I. PENDAHULUAN
Batu yang berserakan, gumpalan bukit-bukit kecil yang berjejeran, melukiskan berbagai macam bentuk peninggalan Romawi kuno yang hingga saat ini masih di pelihara, bahkan dijadikan sebagai tempat rekreasi utama bagi para pendatang.
Perjalanan sejarah terus mengajak manusia untuk selalu aktif mencari data kebenaran dari setiap kejadian, kali ini penulis berusaha menuangkan data sejarah Libya secara gamblang, walaupun masih terdapat kekurangan yang lazim dilengkapi. Data ini nantinya akan mengungkap sekelumit kejadian yang telah dan sedang berlangsung di Libya, serta memberikan gambaran kepada para pembaca akan keadaan nyata kehidupan rakyat Libya.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Letak Geografis Libya?
B. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Libya?
C. Bagaimana Kondisi Sosial-Politik Libya?
III. PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Libya
Ketika merujuk pada peta dunia maka akan didapati Negara Libya terletak di kawasan utara benua Afrika , berbatasan dengan laut tengah, Mesir di sebelah timur, Sudan di tenggara, chad dan Niger di selatan, serta al jazair da Tunisia disebelah barat.
Libya ber-ibu kotakan Tripoli, yang terdiri dari beberapa pusat kota, yaitu Tripolitania, Fezzah, dan Curenaica. Libya juga akrab di panggil dengan sebutan Negeri hijau, yang memang Negeri ini di kelilingi oleh gurun tandus, dan padang pasir. Namun di samping semua itu ternyata tumbuhan hijau pun bersemi di kawasan ini, sehingga dari sinilah penamaan Negeri Hijau itu muncul, apalagi di kala musim semi tiba, tumbuhan rumput yang berlambai-lambai dengan kesegaran hijaunya.
Nama “Libya” berasal dari bahasa mesir “Lebu” sebutan bagi orang-orang barbar yang tinggal disebelah barat sungai Nil, yang kemudian diadopsi oleh bahasa yunani sebagai ” Libya”. Pada zaman yunani kuno istilah ini memiliki arti yang lebih luas, mencakup seluruh Afrika utara di sebelah barat Mesir, dan kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika. Menurut fakta sejarah sebelum menjadi Negara independen, Libya merupakan salah satu wilayah kekuasaan khalifah islamiah sejak invansi dakwah Islam ke kawasan utara Afrika yang kemudian dikenal dengan Arab Barat. Kondisi ini berlangsung sampai masa pemerintahan turki utsmani berkuasa ( abad 16-20 M ).
Secara gamblang penduduk yang bermukim di Libya terdiri dari tiga etnis, pertama: etnis asli barbar ( keturunan kaum tawariq) atau bangsa arab yang datang sejak abad ke-7 M, kedua: etnis Turki dan Albania yang datang pada masa kekuasaan Turki utsmani, dan ketiga: etnis Italy yang datang sejak masa penjajahan Italia atas Libya tepatnya pada tahun 1911 M.[1]
Menurut bukti-bukti arkeologi, di wilayah Libya sekitar 8 milenium SM telah berkembang kebudayaan Neolitikum di kawasan pantai. Masyarakat Libya kuno sudah mulai mengembangkan pertanian. Sedangkan di wilayah selatan yang terdiri atas hamparan padang pasir, masyarakat Libya kuno memiliki mata pencaharian sebagai pemburu.
Pada Kekuasaan Romawi, penduduk Libya dikisahkan hidup dalam kemakmuran. Bangunan Leptis Magna nan megah yang terletak 120 km dari Tripoli menjadi saksi kekuasaan Romawi di Libya. Sisa-sisa peninggalan Romawi itu menunjukkan adanya kehidupan metropolis yang sangat maju di permulaan abad masehi.
Gedung teater, pasar, istana raja, kolam pemandian, dan lapangan olah raga yang begitu megah menjadi saksi kehidupan masyarakat kota bangsa Romawi di daratan Libya. Seiring berkuasanya Romawi, pada awal abad ke-2 M agama Kristen mulai menyebar di wilayah Libya.[2]
Pada tahun 1986 diperkirakan penduduk Libya berjumlah 3.654.000. warganya 98% adalah Muslim, di antara mereka terdapat sekitar 40.000 penganut sekte khawarij- ibadiyah. Mayoritas kalangan SUNNI penganut madzhab maliki. 1/3 dari warganya menjadi anggota tarekat sanusiyah ( di luar Libya, Pengikut tarekat ini sekarang juga terdapat di sudan).[3]
B. Masuknya Islam di Libya
Libya memasuki babak baru ketika ajaran Islam memasuki negeri Sahara itu pada 642 M. Di bawah komando Jenderal Muslim, Amar bin Ash, pasukan tentara Islam yang saat itu berada di era kepemimpinan Umar bin Khat tab berhasil menguasai Libya kawasan Cyrenaica dan membangun markas pertahanan di Barce.
Mulai abad ke-8 M, wilayah Libya, Tripolitania, dan Cyrenaica berada dalam kekuasaan Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Berkuasanya Islam di wilayah Libya menjadi berkah bagi penduduknya. Dinasti Umayyah mampu menyatukan kehidupan politik dan agama di bawah payung kekhilafahan. Pemerintahan dijalankan dengan syariah (hukum Islam)berdasarkan Alquran dan Hadis.
Kehidupan masyarakat Libya begitu makmur dan tenteram di bawah kekuasaan kekhilafahan Islam. Sektor pertanian di kawasan pesisir dan perkotaan berkembang pesat. Orang-orang kota merasa nyaman dan aman karena mendapat jaminan untuk berniaga dan berbisnis. Penduduk non-Muslim mendapatkan jaminan hak atas lahan yang mereka kuasai. Di Cyrenaica, para pemimpin gereja menyambut datangnya Islam, karena telah membebaskan mereka dari penindasan Bizantium.
Ekspansi yang dilakukan peradaban Islam malah membawa kedamaian dan kemakmuran bagi wilayah yang ditaklukkan tentara Islam. Perlahan namun pasti, jumlah pemeluk Islam mulai berkembang di Libya. Apalagi, tentara Muslim yang datang ke wilayah itu melakukan asimilasi dengan penduduk asli, seperti melakukan pernikahan dengan wanita di wilayah Libya. Suku Barbar yang nomaden pun berbondong-bondong memeluk agama Islam. Setelah ke kuasaan Dinasti Umayyah berakhir, wilayah Libya berada dalam naungan Kekhilafahan Abbasiyah.[4]
Pada abad ke 12 M, Libya menjadi bagian dari pemerintahan Al- Muwahidin. Kemudian diperintah oleh pemerintahan hafsiyah sekitar tahun 1207 M dan terus berlanjut hingga dikuasai oleh spanyol pada tahun 1530 M. lalu, diserahkan kepada pasukan berkuda malta samppai kemudian dibebaskan dan dikuasai oleh orang-orang usmaniyah pada tahun 1554-1911 M.
Pada tahun 1911 M Libya jatuh dalam penjajahan Italia. Perjuangan rakyat Libya terus berlanjut menghadapi penjajahan italia dibawah kepemimpinan pemimpin nasionalis dan pahlawan-pahlawan yang dikenang oleh sejarah, seperti syekh Muhammad asy syarif as-sanusi, panglima Ramadhan dan pahlawan Sayid Umar Muhtar ( 1858-1931 M ).
Penjajahan italia terus berlangsung hinga meraka hancur dalam perang dunia II. Negeri ini kemudian berada dalam pengawasan PBB. Pada tahun 1951 M, kerajaan Libya mengumumkan kemerdekaan dan kekuasaannya dipegang oleh raja idris as sanusi I. kekuasaan kerajaan ini tunduk pada kekuasaan inggris dan Amerika. Inilah yang menyebabkan meletusnya revolusi pembebasan sejak bulan September 1969 M.
Revolusi ini diorganisir oleh perwira-perwira pembebasan yang dipimpin oleh colonel Muammah Khadafi. Mereka menghapuskan system kerajaan dan mengumumkan berdirinya Republik Libya dengan pimpinan Muamar Khadafi.
Pada tahun 1992 M PBB memberikan sanksi yang berat kepada Libya ( penerbangan dan ekonomi ). Hal ini karena penolakannya untuk menyerahkan 2 orang warganya yang di tuduh oleh inggris dan amerika menjadi pelaku peledakan pesawat penumpang amerika.
Pada tahun 1999 M sanksi yang memberatkan ini dicabut ( setelah 7 tahun diberlakukan ), setelah Libya menyerahkan 2 orang tertuduh ke mahkamah skotlandia yang netral. Keberhasilan ini berkat perantara arab Saudi/ Afrika selatan dalam menyelesaikan permasalahan ini. Libya kembali diterima oleh masyarakat dunia setelah pengisolasiannya yang cukup lama.[5]
C. Kondisi Sosial-Politik Libya
Sesuai data terkini penduduk Libya berjumlah 5.426.300 jiwa yang mayoritas bermukim di dua perkotaan besar ” Tripoli dan Banghazi”, dan sebagian lagi bermukim di pinggiran pesisir Libya. Penghasilan yang menjadi tonggak kehidupan masyarakat Libya adalah hasil perminyakan, sebagian lagi ada yang berprofesi sebagai sopir taxi, dan sebagian kecil ada yang terus menggeluti usaha kecil menengah.Kebanyakan orang Libya secara umum sebenarnya menganut Islam Sunni.
Sejak kudeta 1969, rezim Muammar al-Gaddafi secara eksplisit memang seolah-olah berusaha untuk menegaskan kembali nilai-nilai Islam, meningkatkan apresiasi budaya Islam, mengangkat status hukum Al-Quran dan, pada tingkat yang cukup besar, menekankan praktik dalam kehidupan sehari-hari Libya[6]
Kondisi sosial Libya akhir-akhir ini seakan terasa berubah dengan adanya hubungan baik antar Negara tetangga “Eropa”, perubahan tersebut sangat mencolok dalam hal adat istiadat, terutama pakain.
Dari sisi adat istiadat yang juga lumayan unik dan banyak disoroti oleh para pendatang adalah adat pernikahan yang sangat rumit, artinya kursi pelaminan tidak bisa didapati dengan secara mudah. mulai dari persyaratan nikah yang sangat berbelit-belit, mana yang harus punya uang banyak, mempersiapkan house, harus sudah punya karir tetap, sehingga keadaan itu membuat para bujang and gadis Libya banyak yang terlambat nikah, semua itu disebabkan karena sistem adat para nenek moyang mereka yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh rakyat Libya.
Dari aspek politik, Libya sejak merdeka telah mengalami tiga perubahan bentuk pemerintahan, pertama: bentuk Monarki ( Kerajaan ), kedua: Republika, ketiga: Sosial Republik. Dan dalam rentang sejarahnya selama 58 tahun sejak merdeka hingga sekarang pun politik Libya banyak mengalami pasang surut, hubungan yang awalnya sangat baik dengan barat (Inggris dan Amerika) dimasa raja Idris, setelah revolusi ternyata Muammar qaddafi bersama 12 anggota dewan revolusinya menginginkan kiblat politiknya ke soviet.
Secara langsung konsekwensi besar yang harus dihadapi oleh para Revolusioner adalah harus kontrak serta memusuhi Inggris dan Amerika, dengan bukti segala kepentingan dua Negara tersebut di depak dari Libya, serta ditambah lagi dengan aksi-aksi terorisme dan penindasan terhadap kaum oposan yang dilakukan Libya menurut kaca mata serta tuduhan Amerika dan Inggris, keadaan itu semakin memperuncing hubungan Libya dengan kedua Negara tersebut.
Semua itu berujung dengan serangan terhadap Libya pada 1986 serta keputusan embargo PBB dan Amerika terhadap Libya pada 1989 sampai 90-an yang mengakibatkan terisolasinya Libya dari pergaulan dunia.
[1] http://omperi.wikidot.com/letak-geografis-libya, diakses pada tanggal 01 April pukul 14.00 WIB
[2] http://gavieza.blogspot.com/2011/11/sejarah-islam-di-libya.html
[3] Ghufron A. Mashadi, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), 556
[4] http://gavieza.blogspot.com/2011/11/sejarah-islam-di-libya.html, diunduh pada 01/4/2014. Pkul 11,30 WIB
[5] Ahmad Al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar media, 2003), hal. 520-522
[6] Saad Saefullah, Gerakan Islam Di Libya: Dibekap Penguasa, (www.eramuslim.com), diunduh pada 22 Februari 2011 08:19 WIB
The rise of blogs and articles can be attributed to the growth of the internet and social media. With easy access to publishing platforms How To Spoof In Pokemon Go individuals from diverse backgrounds can now express their ideas and reach a global audience.
ReplyDelete