I.
PENDAHULUAN
Dewasa ini, pendidikan
dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan dipandang mampu jadi
pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara
kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap
kurikulum kita saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran
yang terlalu banyak, dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan.
Dan yang paling parah pada setiap sistem pendidikan kita yaitu kurangnya
evaluasi yang efektif.
Untuk mengetahui proses pendidikan telah
berjalan sesuai program,
serta telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan
tersebut tidak berjalan sesuai program dan tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan kegiatan yang disebut
evaluasi.
Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan
hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan.[1]
Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan evaluasi pendidikan, untuk lebih jelasnya
akan dibahas pada pembahasan di dalam
makalah Evaluasi Pendidikan ini.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?
B. Apa saja metode yang digunakan dalam evaluasi?
C. Model-model apa saja yang ada dalam kegiatan evaluasi?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Evaluasi Pendidikan
A.1 Pengertian
Evaluasi Pendidikan
Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari
kata Bahasa Inggris; evaluation. Sedang dalam Bahasa Arab; al-Tqdir (التقدير), dan dalam Bahasa
Indonesia; penilaian[2], yang akar katanya adalah value (inggris), al-Qimah
(arab), nilai (Indonesia).[3] Sementara pendidikan
merupakan sebuah program. Program
yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan yang telah diprogramkan.[4]
Dengan demikian, secara harfiah
evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau
penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan pendidikan.
Sedangkan secara istilah menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, evaluation refer to the act or process to
determining the value of something, yaitu suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.[5]
Evaluasi pendidikan juga diartikan
dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan
yang telah dilaksanakan, yang mana proses
tersebut berlangsung secara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur.[6]
Dari beberapa pendapat di atas, pendapat Robert O. Brinkerhoff
& Cs (1983) perlu diketahui. Ada sepuluh pertanyaan untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan evaluasi.
1. Apa Arti Evaluasi?
2. Untuk Apa Evaluasi?
Sriven (1967) membedakan antara
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama.
Fungsi formatif, dimana evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya).
Sedangkan fungsi sumatif menyangkut evaluasi yang dipakai untuk
pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi, evaluasi hendaknya
membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan
program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan
dukungan dari mereka yang terlibat.
3.
Apa Objek Evaluasi?
Hampir semua unit training dapat
dijadikan objek suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa sudah merupakan objek yang
populer bagi evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek atau program
institusi pendidikan yang sekarang menjadi obyek evaluasi yang semakin populer[7].
4.
Aspek dan Dimensi
Objek Apa yang Akan Dievaluasi?
Akhir-akhir ini, usaha evaluasi
ditujukan untuk memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-macam model
evaluasi. Model CIPP dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang berfokus pada
empat aspek, yaitu: konteks, input, proses, implementasi, dan produk.
Evaluasi lengkap terhadap
evaluasi pendidikan akan menilai misalnya manfaat tujuannya, mutu rencana,
sampai sejauh mana tujuan dijalankan, dan mutu hasilnya. Jadi, evaluasi
hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi,
transaksi, dan hasil training[8].
5.
Kriteria Apa yang
Dipakai untuk Menilai Suatu Objek?
Tampaknya ada persetujuan di
antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai suatu objek
tertentu hendaknya ditentukan dalam
konteks tertentu dan fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan kriteria
penilaian suatu objek ialah:
a) Kebutuhan,
ideal, dan nilai-nilai
b) Penggunaan
yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan
c) Ketepatan
efektivitas training
d) Pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda
hendaknya sering dipakai.
6.
Siapa yang Harus
Dilayani oleh Evaluasi?
Supaya evaluasi betul-betul
bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk audiensi khusus. Kebanyakan
literatur evaluasi tidak menyarankan siapa audiensi yang tepat. Namun ada tiga
hal yang diusulkan Farida Yusuf Tayibnapis, yaitu:
1) Evaluasi
dapat mempunyai lebih dari seorang audiensi
2) Masing-masing
audiensi mungkin punya kebutuhan yang berbeda
3) Audiensi
khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana
evaluasi[9]
7.
Apa Langkah-Langkah
dan Prosedur yang dalam Evaluasi?
Proses melakukan evaluasi mungkin
saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun
evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi
evaluasi, yaitu:
1)
Memfokuskan evaluasi
2)
Mendesain evaluasi
3)
Mengumpulkan informasi
4)
Menganalisis informasi
5)
Melaporkan hasil evaluasi
6)
Mengelola evaluasi
7)
Mengevaluasi evaluasi
8.
Metode Apa yang
Akan Digunakan dalam Evaluasi?
9. Siapa yang Akan Melakukan Evaluasi?
Untuk
menjadi evaluator yang kompeten dan dapat diandalkan, ia harus mempunyai
kombinasi berbagai ciri, antara lain: mengetahui dan mengerti teknik pengukuran
dan metode penelitian, mengerti tentang kondisi sosial dan hakikat objek
evaluasi, mempunyai kemampuan human
relation, serta bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang
mempunyai begitu banyak kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu
tim.
10.
Apa Standar untuk Menilai Evaluasi?
Akhir-akhir ini telah dicoba
pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling
komprehensip dan rinci dikembangkan oleh Committee
on Standard for Educational Evaluation (Joint Committee, 1981) dengan
ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:
a) Utility (bermanfaat
dan praktis)
b) Accuracy (secara
teknik tepat)
c) Feasibility (realistik dan teliti)
d) Proppriety (dilakukan
dengan legal dan etik)
Tidak ada satu evaluasi pun dapat
diharapkan mencapai standar tersebut,
dan sampai sejauh mana kesepakatan evaluator akan kepentingan standar
tersebut masih perlu ditentukan. Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa
standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi mungkin tak sepenting
konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik ialah yang memberikan dampak
positif pada perkembangan program.
Dari
beragam pendapat di atas, penulis menangkap bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
pendidikan adalah suatu kegiatan (proses) yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan, dan tenaga ajar untuk menilai kegiatan pendidikan secara
berkesinambungan dan sistematis.
A.2 Tujuan Evaluasi
Pendidikan
Menurut Anas Sudijonno,
tujuan evaluasi pendidikan terbagi
menjadi dua yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus.[10]
a.
Tujuan
umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian,
yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan
untuk mengukur, menilai tingkat
efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam
proses pendidikan.
b.
Tujuan
khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada
peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk
memperbaiki dan menigkatkan prestasi),
serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
Lebih
singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders (1987) merumuskan tujuan
evaluasi pendidikan sebagai berikut[11]:
1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2. Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.
3. Menilai kurikulum.
4. Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5. Memonitor dana yang telah diberikan.
6. Memperbaiki materi dan program pendidikan.
A.3 Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses
belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1)
Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai
pengetahua, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang
guru.
2)
Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar.
3)
Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4)
Sebagai sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5)
Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6)
Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
B.
Metode Evaluasi Pendidikan
Secara
garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya
direalisasikan dengan tes tertulis. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1)
Tes objektif
Tes
ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan
mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item
pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan
identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan,
yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam,
yaitu jenis isian (supply type) dan
jenis pilihan ganda (selection type).
Tes objektif jenis isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas
atau jawaban terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda
dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli penilaian, terutama untuk mengukur
beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang sederhana
misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada
item tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
kompleks[12].
2). Tes Esai
Pertanyaan
esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua jawaban berbeda, yaitu jawaban
terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan
esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan,
memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan
menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
Grounlund (1990) membedakan tes
esai menjadi dua macam, yaitu tes esai dengan jawaban panjang, dan tes esai
dengan jawaban singkat. Tes esai dengan jawaban panjang dirancang oleh para
evaluator untuk melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu
kesatuan yang komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan
kejelasan jawaban. Jawaban tes esai yang tidak membatasi ide-ide yang
dituangkan oleh siswa untuk menjawab pertanyaan item merupakan tes yang disusun
untuk tujuan tertentu. Contohnya, tes tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian
skripsi, tesis, dan disertasi, di mana siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan
secara komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban
terbatas, apabila dalam menjawab para siswa hanya diminta menguraikan
ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang
disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya
mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci
jawaban yang telah dibuat evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi
dengan menggunakan kata bantu pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W +
1H. Di samping itu, pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk
mendorong para siswa agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka[13].
Bentuk kedua
evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi penampilan
dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes kadang ada yang
menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran,
sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik
sosiometri.
Alat evaluasi lain yang
termasuk nontes adalah angket dan kuesioner. Dalam bidang evaluasi, angket
sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa[14].
C.
Model-Model Evaluasi Pendidikan
Dengan memperlajari secara intensif tentang model, seorang
evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam
konteks yang lebih luas yaitu bidang pendidikan. Minimal, ada lima macam model
yang dapat dikembangkan sebagai acuan perkembangan model evaluasi saat ini. Kelima
model tersebut adalah model Tyler, sumatif-formatif, countenance, CIIP, dan Connaisance.
Namun di sini hanya akan diuraikan tiga model saja, yaitu:
1.
Model Tyler
Pendekatan Tyle pada prinsipnya
menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini
merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki
rasional yang logis.
Dalam bidang kurikulum, fokus
model Tyler pada prinsipnya lebih menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah
perencanaan kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekankan bahwa
perilaku yang diperlukan diukur dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh pengembang
kurikulum.
2.
Model Evaluasi Sumatif – Formatif
Model evaluasi ini berpijak
pada prinsip evaluasi model Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-formatif sudah
banyak dipahami oleh para guru dan sangat populer, karena model ini dianjurkan
oleh pemerintah melalui menteri pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi
pembelajaran di kelas.
a)
Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan oleh
para guru setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan waktu tertentu,
misalnya pada akhir proses belajar mengajar, termasuk juga akhir semester.
Tujuannya untuk menentukan posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran
yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi
sumatif ini adalah sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses
pembelajaran, di samping itu juga untuk menentukan pencapaian hasil belajar
yang telah diikuti oleh para siswa.
b)
Evaluasi Formatif
Evaluasi ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang diperlukan evaluator tentang siswa guna menentukan
tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit
proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan secara periodik atau
kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang
telah diterapkan dapat diperbaiki.
3. Model CIIP
Model context input process product (CIIP)
merupakan hasil kerja para peneliti USA. Model ini tidak terlalu menekankan
pada tujuan suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai mengambil
perhatian pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan
keputusan apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan
menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat
macam keputusan, yaitu Context, Input,
Process, dan Product.
Dari sekian banyak model
evaluasi pendidikan yang ada, semuanya tetap memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Hak evaluator hendak menggunakan model yang mana, selama itu
dipandang relevan dan akurat.
[5] Ibid, hl. 1.
[6] Zaenal Arifin, evaluasi pembelajaran, (Bandung : Rosda, 2010), cet.
2, hl. 5 – 6.
[7] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi
Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.4
[8] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi
Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.5
[9] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi
Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.6
[10] Anas sudijono, Op.Cit, hl. 16 – 17.
[11] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi
Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, 2008, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 3
[12]H.M Sukardi, Evaluasi
Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara,2009, hlm.
117.
[13] H.M Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip &
Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara,2009, hlm. 94-95.
[14] H.M Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip &
Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara,2009, hlm. 11-12.
nice, artikelnya sangat membantu
ReplyDelete