Pages

Tuesday, June 4, 2013

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ASTRONOMI DALAM ISLAM

   
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit,seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.

     Astronomi adalah sebagai salah satu ilmu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.[1]

     Dewasa ini astronomi berkembang menjadi cabang sains yang bukan hanya mengkaji posisi dan pergerakan benda-benda langit, tetapi juga fisis dan evolusinya. Perkembangannya demikian pesat yang menimbulkan lahirnya cabang-cabang baru, misalnya astrofisika (menitikberatkan pada segi struktur dan komposisi fisis, bukan lagi posisi dan pergerakan benda langit), kosmogoni (menitikberatkan pada asal-usul dan evolusi tata surya), kosmologi (menitikberatkan pada asal-usul dan evolusi alam semesta), dan yang baru adalah bioastronomi (menitik beratkan kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi). Teori-teorinya senantiasa diperbarui bila ada bukti-bukti lain yang menyempurnakan atau menggugurkan teori semula. Melalui astronomi, manusia mencoba mendeskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati dan diukur, yang bisa benar bisa pula salah.[2]

      Dalam astronomi Islam, ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill membagi sejarah astronomi islam dalam empat priode. Periode pertama (700-825), masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India, dan Sasanid. Periode kedua(825-1025), masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolemaeus. Periode ketiga (1025-1450), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat ( 1450-1900), masa stagnasi, hanya sedikit konstribusi yang dihasilkan.[3]

Adapun tokoh- tokoh astronomi dalam Islam antara lain:

·  Muhammad bin al-Khawarizmi (830) memperkenalkan konsep astronomi India dan ptolemaeus ke dalam ilmu pengetahuan Islam

·   As-Sufi (903-986) berkonstribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi Matahari,bulan, planet serta pergerakan matahari.

·   Ali bin Ridwan (988-1061) mengamati SN 1006, supernova(bintang meledak) yang terekam sejarah

·  Ja’far bin Muhammad  Abu Ma’shar al-Bakhri (787-886) mengembangkan model planet yang ditafsirkan sebagai model heliosentris.

·  Al-Battani (853-929) menentukan perkiran awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet tertentu, serta mengembangkan metode untuk menghitung gerak dan orbit planet yang dijadikan rujukan astronomi barat

·Abu Rayhan al-Biruni (973-1050) menemukan galaksi bima sakti sebagai koleksi bintang samar yang sangat banyak.[4]

       Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat-ayat yang menyinggung tentang alam semesta beserta unsur-unsur yang terkandung di langit dan bumi, termasuk penghuninya dan fenomena yang  terjadidi dalam lebih dari seribu ayat. Tujuan ayat-ayat Alqur’an yang bersinggungan dengan masalah alam dan alam semesta ini tidak bertujuan untuk memberikan data ilmiah. Allah SWT menginginkan agar proses pencarian/ penyerapan ilmu pengetahuan dilakukan dengan mekanisme pengamatan, penyimpulan (dedukatif), dan eksperimen dalam jangka panjang akibat keterbtasan kemampuan indra manusia dan karakter ilmu yang bersifat komulatif. Meskipun demikia, ayat-ayat AlQur’an dipastikan mengandung sejumlah hakikat dan fakta ilmiah yang tidak terbantahkan tentang alam semesta ini karena ia merupakanwahyu dari Sang Khalik,Allah SWT yang merupakan status kebenaran yang absolut.[5] Diantara ayat-ayat tentang astronomi ialah :

1.          QS.Yasin (36:40)
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
2.          QS. Fatir (35:13)
  Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
3.          QS. Ali Imron  (3:190)
 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran bagi orang-orang yang berakal.
4.          QS. Al-Waqi’ah (56:75-76)
  Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui.

5.          QS. Al-Hijr (15:16)
 Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan dan menjadikannya terasa indah bagi orang-orang yang memandang (nya).

6.          QS. Fussilat (41: 11-12)
  Kemudian dia menuju ke langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan patuh".  Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.  Kemudian langit yang dekat (dengan bumi) kami hiasi dengan bintang-bintang yang dan (kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

7.          QS. Al-Anbiya’ (21:32)
Dan kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,namun mereka tetap berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) itu(matahari,bulan,angin, awan dan lain-lain).[6]
                          
[1]http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi#Penggunaan_istilah_.22astronomi.22_dan_.22astrofisika.22 (16 Maret 2013, 21.15 WIB)

[2] http://www.scribd.com/doc/51632340/hubungan-antara-astronomi-astrologi-dan-ilmu-falak

[3]Rohmat Haryadi,Ensiklopedia Astronomi jilid 1 :sejarah Astronomi, Jakarta:Erlangga,2008,hlm 19

[4] Rohmat Haryadi,Ensiklopedia Astronomi jilid 1 :sejarah Astronomi, hlm 20

[5] Ahsin Sakho Muhammad,Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalm Al-Qur’an dan Sunnah, Jakarta: PT Kharisma Ilmu,2009, hlm 31

[6] AL-‘ALIM AL-QUR’AN DAN TERJEMAHNYA Edisi Ilmu Pengetahuan, Bandung :PT Pustaka Mizan,2009

1 comment:

  1. Blogs, in particular, have given rise to an era of citizen journalism We Don't Have Time allowing ordinary people to report on events and issues that matter to them.

    ReplyDelete