      Bermain fantasi
  Jika kita mengamati anak yang sedang bermain, sering terlihat anak yang berpura-pura jadi burung, menjadi ibu dengan menyusui boneka yang dianggap anaknya. Bermain dengan cara berpura-pura sebagai sesuatu yang bekan dirinya merupakan bukti dari cara berpikir simbolik pada diri anak.
  Bermain fantasi merupakan hal yang serius bagi anak-anak. Pada masa ini anak-anak menganggap permainan fantasi merupakan hal yang nyata karena mereka belum mampu membedakan dunia khayal dengan realitas yang sebenarnya.
  Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa anak akan memetik banyak manfaat dari permainan fantasinya. Melalui permainan fantasi anak akan mengalami hal-hal berikut,
Belajar memahami perasaan orang lain
Dengan memainkan peran sebagai oramg lain, ia akan memiliki kesempatan untuk memahami apa yang dirasakan oleh tokoh yang dimainkannya. Jika menghadapi kejadian yang membuat tokoh tersebut sedih, ia akan belajar untuk mengetahui bagaimana rasa sedih tersebut. Begitu juga perasaan-perasaan lainnya seperti marah, gembira, dan benci.
Belajar kata-kata baru
Melalui permainan fantasi anak akan mencari tahu nama untuk simbol-simbol yang digunakannya. Ini akan membuat anak mempelajari kata-kata baru. Anak juga mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh tokoh yang diperankannya.
Belajar mengkomunikasikan pikirannya
Dengan bermain fantasi, anak akan menampilkan fantasi menjadi tingkah laku yang dapat dipahami oleh orang lain sehingga anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang ada dalam dirinya.
Belajar membedakan antara realitas dan khayalan
Melalui permainan fantasi anak akan mengetahui bahwa yang ia perankan bukanlah dieinya, tetapi hanya khayalan.
b)      Menggambar
Salah satu kegiatan yang disenangi oleh anak adalah menggambar. Anak senang mencoret-coret karena tertarik dengan warna-warna yang muncul dari kegiatannya menggunakan alat tulis. Rasa senang anak dalam mencoret membuat ia mengekspresikan rasa sukanya dalam setiap keskpatan dimana pun ia dapat melakukannya, baik dikertas, dinding, baju, maupun badannya sendiri.
Coretan-coretan yang dilakukan oleh anak merupakan refleksi dari cara berpikir simboliknya. Perkembangan kemampuan anak dalam menggambar sesuai dengan kemampuannya dalam memahami benda dan kematangan senso-motoriknya. Pada awalnya, gambar yang dibuat oleh anak pada tahap perkembangan masih berupa coretan-coretan benang kusut. Walaupun tidak terbentuk, anak akan memberikan arti pada coretan-coretannya seperti ‘’ ini gambar ibu dan ayah’’ atau ‘’ini gambar kakak lagi main bola’’
Karena keterbatasannya dalam kemampuan menggambar, anak akan memberikan arti berbeda-beda untuk bentuk yang sama. Bulatan bisa berarti gambar orang atau gambar pesawat dan garis lurus bisa berarti kereta atau pensil.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti, tahapan menggambar anak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
(1)   Garis-garis tak berbentuk, dilakukan oleh anak usia 1,5 tahun – kurang dari 3 tahun.
(2)   Mampu menggambar dengan hasil berupa bentuk-bentuk tertentu walaupun belum sempurna dilakukan oleh anak usia 3-4 tahun.
(3)   Mulai bisa menggambar secara realistis. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh anak usia diatas 5 tahun.
Tahapan ketiga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tersebut tinggal. Orang dewasa yang mengajarkan cara menggambar realistis akan membentuk pola pada anak. Biasanya, di negara kita anak diinstruksikan untuk menggambar pemandangan yang berarti harus ada gunung, sawah, dan jalan ditengahnya.
Menggambar memiliki arti penting bagi anak. Melalui gambar, anak memiliki kesempatan untuk menuangkan ide-idenya serta mempelajari konsep-konsep mengenai bentuk dan warna. Lebih penting lagi, ia memiliki kesempatan melatih koordinasi antara pengindraan dan gerak fisik, terutama mata dan lengan.
c)       Bahasa atau kata-kata
Bahasa merupakan ciri paling menonjol dari cara berpikir simbolik. Bahasa adalah penggunaan kata-kata untuk menyatakan benda-benda atau tindakan. Kemampuan anak dalam penggunaan bahasa merupakan indikasi dari kemampuan anak untuk mengolah informasi yang diterima oleh dirinya.
Pada anak-anak, fungsi bahasa  masih
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Random Post

 
Support : SMP N 1 Pecangaan | SMA N 1 Pecangaan | Universitas Islam Negeri Walisongo
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. Islamic Centre - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template