BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah
Perkembangan
adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat
atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh/kompleks)
yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam
beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip
keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan individu yang semakin maju sekarang ini,
dipengaruhi banyak faktor . misalnya saja dipengaruhi faktor alamiah, kultural
dan konvergensi. Dengan adanya faktor-faktor itu akan mempengaruhi dari
psikologi perkembangan individu itu sendiri nantinya, sehingga menimbulkan
banyak teori yang mengkaji perkembangan tersebut.
2. Rumusan
Masalah
-
Apakah
pengertian perkembangan individu ?
-
Apakah
pengertian orientasi perkembangan individu ?
-
Apakah
pengertian teori perkembangan individu ?
3. Tujuan
-
Mengetahui apa
yang dimaksud dengan perkembangan individu.
-
Mengetahui pengertian
orientasi perkembangan individu.
-
Mengetahui apa
teori perkembangan individu.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Perkembangan
Individu
Perkembangan merupakan suatu
perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Perkembangan tidak
ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional.
Dari uraian ini perkembangan
dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi.
Perubahan
sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil
yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena
perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah
semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.
2. Orientasi
Dalam Teori Perkembangan
2.1 Teori yang berorientasi Biologis
Teori
ini menitik beratkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi factor keturunan
dan konstitusi yang dibawa sejak
lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung
spontan saja melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi
yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype).
Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, missal
pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan. Dalam
hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget (1971)
disebut sebagai kelanjutan ganesa-embryo.
Pengaruh
lingkungan, yang menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat
apa yang terwujud yang dimiliki organisme dalam priode tertentu (fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang
identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda,
mengalami proses perkembangan yang beda pula.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada waktu yang sangat awal.
2.2. Teori yang berorientasi pada Lingkungan
Dalam
kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar dan teori
sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama
karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar social. Hal ini
juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu memperolehnya tingkah laku kebudayaan
sendiri yang banyak di tulis oleh antropologi budaya, seperti Benedict (1934),Kardiner
(1945) mead (a.l.1953).
Teori-teori
belajar mempunyai sifat yang berlainan (knoers,1973). Persamaan yang ada di
antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar
sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang yang bersifat relatif
tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh pertumbuhan.
Disposisi disini di artikan sebagai potensi untuk bertingkah laku, untuk
bersikap.
Teori ini beranggapan bahwa sesudah
tahun pertama, potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung
daripada perubahan spontan pada struktur dari organism, melainkan tergantung
daripada perubahan spontan pada struktur dari organism, melainkan tergantung
pada apa yang kitapelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi bila anak
hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola
tingkah laku yang khas lingkungannya tadi.
Telah
banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan
disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan (overmann, 1971). Para
ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan besar ada semacam watak (rolff,
1970). Watak social ini menurut fromm (1941) adalah inti struktur watak yang
dimiliki oleh semua anggota satu budaya atau sub-budaya tertentu. Watak social
berlainan dengan watak individual yang menunjuk pada perbedaan yang ada
diantara orang-orang dari suatu budaya yang sama. Berbagai teori lingkungan ini
kurang memperhatikan akan pengaruh pembawaan yang ada relatif kaut dalam
perkembangan seseorang.
2.3. Teori yang berorientasi pada Psikodinamika
2.3. Teori yang berorientasi pada Psikodinamika
Teori
ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya
pengaruh lingkungan,termasuk lingkungan primer,terhadap perkembangan.Teori
psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental
dalam kepribadian dan perkembangan seseorang.Menurut teori ini ,maka komponen
yang besifat sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang,sebagai
penentu dinamikanya.
Menurut
Sigmund Freud,seorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis,yaitu
libido dan nafsu mati.Kekuatan atau energy ini “menguasai” semua orang atau
semua benda yang berarti bagi anak,melalui proses yang disebut
kathexis.Kathexis berarti konsentrasi energy psikis terhadap suatu objek atau
suatu ide yang spesifik atau terhadap suatu person yang spesifik.
Menurut
Freud (Alwisol, 2005:17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).Freud
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek,
fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
Implikasi Teori Perkembangan
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1)Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3)Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4)Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5)Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
1)Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3)Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4)Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5)Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada biologi
1)Guru
memberi peluang atau kesempatan kepada para siswanya untuk mengetahui atau
mengasah bakat yang ada di dalam dirinya.
2)Guru
memberikan arahan tentang bakat setiap anak dan apa yang bisa dilakukan dengan
bakat yang dimiliki.
3)Guru
tidak boleh menganggap semua siswa itu sama karena setiap siswa memiliki
sesuatu yang unik dan berbeda dari yang lain.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada lingkungan
1)Sebaiknya
pembelajaran itu tidak harus di dalam kelas bisa juga dilakukan di luar kelas.
2)Guru
mengajarkan akan pentingnya lingkungan sekitar.
3)Guru memberikan
pelajaran akan pengaruh lingkungan terhadap setiap orang.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada psikodinamika:
1) Guru harus menyadari kalau setiap
siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran.
2) Guru mengajarkan kepada siswa dalam
mengenal kepribadian mereka sehingga dapat membantu mereka nantinya.
3) Guru menjelaskan kepada siswa akan
perkembangan yang sedang mereka alami.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada ilmu kerokhanian
1)Guru sebagai tempat curhat siswa,disini siswa diberi kesempatan untuk meluangkan semua hal yang sedang dia alami kepada guru dan guru pun harus siap dijadikan sebagi tempat curhat.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada ilmu kerokhanian
1)Guru sebagai tempat curhat siswa,disini siswa diberi kesempatan untuk meluangkan semua hal yang sedang dia alami kepada guru dan guru pun harus siap dijadikan sebagi tempat curhat.
2)Guru
memberikan arahan kepada siswa untuk saling peduli kepada sesama.
3)Guru memberikan dorongan-dorongan rokhani kepada siswanya.
3)Guru memberikan dorongan-dorongan rokhani kepada siswanya.
Implikasi teori perkembangan yang berorientasi pada interaksionisme
1)Diadakan diskusi di dalam kelas agar terjalin suatu interaksi antar siswa dan guru.
2)Membagi beberapa kelompok di dalam kelas.
3)Guru
memberikan tugas kelompok.
4)Guru
mengajak siswa untuk lebih mengenal masyarakat sekitar.
3. Pendekatan Teori Perkembangan
Individu
a. Teori Kognitif
Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (1896 – 1980) adalah
psikolog perkembangan dari Swiis. Piaget mengajarkan bahwa perkembangan
kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta
adaptasi pada lingkungan.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun
proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya
pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.
Piaget
menguraikan empat tahap perkembangan kognisi, yaitu:
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Usia
|
Tahap
|
Perilaku
|
Lahir -18 bln
|
Sensorimotor
|
|
18 bln – 6 thn
|
Praoperasional
|
|
6 thn – 12 thn
|
Operasional Konkret
|
|
12 thn atau lebih
|
Operasional formal
|
|
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap
sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga
usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan
mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar)
melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Tahap
praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata
lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme
adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu
bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif
adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui
jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu
tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
Tahap
operasional konkrit (concrete operational stage), yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada
tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif
sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau
konkrit.
Tahap
operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga
15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini,
individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai
pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan
orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai
mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum
terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu
diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya
bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan
utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri
perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan
mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga
umur bukanlah patokan utama.
b.
Teori
afektif
Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis
dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Erikson mengemukakan
teori perkembangan afektif yang terdiri atas 8 tahap :Rata Penuh
1. Trust Vs Mistrust /
Kepercayaan dasar
Bayi yang kebutuhanya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera
terhapus, slalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baknya, diajak main dan bicara,
akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di
sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadkan tempat ia
menggantungkan nasibnya. Jika pemeliharaan bayi itu tidak sebagaimana mestinya
maka sebaliknya akan timbul rasa penolakan dan ketidakpercayaan pada orang
sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat perkembangan
selanjutnya.
2. Autonomy Vs Shame and
Doubt/ Otonomi
Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental
anak. Pada tahap ini bukan hanya berrjalan, tetapi juga memanjat, menarik dan
mendorong, memegang dan melepaskan dan lain-lainya. Anak sangat bangga dengan
kemampuanya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya
menyadari bahwa anak butuh melakukan sendiri hal-hal yang sesuai dengan
kemampuanya menurut langkah dan waktunya sendiri.
Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar den
selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakan
sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada nak itu rasa malu-malu dan
ragu-ragu. Orang tua yang terlau melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan
anaknya, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan pada anak
itu. Jika anak anak meninggalkan fase ini, ia akan mengalami kesulitan untuk
memperoleh autonomy pada masa remaja dan masa dewasanya.
3. Initiatives Vs Guilt /
Inisiatif
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. Inisiatif anak
akan lebih terdorong dan terpuruk bila orang tua memberi respon yang baik
terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris
sendiri dan bukan hanya bereaksi atau meniru anak-anak lain. Dimensi sosial
pada tahap ini mempunya dua ujung yaitu initive dan guilt.
4. Industry Vs Inferiority /
Produktivitas
Anak mulai berpikir deduktif, belajar dan bermain menurut peraturan yang
ada. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda
yang praktis, dan mengerjakanya samapai selesai sehingga menghasilkan sesuatu.
Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja
melainkan mencakup lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan yang penting
dalam perekembangan inividu. Pengalaman-pengalamn sekolah mempengaruhi industry
dan inferiority ank.
5. Identity Vs Role Confusion
/ Identitas
Pada fase ini anak menuju kematang fisik dan mental. Anak mempunyai
perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat
perubahan-perubahan tubuhnya. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang
lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulai
mengerti tentang keluarga ideal, agama dan masyarakat. Pada masa ini remaja
harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang
dirinya misal sebagai anak, pelajar, anggota osis dan sebaginya menjadi satu
kesatuan sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi
masa datang.
6. Intimacy Vs Isolation /
Keakraban
Yang dimaksud intimacy oleh Erikson selain hubungan suami istri adalah
juga kemampuan untuk berbagai rasa dan perhatian pada orang lain. Jika intimacy
tidak terdapat diantara sesama teman atau suami istri,menurut Erikson, akan
terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain
untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.
7. Generavity Vs Self
Absorption / Generasi Berikut
Generavity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar
keluarganya sendiri, memikirkan genrasi yang akan datang serta hakikat
masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup. Orang yang tidak berhasil
mencapai generavity bearti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanya
memutuskan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadi.
8. Integrity Vs Despair /
Integritas
Pada fase ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati
kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan
dengan-cucu-cucu. Integrity timbul dari kemapuan individu untuk melihat kembali
kehidupan yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikanya adalah despair,
yaitu keadaan dimana individu yang melihat kembali dan meninjau kembali
kehidupanya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah.
c. Teori behavior
Teori
pembelajaran behaviorisme yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui
perkaiatan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan
perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori behaviorisme dibedakan
antara teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operan. Teori pelaziman
klasik dipelopori oleh Ivan Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu:
1.
Excitation (pergetaran) yaitu suatu
rangsangan tak terazim atau alami dapat membangkitkanreaksi sel-sel tertentu,
sehingga dapat menghasilkan tindak balas.
2.
Irradiaton (penularan) yaitu terjadi
reaksi dari sel-sel lain yang berbeda di sekitar kawasann sl-sel yang bekenan
debgan rangasangan tak terlazim.
3.
Stimulus generalization
(generalisasi rangsangan) yaitu keadaan dimana individu memberika tindak balas
yang sama terhadap ranggsangan tertentuu yang memiliki kesamaan walaupun tidak
serupa.
4.
Extintion (penghapuan) yaitu suatu
tidak balas akan hilang secarra perlahan-lahan apabila makin berkurangnya
keterkaitann dengan rangsangan tak terlazim.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu
Ada
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang individu. Dari
faktor-faktor ini muncullah teori-teori perkembangan yang dikemukakan oleh
ahli-ahli perkembangan antara lain sebagai berikut:
1 Teori
Nativisme
Schopenhaur berpendapat
bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu
faktor-faktor keturunan atau bawaan dari seorang individu. Dari teori ini akan
terkesan bahwa seakan-akan individu telah ditentukan sebelumnya, tergantung
pada sifat-sifat bawaan dan tidak dapat dirubah. Individu yang terlahir dari
orang tua yang baik akan menjadi baik, dan sebaliknya. Dari kalangan pendidikan
menjadi pesimis dengan pandangan nativisme ini karena berarti usaha pendidikan
tidak berguna dalam membantu perkembangan individu. Dan beberapa ahli
perkembangan tidak dapat menerima teori nativisme ini.
2 Teori
Empiris
Teori ini
dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu dari
lingkungannya. Dalam teori empiris ini, saat individu lahir digambarkan sebagai
sehelai kertas putihbersih, dan individu akan berkembang sesuai dengan apa yang
akan tertulis di kertas putih bersih itu. Pandangan empiris ini membuat
optimisme dari kalangan pendidikan, karena berarti hasil pendidikan yang akan
menentukan perkembangan individu. Teori empiris ini nampak berlawanan dengan
teori nativisme, sehigga muncul teori konvergensi yang merupakan gabungan dari
kedua teori tersebut.
3 Teori
Konvergensi
William
Stern menggabungkan teori nativisme dengan empiris menjadi teori konvergensi.
William Stern telah melakukan penelitian terhadap beberapa bayi kembar, yang
dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda yang dimulai dari sejak
kelahiran mereka. Dan ternyata bayi-bayi kembar tersebut mengalami perbedaan
perkembanngan. William Stern menyimpulkan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh faktor-faktor bawaan (endogen) dan faktor-faktor lingkungan
(eksogen).
Faktor
bawaan (endogen) dan lingkungan (eksogen) saling berhubungan dalam perkembangan
individu. Bakat individu yang merupakan salah satu faktor bawaan akan menjadi
aktual atau berkembang membutuhkan kesempatan untuk dapat mengkatualisasi bakat
tersebut. Untuk itu diperlukan lingkungan yang baek dan mendukung perkembangan
atau aktualisasi bakat individu, misalnya pendidikan yang mendukung
perkembangan bakat individu. Sebenarnya pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan adalah tidak terlalu memaksa, tetapi tetap memiliki pengaruh yang
besar terhadap perkembangan individu, tergantung pula pada keputusan individu
bersikap menerima, menolak atau netral terhadap kesempatan-kesempatan itu.
Dengan demikian proses perkembangan individu merupakan suatu interaksi antar
faktor bawaan, lingkungan dan penetuan diri individu itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Soeparwoto,
2006. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES
jadibrilian.blogspot.com/2011/11/teori-teori-perkembangan.html
rihendrawati.blogspot.com/.../hakekat-perkembangan-individu.html
file:///G:/PsikoPer/Teori-Teori%20Perkembangan.htm
No comments:
Post a Comment